HEADLINE

PUISI PUISI MUHAMMAD DAFFA (Banjarbaru, Kalimantan Selatan)_Menyeduh Teh Pagi Hari

Redaksi menerima tulisan
Puisi minimal 5 judul, Esai, Cerpen untuk kami Siarkan setiap hari. Semua naskah dalam satu file MS Word dikirim ke e-email: majalahsimalaba@gmail.com
beri subjek_VERSI ONLINE
Redaksi online ini akan mempublikasikan naskah setiap hari dan akan memilih satu puisi dalam setiap minggunya untuk dibuat film puisi
(Mohon maaf, laman ini belum dapat memberikan honorium)


PUISI PUISI MUHAMMAD DAFFA


SEPAGI HUJAN, CERITA TENTANGMU YANG BERTAMU

Sepagi hujan kali ini seseorang tergesa mengetuk pintu rumahku. Tapi tak kubuka pintu. Karena pasti ia membawa namamu dalam setiap ceritanya.
Sepagi hujan, aku ditemani dua cangkir teh, sepiring roti kesukaanmu, dan buku puisi Chairil yang mulai acak-acakan.
Aku tidak tahu pasti siapa yang datang. tapi tak juga kubuka pintu. Maka tak kutahu siapa yang bertamu di sepagi hujan begini. Kuyup rindu di jenuh dada, doa saja yang bisa kuhatur ke haribaan sunyimu. Di jalan mana kau menunggu?
Antara cerita yang terus terbenam di ruang kepalaku, namamu masih jelas terekam sebagai dara pemalu yang enggan lepas dari kerinduan. Jejakmu adalah wangi raga yang fana kucatat, percuma kulupakan, dingin bila kuingat dalam ingatan yang luka.
Sepagi hujan begini kuantarkan puisi ke haribaanmu yang sunyi, semoga jalan tempuhmu tak bertambal sulam, tanpa gangguan. Tak ada rindu lain.

2017

DI DALAM SUATU RINDU

Di belantara rindu, doa kita gugup bertemu.
Di antara detik-detik jam yang paling sibuk itu, betapa runtuh hati yang menyimpan rindu.

Dalam kopi yang kuseduh di pagi gerimis, ada bayang-bayangmu larut.
Di antara ranting-ranting  berjatuhan di halaman, mengingat jejakmu adalah luka.

Sesederhana nama yang menoreh rekam perjalanan
Adalah aku yang selalu mengingatmu
Di simpang ingatanku yang curam, kuingat namamu cahaya. mencium hangat kening.
Menitip rindu yang sulit diartikan.

Sesederhana doa meruang di lubuk terdalam dada
Adalah kita yang tak tahu apa pun
Silsilah muasal kata-kata
Yang sering dibaca mualim setiap adzan terngiang. 

Perjalanan hanya setengah hari dari duga semula
Betapa fana peristiwa yang tergurat di tiap jejak
Kita menyadari ada yang selalu luput dari tangkap

2017

MENYEDUH TEH PAGI HARI

Meminum sebagai seorang yang dahaga
Khidmat dalam pagi yang beraroma penghujan

2017

JALAN DOA

Doa tercipta dari harapan yang nyaris patah—di suatu hujan kau tengadah, menatap muram cuaca dan dahan-dahan basah.
Untuk menyebut amin kau harus yakin jika tuhan sedang khusyuk mendengar salam dari doa-doamu. Merenunglah waktu sore bubar, dan yang tersisa hanya segumpal malam membentuk gelap di atas kota.
Harapan yang patah hanya dialami kebanyakan pelamun duduk menunggu di kedai kopi. Menikmati dingin musim, juga asin cuaca.
Doa-doamu sibuk mengucap patah kata rindu—tak tahu ditujukan kepada siapa.

2017

MALAM DI BECAK 

“tuan becak yang malang, antarkan saya ke rumah seni di ujung jalan ini. berapa pun harga akan terbayar lunas tanpa harus cicilan.”
Tuan becak mengiyakan, meski hatinya tak redam mendengarkan. Keinginan hatiku yang suwung untuk memberi.
“tuan becak yang malang dan renta hayat, antarlah saya ke rumah seni di ujung jalan ini. berapa pun ongkos akan saya bayar lunas tanpa harus cicilan.”
Tuan becak yang masih gagah dengan tampang renta berkata, “kalau mau senewen, gila saja! Jangan minta antar-antar segala. Saya masih ingin terbuai oleh mimpi-mimpi di pangkuan.”
Tuan becak yang dengkurnya nyaring sekali, akan kuantarkan kau pada rimba-rimba sunyi puisi, tanpa mimpi, apalagi harapan-harapan pasti.

2017

Tentang Penulis

Muhammad Daffa, Lahir di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, 25 Februari 1999. Menulis Puisi sejak 2015. Karya-karyanya dimuat di Banjarmasin Post, Radar Banjarmasin, Koran Banjar, Media Kalimantan, Buletin Jejak, Tribun Bali, Sumatra Ekspress, Palembang Ekspress, Lokomoteks, Majalah Sastra Santarang, dan beberapa antologi bersama: Ije Jela(Tifa Nusantara 3), Nyanyian Untuk Ane, 1550 MDPL(Antologi Puisi Tentang Kopi), Hikayat Secangkir Robusta(Antologi Puisi Krakatau Award 2017), Menderas Sampai Siak(HPI Riau 2017), serta Rampai: Banjarbaru Lewat Sajak(Antologi Puisi Penyair Banjarbaru) yang akan diluncurkan Desember mendatang di Rainy Day Literary Festival.

Puisinya yang berjudul Hikayat Di Tulang Bawang, terpilih sebagai karya nominasi dalam ajang Cipta Puisi Krakatau Award 2017 yang digagas Lamban Sastra, Provinsi Lampung. Puisinya yang lain, Tidurnya Buku, terpilih sebagai juara kedua dalam Lomba Cipta Puisi yang digagas Kampung Buku Jogja#3. Baru-baru ini, puisinya yang berjudul Membaca Hasan juga menyabet pemenang ketiga dalam ajang Pekan Bahasa Universitas Sebelas Maret, Solo, yang salah satu dewan jurinya adalah Agus Noor.
Kumpulan puisi tunggal yang telah terbit berjudul Talkin. Mahasiswa di Prodi Sastra Indonesia Universitas Airlangga, Surabaya.

klik juga:



No comments