HEADLINE

Puisi Alex R Nainggolan_BAKAUHENI

SEMARAK SASTRA MALAM MINGGU: EDISI 1 2018

Redaksi Simalaba menerima tulisan puisi (minimal 7 judul), Cerpen dan Cernak untuk dipublikasikan pada setiap sabtu malam. Kirim karyamu ke e-mail: majalahsimalaba@gmail.com, beri subjek SEMARAK SASTRA MALAM MINGGU. (Berhonor dan akan diambil satu karya puisi untuk dibuat konten video)

Redaksi juga menerima tulisan untuk diterbitkan setiap hari (selain malam minggu), kirim karyamu ke e-mai: majalahsimalaba@gmail.com, beri subjek SASTRA SETIAP HARI. (Belum berhonor)


BAKAUHENI

(disertai video ilustrasi)

pohon-pohon bakau sudah tak nampak. hanya deru kapal, mencari temapt sandar. angin laut yang memasuki rongga mata. dan ombak yang diam. sebentar, kita akan mengantri masuk, dan menikmati para perenang kecil menanti gemerincing uang logam. sebelum kapal berangkat.

sebelum kapal berangkat, pulau-pulau lepuh jadi sketsa. seperti kecupan ringan seorang perempuan di sore hari. sore hari yang buram, meremas jejak senja dengan cahaya yang terus berjatuhan. seperti keringat di kemeja nahkoda. sebelum peluit panjang menerjang. dan kapal bergerak masuk ke dalam selat. di atas pagar, sekejap aku ingat pada drimu. barangkali tak ada yang harus dilupakan. sebab setiap keberangkatan selalu meninggalkan catatannya sendiri.

hingga akhirnya kapal memang mesti berlayar. mengangkat jangkar. bersamamu.

2017


PANDORA

adakah jejak para pendosa, ketika jatuh cinta padamu? asmara kerap menyisakan gemilang tuba-- dan karena kesepian para dewa menciptakanmu. di bengkel besi haphaestus, rindu ukiran yang tulus. denting logam lembut, juga kemilau cahaya pada wajah. 

berikan juga pakaian berwarna cerah-- hadiah yang bermacam rupa. juga pesta sepanjang hari. agar sunyi tak berkelahi.
tapi jangan pernah sentuh kotak itu. ada semacam tanda seru yang menunggu. 

entah berapa musim tergiling. para lelaki memujamu. kecantikan selalu sempurna. asmara yang menikam tubuh epimetheus. lalu ke mana perginya api abadi? dengan kembaran yang tak serupa pinang dibelah dua, promotheus selalu curiga. 

kotak itu kerap memancar-mancar kemilau. menyimpan debar sempurna. 
ini semua cuma muslihat para dewa. ia berkaca pada gemintang ingin yang berdentang. seperti cahaya bintang, pijar mengakar.

bukan sembarang kotak. penuhilah hasratmu. kau akan terganggu dengan suara asing itu.
"bukalah tanpa berdoa,"
sebelum pagi menagih dengan cahaya. kotak itu adalah enigma. bagi kesepian yang kaujerang. kotak itu seperti dentang lonceng memanggil. menembus ruang batinnya. dan ia mendengar suara nyanyian syahdu. sembari menari ia genggam penuh kotak itu.

sepanjang hari. asmara yang kau timba tak sanggup sembunyi. hanya kotak itu yang menggoda.

jangan pernah kaubuka. bahkan ketika angin berhenti menggoyang dedaunan.
- kenapa?

supaya cinta terus berbenah dan selalu ada di atas tanah yang kau pijak. takluk pada rona merah yang mekar di pipimu.

di hari yang lain. saat debar terus memilin. akhirnya, lentik tanganmu menyentuhnya. begitu sempurna. 

roh-roh jahat dipenuhi muslihat. memendam bara dendam dengan kejahatan berkarat di dada mereka.

2017

RUANG TAMU

ruang tamu itu membeku
sejumlah wajah
meninggalkan warna merah
bagi ingatan

beberapa hari cerah
meja dan kursi yang sekejap bertukar
menjadi tempat belajar anak-anak

di hari yang lain, seseorang membuka pagar
dan mengetuk pintu
membelah sebuah kisah
yang tak pernah kita tahu

2017

LEMBU JANTAN BAGI PASIPHAE

sebagai ratu, tubuhmu adalah bulan yang sendu. tungkai kakimu memanjang. menjadi mimpi basah para lelaki. kulit pualam yang terus bekilat. namun jatuh cinta tak kenal arah. telah dipersembahkan lembu putih sehat, padat dan liat. 
berikan saja kutukan itu poseidon.

