Edisi Kamis, 24 Agustus 2017_ PUISI PUISI BUNDA SWANTI (Rokan Hilir-Riau)
Redaksi menerima tulisan
Puisi minimal 5 judul, Esai, Cerpen, Cersing (Cerita Singkat) untuk kami Siarkan setiap hari. Semua naskah dalam satu file MS Word dikirim ke e-email: majalahsimalaba@gmail.com beri subjek_LEMBAR KARYA HARIAN MAJALAH SIMALABA
Puisi minimal 5 judul, Esai, Cerpen, Cersing (Cerita Singkat) untuk kami Siarkan setiap hari. Semua naskah dalam satu file MS Word dikirim ke e-email: majalahsimalaba@gmail.com beri subjek_LEMBAR KARYA HARIAN MAJALAH SIMALABA
PUISI PUISI BUNDA SWANTI
KETIKA LIWA BERUJUNG GUSAR
Semangkuk sup terhidang
pada meja kekata
kita sama cicipi
asin gurih penuh nikmat.
Sesaat pinggan dan sendok beradu, saling berebut menguliti.
Duhai-
pasangan sendok dan garpu, di dalam heningmu
membaca mantra berkali kali
ingin segera mencari kuah.
Padanya, mereka titipkan secangkir kopi
diramu
hapsari arjuna.
Malang lidah hambar, tawar memicu gusar.
Rokan hilir, 21 Agustus 2017.
KEKASIH TERSEMBUNYI
Di ranah hati
tertanam biji benih
istimewa.
Dalam benak berkecamuk,
beribu sanjung
baginya
dia yang mampu mengguncang
torehkan rasa.
Dalam diam ku-eja
kata demi kata hati
pun
makna berdiam di sana
membujuk senyuman yang kau sembunyikan.
Rokan Hilir, 15 Agustus 2017.
UNTUKMU YANG LALU
Kemarin daku terlena
tatanan kekata
tersaji dalam nampan pelangi.
Melambung setinggi bintang
telusuri barisan awan.
Sayang-
setelah mimpi kian pesona
gemuruh guntur pecahkan asa
terburai, hancur.
Kumengerti kasihmu
hanyalah hasrat
tiada sejati serupa ucap.
Ternyata
engkau bukan yang terbaik.
Rokan Hilir, 23 Agustus 2017.
KEJORA
Padamu yang kusebut kejora,
menanak rasa pada separuh jiwa.
Menyimpan rapi seuntai rindu dalam palung jiwa.
Tak pernah pahami rasa kehilangan ini, mengapa terlalu menikam.
Ingin waktu terpilin kembali
mundur walau sesaat, sebab merasa kosong
pada hari menjelang.
Sepi ....
Pasti akan mengikat erat
rindu akan mencumbu hariku.
Duhai kejora
separuh jiwaku
separuh nafasku
engkau bawa berlari
jauh dan hilang.
Akankah kuat, menopang jiwa rapuh ini
sebahagian tiada di sini
masihkah manis bagai peri
tetapkah lembut bak haniah.
Rokan Hilir, 16 Agustus 2017.
SEGELAS KAPOCINO
Manis begitu kata yang tepat
untuk menamai kapocino
berpadu coklat susu
hingga dingin
segigil hatimu.
Pipi merah jengah
tersipu malu
jantung melompat
bagai anak domba
mencari puting induknya.
Terpanah saling curi
nikmati seraut wajah
pujaan yang lama mengusik mimpi.
Entah sudah berapa purnama, rasa itu tersimpan rapi
padamu pencuri hati
Rokan Hilir, 23 Agusrus 2017.
Tentang Penulis:
Bunda Swanti adalah seorang ibu rumah tangga. Ia Hobi membaca puisi, tinggal di Desa Bangko Lestari Kecamatan Bangko Pusako Kabupaten Rokan Hilir, RIAU. Tergabung dalam sekolah sastra dunia maya (KOMSAS SIMALABA) yang diasuh CREW simalaba. Puisi puisinya rutin diikut sertakan dalam program Semarak Puisi www.wartalambar.com, ini adalah puisi puisinya yang pertama kali dipublikasikan di www.simalaba.com.
No comments