(Edisi hari ini_Senin, 07 Agustus 2017)_ PUISI PUISI MARLIANI
Dari Redaksi:
Kirim Puisi, Esai, Cerpen, Cersing (Cerita Singkat) untuk kami Siarkan setiap hari ke e-email: majalahsimalaba@gmail.com beri subjek_LEMBAR KARYA HARIAN MAJALAH SIMALABA
PUISI PUISI MARLIANI
KEMBANG TERHALANG
Di genggaman seikat kamboja
Dan malam adalah pertaruhan nyawa
Pagi lenguh keluh sesaknya jiwa
Senja menjulang sokong omong kosong belaka
Melati tersisih aroma kematian
Di rapuh dahan kering berguguran
Satu jatuh dua berderak patah
Hidup segan mati pun wegah
Lalu kita?! Masihkah mengejar mimpi-mimpi ngeri
Yang hampa, memanggil-manggil sunyi
Tak'kan ada mekar apatah lagi seri
Yang tinggal hanya lembar-lembar kering dimamah mentari
Bandung, 04 Agustus 2016.
KIRARA DI TAPAL BATAS ASA
Sudahlah, sampai di sini engkau mengantar perjalanan
Menemani detik-detik pergantian waktu di awan nan lalu
Kembalilah, sembari tengok tapak-tapak tilas yang membekas terukir di setiap jejak sambut kepulangan
Dan akan kulanjutkan impian menuju sekawanan megamega biru yang datang menyeru
Kirara, cukup engkau meluka menggores minda dengan tajam kekata dusta
Anyir mengalir darah-darah tanpa warna
Di harum ikrarmu busuk terhidu di penciuman
Menusuk-nusuk jiwa limbung linglungkan perasaan
Kirara, selamat tinggal duka nestapa
Segala kepedihan kutitip di ranselmu untuk bekal pengganjal ketika lapar menyapa kerinduan
Aku yang pergi menggendong setumpuk kisah kesah sebagai sejarah jua pelajaran
Ini cinta leluka kerana lelaku di mana perih tiada terperi di dasar kalbu
Kirara, selamat jalan. Jangan tengok lagi ke belakang
Kerana cahaya telah menelanku secepat kilat menembus angkasa bermega jingga
Seorang penyayang menanti kedatangan dengan senyum terkembang
Menyuguhkan soneta tanpa tembang serupa kasihmu yang gamang dan menyisakan sebongkah bimbang
Bandung, 09 Mesi 2016.
PEREMPUAN ITU AKU
Setengah wajah tertunduk
Sendu di bola mata
Sayu melukis lara
Itu aku!
Yang getir mengukir
Di sepanjang tilas
Membekas luka
Itu aku!
Yang perih merajah
Minda berdarah
Ditikam gelora
Dicambuk sembilu
Dusta
Melebur pilu
Lebam di dadanya
Mengalir amis menganak sungai
Deras mata air_air mata
Basah pipinya
Remuk jiwanya
Itu aku!
Masihkah kau tak mengenalinya
Dia! Perempuan bertudung hitam
Dengan payung yang sama hitamnya menjadi pelindung
Dari tempias-tempias lara yang terus berjatuhan
Itu aku!
Yang mencoba menyembunyikan luka di balik cadarnya,
"Aku telah buang semua rasa dan jua harap padamu...." Bisiknya lirih kala itu.
Masihkah engkau lupa?!
Itu adalah aku!
Aku yang sesungguhnya tetap menyayangimu
Maafkan aku
Yang tak pernah bisa jauh darimu
Bandung, 04 Juni 2016.
DETIK TERAKHIR
Aku menjadikanmu ada
Mengurai air mata
Membalut luka-luka
Membariskan mimpi di gigir purnama
Aku meletakkanmu di sisi gelap
Antara hitamnya engkau
Dan kenangan-kenangan
Dan silam yang mencoba membunuhmu
Aku merangkulmu nyata
Mendekap mesra tatapmu yang hampa
Melumat kesumat dengan nikmat
Lalu bercermin di kata-kata
"Ini cinta, seyakin aku akanmu."
Aku mengantarmu ke peraduan
Menitikkan kembali hujan di wajahku
Memunggungimu pelan-pelan
Tanpa bisik, tak lagi berisik
Esok, temui aku di lembah kegelapan
Antara ada dan tiada aku di sana
Tanpa wajah
Tanpa cermin kaca
Tanpa cinta
Bandung, 040817.
SAJAK SUNYI
Masih lagi
Hati memilih sendiri
Menepikan ingin, merangkul dingin
Masih jua
Malam bicara perihal luka
Hitam noktah dosa
Dan serepih janji yang ternoda
Masih di sini
Tak sempat beranjak
Sajak-sajak yang sekarat
Diksi-diksi mati bunuh diri
Dan aku menutup diri
Sunyi....
Bandung, 04 Agustus 2017.
STATION DAN SEBUAH KENANGAN
Kembali aku berada di sini
Di desir-desir nyeri menyisir kenangan
Tak dipinta, namun ianya menjelma
Tersebab melupa bukan soalan habis hitungan jari di tangan
Sedang jalan-jalan membuka ingatan
Antrian dan tempat masih serupa masa kita
Yang berbeda hanyalah kala
Tiada senyum menyambut kedatangan
Pun jua tatap kemesraan mengiringi perpisahan
Aku kembali di sini
Menjumpai kenangan-kenangan
Yang manis, pahit kutelan
Aku kembali di sini
Untuk pulang pada kekosongan
Pada sepi yang mematikan
Bangku tunggu, 01 Agustus 2017.
TERUNTUK ENGKAU
Aku menulismu kembali
Bukan tentang rindu
Bukan jua berat hasrat yang masih mendekap
Karena mega telah menukar cerita
Dan kamboja luruh, yang jatuh bersimpuh
Hitam-hitam penggalan kenangan
Ketahuilah, Duhai...
Tatkala sepesan terbaca olehku
Dan putusan yang engkau ayunkan langsung memotong nadi kasih kita
Tiada lagi kuharap adanya denyut-denyut rindu di sana
Tersebab pekaku lebih dulu mencium busuk yang kau selipkan di antara helai-helai rambutku
Kini...
Sekedar ingin sedikit kulepas beban
Mencoba menorehkanmu kembali dalam bait-bait sepiku
Bukan perihal dendam yang terlanjur membenci
Karena perih ini tak mungkin engkau merasai
Aku, hanya ingin menjadi perindu di puisi sunyiku
Bandung, 280717.
Tentang Penulis:
Nama Marliani diberikan oleh kedua orang tua kepadaku. Bandung tempat lahir, dan menulis dijadikan tempat untuk mencurahkan isi hati.
No comments