HEADLINE

Edisi Minggu, 10 September 2017_ PUISI PUISI S KAMALUDIN (Lampung Barat)

Redaksi menerima tulisan
Puisi minimal 5 judul, Esai, Cerpen, Cersing (Cerita Singkat) untuk kami Siarkan setiap hari. Semua naskah dalam satu file MS Word dikirim ke e-email: majalahsimalaba@gmail.com
beri subjek_VERSI ONLINE MAJALAH SIMALABA
(Mohon maaf, laman ini belum dapat memberikan honorium)




PUISI PUISI S KAMALUDIN



LIE 

Lie, bila nanti ada kejora wan pari
jangan tanya aku
pilih yang mana.

Sebab aku telah memilih
debu jantung kota,
redup tak bersinar seperti mereka dan
hilang ditelan langit.

Lei, andai ada emas permata
jangan bilang beli yang mana,
aku telah memungut sebutir pasir tepian pantai,
kecil tak berharga seperti mereka tergadai dimasa sulit..

Way Tenong, 7 September 2017.



SISA RINDU 

Aroma cempaka kembali berbisik
mesra
selaksa rasa nan lama mendekap mimpi
terajam oleh sepenggal cerita lama.


Dan,

Kini panji panji rindu
tumbuh mekar tersiram sekuntum kata
pembalut luka cinta menggurat bilik sukma
lengkungan patah berbingkai getir masih tersisa
perlahan terhapus dalam pelukmu mesra.

Way Tenong, 5 September 2017.



CUCU PUISI 

Selarik sajak tak sempat terbaca
tertera di lembaran kabut bertinta merah
muda masa rentang dosa.

Dalam peluk kehariba'an yang Maha
membisik resah di malam nan buta
menikam penghulu kelam sebidak noda
meminta sepercik cahaya karunia.

Dan-

Riak sesal  sejarah
di jalan kering retak kemarau
kurangkai kalimat sehentak linang pembasuh wajah.

Tetapi,


risalah usang masih berulang singgah
bak cucu puisi berangkai tak terhenti
tepajang di setiap sudut ruang waktu.

Way Tenong, 07 September 2017.



CAHMAL SIPENYAIR CONGKAK 

Menepuk dada tinggal belulang
di riuhnya jantung pasar
mengacungkan jari kelangit
bak pesulap siapkan aksi.

Lihatlah!, purnama disiang ini,
celepar!, entah tangan siapa menyapa pelipis
kuseka darah di ujung bibir dan semua bubar.

Tersisa ibu menatapku pilu
mengisi putranya yang menggila
di bukit sajak tak berarah,
aku tak peduli, terus saja kupungut bintang bintang yang tersepah
dan menyimpannya di balik baju kumal.

Way Tenong, 8 September 2017.


PESAN 

Lie,

bila Nica bertanya tentang aku
katakan saja dalam peluk lelah.

Sebab sewindu tersesat di tikungan ganjil
mengukur jarak antara esok dan kemaren.


Way Tenong,  8 September 2017.



Tentang Penulis
Suratman kamaludin adalah seorang petani, yang tinggal di Way Tenong Liwa Lampung barat. Tergabung dalam sekolah sastra dunia maya (KOMSAS SIMALABA) yang diasuh CREW Simalaba. Puisi puisinya rutin diikut sertakan dalam semarak puisi www.wartalambar.com dan rutin menghiasi simalaba.com








No comments