Edisi Rabu, 06 September 2017_ CERNAK ARI VIDIANTO (Lumbir)_SATRIA DAN ES CREAMNYA
Redaksi menerima tulisan
Puisi minimal 5 judul, Esai, Cerpen, Cersing (Cerita Singkat) untuk kami Siarkan setiap hari. Semua naskah dalam satu file MS Word dikirim ke e-email: majalahsimalaba@gmail.com
beri subjek_VERSI ONLINE MAJALAH SIMALABA
(Mohon maaf, laman ini belum dapat memberikan honorium)
SATRIA DAN ES KRIMNYA
Oleh : Ari Vidianto
Siang itu udara sangat panas, terlihat Satria dan Bangkit pulang dari sekolah dengan tergesa-gesa. Tiba-tiba…
“ TOLILUT TOLILUT TOLILOLELOT !”
Melintas di depan Satria dan Bangkit pedagang es krim.
“ Beli ah,” seru Bangkit.
Bangkit pun menghampiri penjual es krim itu dan segera membeli satu buah rasa mangga. Sementara itu Satria hanya bisa menelan ludah.
“ Hmm….enaknyaa…segar nih tenggorokanku,” gembira Bangkit.
“ Nyicip dong, Kit?” pinta Satria.
“ Sory lah law, beli sendiri dong!” jawab Bangkit.
“ Huh pelittt…!!!” seru Satria.
“ Biarin weee…!” jawab Bangkit sambil menjulurkan lidah dan berlari meninggalkan Satria.
“ Hmm….uangku abis sih, jadi tidak bisa beli es krim deh,” keluh Satria. Memang Satria sangat boros menggunakan uangnya. Setiap hari uang jajan yang di kasih mamanya tak pernah tersisa.Uang jajan Satria tidak tentu kadang 5.000, kadang 6.000. Banyak alasan dari Satria bila minta uang ke mamanya. Tapi ya selalu habis, tidak ada yang tersisa. Baru kelas IV saja sudah boros, kalau tidak hemat bagaimana kalau besar nanti. Begitu kata mama hampir setiap hari, tapi ya begitu Satria tidak pernah menurutinya.
***
“Ma..mama, aku minta uang dong..Untuk beli es krim,” begitu kata Satria sesampainya di rumah.
“Kalau masuk rumah beri salam dulu,Sat,” kata mama yang tiba-tiba muncul di ruang tamu.
“Hehe.Ma, aku minta uang dong buat beli es krim,” pinta Satria.
“Kamu kan hari ini sudah mama kasih uang,”
“Kan sudah habis buat jajan,ma,”
“Makanya jadi anak jangan boros,”
“Mama, pelit,” gerutu Satria. Tapi mama tidak memperdulikannya. Mama malah berjalan keluar rumah.
“Mama mau kemana?” teriak Satria.
“Mama mau belanja ke warungnya bu Rizka,” jawab mama tanpa menoleh. Satria lalu masuk ke dalam rumah. Ia duduk di sofa dekat TV. Di kepalanya saat ini hanya memikirkan makan es krim.
Tiba-tiba terlintas di pikirannya untuk mengambil uang mama. Lalu ia pun segera masuk ke kamar mama. Ia membuka lemari baju , tapi tidak ada uang. Lalu ia segera mengangkat kasur, dan ternyata ada uang 20.000.
“Asyik, cukup nih buat beli es krim,” kata Satria senang. Ia bergegas keluar rumah dan segera mencari penjual es krim keliling.
***
“Hmm…nyam-nyam. Eeenakk…,” ucap Satria yang sedang makan es krim di pohon mangga, di belakang rumahnya. Satria takut ketahuan mamanya, jadinya ia makan di pohon mangga.
“Enak sekali ya makan es krim 4,” ucapnya kembali.
“Satria-Satria, kamu dimana?”
Tiba-tiba terdengar ada orang yang memanggilnya.
“Itu sepertinya suara mama,” gumam Satria.
“Satria-Satria, kamu yang ngambil uang mama ya?”
“Aduh, gawat nih,” gelisah Satria. Rupanya mama tahu kalau ia yang ambil uangnya di kamar.
Dari atas pohon Satria semakin gelisah, karena mama sudah ada di bawah pohon sambil celingukan. Tanpa Satria sadari ada ulat di dekatnya.
“Hiii..ulaaattt…!!” teriaknya.
“Ketahuan nih anak,” kata mama yang sudah melihat Satria.
“Ayo turun!” perintah mama.
“Nanti ma, aku belum selesai makan es krimnya,”
“Ayo, cepat turuun!” teriak mama sekali lagi.
Satria malah manyun, di tangannya masih tersisa 1 bungkus es krim yang belum habis di makannya. Tiba-tiba …
“Aduuuhh..perutku sakit,” rintih Satria.
“Tahu rasa kamu,” kata mama.
“Huhuhu…,” Satria pun menangis tersedu-sedu,memang Satria bandel tapi tetap cengeng. Padahal ia sudah kelas IV SD.
“Cepat turun!” perintah mama untuk yang ke - 3 kalinya. Tanpa banyak menjawab Satria pun segera turun dari pohon sambil menangis tersedu-sedu.
“Kamu tadi makan berapa es krim?”
“4, ma,”
“Kamu belum makan siang ya?”
“Belum, ma,”
“Makanya kalau mau makan es krim makan dulu. Tapi jangan mengambil uang mama tanpa izin. Tuh kan akibatnya kamu jadi sakit perut,” terang mama.
“Iya, ma. Maafin Satria ya? Satria janji tidak akan mengulanginya lagi,”
“Ya, mama maafin kamu,” jawab mama sambil tersenyum. Mereka berdua segera masuk ke rumah. Mama segera mengobati sakit perut Satria.
“Mama baik sekali ya?” gumam Satria. Mulai sekarang Satria akan mengubah semua sifat-sifatnya yang tidak baik.
TAMAT
Tentang Penulis
Ari Vidianto lahir di Banyumas, 27 Januari 1984, pekerjaan seorang Guru di SD N 2 Lumbir UPK Lumbir. Tinggal di Cikole RT 03 RW 02, Desa Lumbir Kecamatan Lumbir, Kabupaten Banyumas Jawa Tengah Kode Pos 53177. Selain mengajar saya juga menulis Puisi, Cerpen, Pantun, Lagu dan Geguritan. Sudah menerbitkan 2 buku karya tunggal berjudul “ Ibu Maafkan Aku”, “ Wajah-Wajah Penuh Cinta” , 17 buku Antologi dan banyak karya yang dimuat di Media Massa seperti di Majalah Sang Guru, Ancas, SatelitPost, Tabloid Gaul, Readzone.com, Buanakata.com,Sultrakini.Com, Riaurealita.Com, Duta Masyarakat, Solopos, Joglosemar dll.
No comments