"seribu tahun engkau akan jatuh cinta pada lembu,"
hingga hatimu seperti batu beku. keras dan cadas.
sebab hasrat telah mengutukmu dengan jahat
sebagai peneguk anggur asmara 
yang lupa kemilau cahaya

maka, pasiphae-- engkau akan terus bersembunyi dari setiap lunasnya birahi
pori-pori kulitmu akan terbuka lebar
mekar seperti bunga mawar berwarna hitam
bukankah cinta semacam besi berani, dipenuhi getar yang aneh?
tanpa kata namun sekejap berkelindan dalam nadi

dan engkau akan tergila-gila tanpa gumam terka
pada lenguh lembu atau suara langkahnya
tanduknya yang perkasa
tikaman mata

seorang anak
beternak dari rengkuh setubuh
setengah darimu
setengah dari sang lembu

lepaslah anak itu
sebelum murka abadi
di labirin tanpa kunci


2017

LABIRIN MINOTAUR

apa yang ada di jantungmu? setengah lembu, setengah manusia
tapi kandangmu penuh liku. jalanan zig-zag tanpa ujung. lingkaran kerumitan yang diciptakan daedalus. kini engkau hanya bisa menelisik rimba itu. pohon-pohon rapat. dan sepanjang minggu sang raja akan melemparkan cincangan tubuh manusia untuk kau makan.

apakah engkau rindu pelukan ibu?

namun hanya serorang yang bisa menemukanmu. kunci untuk memasuki ruanganmu. pada gemuruh sunyi yang kauhimpun.ah, di mana tangan kekar ayah untuk menggendong.

sebab engkau hanya setengah. bertahan dalam luka tanpa darah. sementara kauangkan masa kanak, pelepah-pelepah yang menyambungkan setiap rasa bahagia.

apa yang ada di kepalamu? isyarat berurat, menjadi makhluk menyeramkan yang ditakuti. dengan runcing tanduk, tatapanmu adalah debur api panjang. sungsang remang.

sungguh dirimu telah besar tanpa air susu ibu.

2017

JALAN ARIEF RACHMAN HAKIM

di suatu masa yang berat, seseorang terkenang dirimu. tubuhmu yang tumbang di depan istana. tapi peluru siapa yang bersarang, ketika suara-suara menjelma gaung panjang. sebagai tanda, engkau selalu ada. langit buram dan sejarah terus berulang.

di kerumunan ini, teriakanmu terus berjenjang. keranda yang diusung, mata penguasa yang pedih oleh gas air mata. sementara gedung-gedung bertambah tinggi. lalu-lalang peristiwa menjelma genangan. aku melintasinya.

2017

ICARUS YANG JATUH

jangan kau dekati matahari, engkau tak akan mampu terbang stinggi itu
suara ayahnya menggema
selebihnya jeda
yang mungkin panjang dan usang
tapi ia memilih untuk terus terbang
semakin tinggi dan sunyi

biarkan aku menari di angkasa
jauh menempuh garis tubuh
bukankah ini kegiatan yang menyenangkan?

tapi perekat bulu
yang menjadi sayap
lilin-lilin itu, meleleh
panasnya mencabut
setiap kembara yang semaput

biarkanlah aku jatuh
laut akan menamaiku
laut akan menangkapku
sepanjang hijau gangganya yang jernih

sesudah itu, tangisan ayah tak henti-henti
betapa pengetahuan telah menciptakan bencana

ia tenggelam
jauh ke dasar
ke ujung kecut 
dari sisa tangis ayah
di ceruk mata

2017

ENIGMA BAGI DAEDALUS

"segala ihwal jadi sia-sia
telah aku kurung dirinya. di menara tinggi, supaya ia abadi."

tapi tebing tinggi tak sanggup menawannya
daedalus adalah ilmu pengetahuan yang terus mengalir
ia melihat burung
ia akan membuat sayap
ia akan terbang
menghilang dari menara tinggi

"cari dia, bahkan sampai ke pelosok hutan yang rimbun."
titah raja bagai api naga

*
amsal keong yang melingkar
remah-remah bergetar
siapa yang bisa memecahkan teka-teki
bagi sunyi pengetahuan

kelak kabar akan hambur
jadi burung yang lepas dari sangkar
"siapa yang bisa memasukkan benang dari cangkang hingga ke paling tepi,"
titah sang raja

tapi bagimu semuanya hanya rangkaian peristiwa
lilitkan ujung benang ke tubuh semut
berjalanlah dalam kegelapan
ujung benang menembus tubir
dari gelambir lingkar cangkang siput

*
setelah itu, kau akan menjamu raja
agar lupa kepada muasal amarah
tuangkanlah air panas
saat ia mandi
hingga kerut tubuh
keriput dan mati

di kepalamu yang penuh dengan lampu. di sebuah kota
engkau akan pergi, menjauh
melupakan jerat kota
menempuh sunyimu sendiri, daedalus

2017

GERIMIS DI TANJUNGKARANG

malam menjauh, gerimis di tanjungkarang. cahaya lampu berkabut. aku memungut kenangan pada setiap ruas jalan dan gambar bangunan yang hanyut. di kota ini, kebisingan merenda kecut tubuh. juga bercak masalalu, namun gagal ditempuh. hanya kuyup pohon besar di tengah jalan, mengkilap oleh genangan tahun.

malam berjatuhan dalam gerimis di tanjungkarang. genggaman tangan seorang perempuan, memaksamu untuk masuk ke sebuah rumah. remah dirimu lungkrah. begitu asing untuk dikunyah. 

