(Edisi hari ini_Rabu, 09 Agustus 2017)_ PUISI PUISI S CHAMAL JE
Dari Redaksi:
Kirim Puisi, Esai, Cerpen, Cersing (Cerita Singkat) untuk kami Siarkan setiap hari ke e-email: majalahsimalaba@gmail.com beri subjek_LEMBAR KARYA HARIAN MAJALAH SIMALABA
PUISI-PUISI S CHAMAL JE
CAMARKU
Terbanglah tinggi camarku
riak gelombang laut biru menantimu
aku disini menatap indahnya kepak sayapmu
kemarilah kelak hatimu berucap rindu.
Sandarkan pelipismu di bahu yang lusuh
tumpahkan bumbung larah yang hampir penuh
lepaskan segala perekat pengikat penat
aku ada untukmu walau sesaat.
Setelah semua berubah hangat
kembalilah membumbung tinggi
dengan separuh wajah terangkat
ku sabar menunggu sekalipun tak terbatas waktu.
LAMPUNG BARAT, 7 AGUSTUS 2017
TERIAKLAH
Saat musibah menimpa
sabar dan beristighfarlah,
bertafakur dan renungi dosa.
ketika cinta telah jenuh bersama,
belajarlah tuk merelakannya.
itulah realita penghambat langkah,
tiada guna merengkuh gundah sebagai teman setia.
Namun!
Kala tangga menimpa raga,
tak pula bijaksana,
bila hanya sabar dan pasrah.
Mintalah tolong sang kuasa agar terlepas dari derita.
LAMPUNG BARAT, 7 AGUSTUS 2017.
RAJAWALI KU
Rajawaliku
terlalu tinggi bersinggah
nun jauh puncak cemara
di balik teruli tertapis kaca.
Puyuh bertaruh telur di hamparan tanah
uncak beruncak lida-lida jelata
menyisir badai tepian pantai
memandang teri menelan limbah.
Rajawaliku
tukikkan paruh menikam- nikam
cakar tajam cengkeram dalam- dalam
suat-suit gesit menggigit dasar langit.
Rajawaliku
lepaslah sebiji, kubur tanam dangkal dalam
bebaskan unggas menggurat kuku tumpulnya
biarlah tembolok bertanam sebiji gabah.
Lampung Barat,7Agustus 2017.
HUJAN AKSARA
Gerimis belumlah mereda
parit sempit tumpahkan gundukan bahasa
entah itu risalah atau membabi buta.
Pelipis berpeluh mata meneduh
syaraf berkutat mengingat-ingat
jemari bertiti-titi mencari-cari.
Gurat-gurat siasat cekat
payung terangkat membuka lipat
kilat merambat merangkai kata
kian menderas hujan aksara.
Lampung Barat, 7 Agustus 2017.
LEMBAH NEGRI
Rintih letih sayup lirih
dahaga resap liur di lidah
cacing menangis mengais-ngais.
Puan, dimana puan
berderet-deret di kotak kaca bersandi
mana kuat aku mengerat
bening saja hemat yang sehat.
Kami di lembah memuncak perigi
rindu kereta susu tak terbeli
dimana negri kami.
Lampung Barat, 7 Agustus 2017.
Penulis: Suratman kamaludin, bertempat tinggal di way tenong kegiatan buruh menekuni dunia menulis , Suratman belajar menulis di sebuah komunitas dunia maya yang di asuh beberapa narasumber simalaba.
No comments