HEADLINE

Cerita Bersambung (Ari Vidianto)_ “KEBAIKAN MARLYN”



(Bagian 1)

Marlyn melangkah lemas meninggalkan rumahnya. Rumah kontrakan yang telah di tempatinya selama 10 tahun.  Memang Marlyn merasa sudah betah tinggal di sini. Walaupun hanya berukuran kecil, tapi Marlyn sudah nyaman sekali. Rumah bercat biru muda warna kesukaannya itu akan di tinggalkan. Apa boleh buat, ini semua terjadi karena masa kerja ayahnya telah berakhir. Ayahnya telah menjadi buruh pabrik sepatu di Jakarta. Dan telah selesai, karena itu lah hari Minggu pagi ini mereka harus meninggalkan kota Jakarta dan kembali ke kampung halamnnya di Kabupaten Banyumas. 

Saat ini Marlyn masih kelas IV SD, kemarin di sekolahnya SD Harapan, ia telah berpamitan dengan teman-teman dan guru-gurunya. Banyak teman-teman menangis karena kehilangan teman yang baik hati seperti Marlyn. Ia pun tak kuasa menahan air matanya. Marlyn pun memeluk teman-teman perempuannya satu persatu. Memang terasa berat meninggalkan mereka semuanya. 

Tapi apa boleh buat inilah kenyataan yang harus di hadapinya. Dengan ikhlas Marlyn harus menerima kenyataan ini. Banyak teman-teman yang memberikan kenang-kenangan kepadanya. Bahkan memberi nomor HP mereka, supaya bisa bertegur sapa, walau pun tanpa bertatap muka. 

Marlyn berpesan kepada semua teman-temannya supaya mereka tetap rajin belajar, berbuat baik dan melaksanankan ibadah. Tak lupa Marlyn mengucapkan terima kasih kepada semua gurunya yang telah mengajar dan membimbingnya selama ini. Guru-gurunya pun berpesan supaya Marlyn tetap rajin belajar, karena di sekolah ini ia termasuk murid yang berprestasi. Dari kelas I sampai kelas IV ia selalu rengking 1. Marlyn pun selalu mewakili sekolah mengikuti berbagai jenis lomba. Di antarnya lomba cipta dan baca puisi, menulis cerpen, dan menggambar. Ia pun selalu menjadi juara I. Dan menjadi murid yang membanggakan di sekolahnya itu.

“Lyn,ayo kita berangkat?” seru Bunda. Seketika lamunan Marlyn buyar sudah. Ia mengangguk sambil berjalan ke mobil yang siap mengantar mereka ke kampong halamannya.

“Tidak ada barang yang ketinggalan kan, Bun?” kata Ayah.

“Nggak ada,Yah,” jawab Bunda.

“Syukurlah,kalau begitu. Kamu sudah siap,Lyn?” tanya Ayah.

“Siap,yah,” jawab Marlyn.

“Bismillahirohmanirohim,” ucap Marlyn.

BRRRMMMM! 

Mobil pun melaju cepat meninggalkan rumahnya. 

Di jalan tol terjadi kemacetan luar biasa, hampir 1 km. Ternyata ada jalan di tol yang rusak, sehingga mengakibatkan kemacetan yang cukup menguji kesabaran para pengendara. Marlyn cemberut, tetapi Bunda coba menghiburnya. Ayah tak mau ketinggalan, ia ikut menghibur anak perempuan tunggalnya itu. Akhirnya 1 jam pun berlalu, mobil yang membawa Marlyn dan keluarga kembali melaju.

“Horee, akhirnya jalan juga,” girang Marlyn.

“Nah, gitu dong. Jangan cemberut saja, Ayah kan jadi bingung,” ledek ayah.

“Hehehe…,” Marlyn hanya nyengir. Bunda hanya tersenyum melihatnya.

                                                           ***
“Bun, berhenti dulu Marlyn lapar,” 

“Iya, sayang. Nanti kita berhenti di restoran ya?”

“Ya nanti ayah cari tempat yang masakannya enak-enak,”

Lalu mobil ayah, menepi di sebuah restoran sea food. Kami pun turun dari mobil dan segera masuk ke dalam restoran. Kami mencari tempat yang nyaman dan ada kipas anginnya. Lalu tepat di meja no. 7, kami duduk. Pelayan pun menghampiri kami, lalu Bunda memesan makanan. Sambil menunggu makanan datang kami melaksanakan shalat dhuhur dulu.

Selesai shalat kami kembali ke meja makan disana semua hidangan telah tersedia.

“Ayo,kamu pimpin berdoa nak,” suruh ayah kepada Marlyn.

“Baik, ayah,” jawabku. Lalu Marlyn mulai berdoa. Setelah itu kami mulai makan. Setengah jam kemudia kami selesai makan lalu ayah segera membayar ke kasir.

“Sekarang kita berangkat lagi,” seru Marlyn.

“Siap bos kecil,” jawab ayah.

“Ada-ada saja ayah,” ucap Bunda sambil nyengir.

Hahaha…, kami bertiga tertawa terbahak-bahak.

Kami segera menuju ke mobil, sebelum berangkat kami berdoa kembali. Mobil melaju dengan perlahan. Karena kekenyangan mata ku mengantuk, akhirnya aku pun tertidur pulas.

 (BERSAMBUNG PADA HARI RABU BERIKUTNYA)


Tentang Penulis

Ari Vidianto, lahir di Banyumas, 27 Januari 1984. Bekerja sebagai Guru di SD Negeri 2 Lumbir. Bukunya yang sudah terbit yaitu “ Ibu Maafkan Aku” &  Wajah-Wajah Penuh Cinta”, 17 buku Antologi  dan banyak karya yang dimuat  di Media Massa seperti di Tabloid Gaul, Majalah Sang Guru, Majalah Ancas,SatelitPost, Readzone.com, Buanakata.com,Sultrakini.Com, Riaurealita.Com, Duta Masyarakat, Solopos,Wartalambar.Com, LPM Arena, Sastranesia.Com, Majalah Derap Guru,Kedaulatan Rakyat,Radar Mojokerto, Kedaulatan Rakyat,Artebia.Com, Buanakata.Top, Joglosemar,Palembang Ekspres, Haluan, Majalah Simalaba.Com, Padang Ekspres & Fajar Makasar.

No comments