2017

AYAH YANG PERGI

ayah yang pergi, namun kembali dalam mimpi. akupun merapikan ingatan. ziarah dan ingin mengecup punggung tangan ayah berulang kali. mungkin masih ada cerita yang terlanjur tak pernah bisa diingat, semacam hujan turun di pertengahan juli. tapi raung sakit ayah selalu membelah di kepala. jerit sengit dari dadanya, yang acap ditahan bertahun-tahun. 

ayah yang pergi. aku sendiri. berkubang dalam kesedihan, menelusuri jalan-jalan kota dimana ia biasa melewati saat berangkat kerja. sekelebat ada penyesalan yang terus berulang datang, tapi tak pernah terlihat. 

ayah yang pergi. pusara air mata, di sebuah sore saat jenazahnya memasuki bumi. dan ayah tak pernah kembali. hanya tanah basah. di ujung magrib yang dipenuhi hujan.

2017


Tentang Alexander Robert Nainggolan

Alexander Robert Nainggolan (Alex R. Nainggolan) lahir di Jakarta, 16 Januari 1982. Bekerja sebagai staf Unit Pelaksana Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Kecamatan Menteng Kota Adm. Jakarta Pusat. Menyelesaikan studi di FE Unila jurusan Manajemen. Tulisan berupa cerpen, puisi, esai, tinjauan buku terpublikasi di Majalah Sastra Horison, Jurnal Puisi, Kompas, Republika, Jurnal Nasional, Jurnal Sajak, Media Indonesia, Suara Pembaruan, Jawa Pos, Koran Tempo, Kedaulatan Rakyat, Seputar Indonesia, Berita Harian Minggu (Singapura), Sabili, Annida, Matabaca, Majalah Basis, Koran Merapi, Indo Pos, Minggu Pagi, Bali Post, News Sabah Times (Malaysia), Surabaya News, Suara  Merdeka, Pikiran Rakyat (Bandung), Tribun Jabar, Analisa, Radar Surabaya, Lampung Post, Sriwijaya Post, Riau Pos, Suara Karya, Bangka Pos, NOVA, Tabloid Cempaka (Semarang), Rakyat Sumbar, Padang Ekspres, Medan Bisnis, Analisa, On/Off, Majalah e Squire, Majalah Femina, www.sastradigital.com, www.angsoduo.net, Majalah Sagang Riau, dll. 

Ia pernah dipercaya sebagai Pemimpin Redaksi di LPM PILAR FE Unila. Beberapa karyanya juga termuat dalam antologi Ini Sirkus Senyum...(Bumi Manusia, 2002), Elegi Gerimis Pagi (KSI, 2002), Grafitti Imaji (YMS, 2002), Puisi Tak Pernah Pergi (KOMPAS, 2003), Muli (DKL, 2003), Dari Zefir Sampai Puncak Fujiyama (CWI, Depdiknas, 2004), La Runduma (CWI & Menpora RI, 2005), 5,9 Skala Ritcher (KSI & Bentang Pustaka, 2006), Negeri Cincin Api (Lesbumi NU, 2011), Akulah Musi (PPN V, Palembang 2011), Sauk Seloko (PPN VI, Jambi 2012), Negeri Abal-Abal (Komunitas Radja Ketjil, Jakarta, 2013), Seratus Puisi Qur'an (Parmusi, 2016). 

Bukunya yang telah terbit Rumah Malam di Mata Ibu (kumpulan cerpen, Penerbit Pensil 324 Jakarta, 2012), Sajak yang Tak Selesai (kumpulan puisi, Nulis Buku, 2012), Kitab Kemungkinan (kumpulan cerpen, Nulis Buku, 2012), Silsilah Kata (kumpulan puisi, Penerbit basabasi, 2016).

Beberapa kali memenangkan lomba penulisan artikel, sajak, cerpen, karya ilmiah di antaranya: Radar Lampung  (Juara III, 2003), Majalah Sagang-Riau (Juara I, 2003), Juara III Lomba Penulisan cerpen se-SumbagSel yang digelar ROIS FE Unila (2004), nominasi Festival Kreativitas Pemuda yang digelar CWI Jakarta(2004 & 2005), Juara Harapan II Lomba Penulisan Cerpen Santri Kategori Umum yang digelar Kementerian Agama RI (2016), Juara Harapan II Lomba Penulisan Puisi tingkat Nasional yang digelar Dewan Kesenian Indramayu (2016).

Alex tinggal di Taman Royal 3 Cluster Edelweiss 10 No. 16 Kel. Poris Plawad Kec. Cipondoh Kota Tangerang Banten.

No comments