Edisi Rabu, 06 September 2017_ PUISI PUISI MASLAN H. BASRA (Halmahera, Maluku Utara)
Redaksi menerima tulisan
Puisi minimal 5 judul, Esai, Cerpen, Cersing (Cerita Singkat) untuk kami Siarkan setiap hari. Semua naskah dalam satu file MS Word dikirim ke e-email: majalahsimalaba@gmail.com
beri subjek_VERSI ONLINE MAJALAH SIMALABA
(Mohon maaf, laman ini belum dapat memberikan honorium)
PUISI PUISI MASLAN H. BASRA
KARENA CINTA
Tak terasa kesempatan membuat kita terasa jauh
walau waktu selalu ada
kini-
kita mengalir bagai sungai.
Biarkan cerita kita direkam angin
biarkan suara hati melebar di angkasa
biarkan diri ini bagai tungku tanpa api
sebab jarak, telah mengokokohkan jiwa ini ke dalam bumi
karena cinta telah menemukan nuraninya.
Ternate, 2017.
WAJAH PEREMPUAN
Ketika sang fajar menampakkan wajahnya
aku terbangun, menatap keindahan alam
sambil membayangkan wajahmu
bagai sejuta kebahagiaan bermukim di sana.
Kau pembawa harapan
menerbangkan ke banyak tempat
hingga dalam angin aku terdiam.
Di sini, kuhitung kenangan
sementara angin dengan lantang menampar wajahku
sosok bayanganmu perlahan-lahan menjauh
ingin kukejar dan memeluk
namun, mentari begitu cepat membawanya pergi.
Ternate, 2017.
CATATAN DIAM DIAM
Kini, rembulan terlampau beranjak
entah ke langit mana ia menepi
memusnahkan tawa yang perna pecah.
Tiba-tiba ada yang berubah
bagaikan angin mengirimkan
sunyi, sepi
dan-
diam, sangat diam diam menghilang.
Ternate, 2017.
ORGAN TUBUH YANG RETAK
Aku tak tau harus berbuat apa
semenjak organ tubuh ini retak
ada pahit dalam penat
ada bicara tanpa kata-kata
semacam kepala tak lagi mengenal kakiku
dan mata, tak lagi mengenal tanganku
bahkan mulut, tak lagi mengenal perutku
ada apa? Tanyaku diam diam.
Mungkinkah jiwa mampu menyatu?
jadi tangguh dan mandiri
disegani
atau dipimpin dan memimpin
saling menasihati, demi menjalin silaturahmi.
Ah-
kita, bagai isyarat dalam mimpi.
Ternate, 22 Oktober 2016.
KETIKA MALAM BERTANYA
Aku sempat bertanya-tanya
ke mana perginya bintang-bintang?
ketika waktu membiarkan kesepian menghantamku.
Ke manakah bulan bertandang?
ketika awan memagari cahaya
habis sudah aku dikoyak-koyak amarah
air mataku terpelanting
satu demi satu bertabrakan.
Aku tak sanggup menyaksikan kesedihan keluar masuk dari mata ini
menciptakan sungai-sungai
bumi sudah tak sanggup menampung air mataku
maka kembalilah duhai hiasan malam!
kembalilah duhai cahaya yang kurindukan.
Ternate, 15 November 2016.
Tentang Penulis:
Maslan H. Basra, lahir di desa Indong Kab. Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara pada 03 Desember 1996. Saat ini menempuh pendidikan di Universitas Khairun Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program studi Pendidikan Matematika. Kini aktif di Gerakan Mahasiswa Pemerhati Soasia (GAMHAS-MU) dan saat menjabat sebagai Koordinator Komunitas Parlemen Jalanan (KPJ-MU).
No comments