PUISI PUISI ENDANG A (Jakarta)_KABAR DARI TELUK_SESAK BERNADA KUTIP_KEHAMPAAN_TENTANGMU_KEHILANGAN_DI BALIK BIBIR PANTAI_HASRAT SEMUSIM_PAMAN SAM_KEHILANGAN
Redaksi menerima tulisan
Puisi minimal 5 judul, Esai, Cerpen untuk kami Siarkan setiap hari. Semua naskah dalam satu file MS Word dikirim ke e-email: majalahsimalaba@gmail.com
beri subjek_VERSI ONLINE MAJALAH SIMALABA
(Mohon maaf, laman ini belum dapat memberikan honorium)
PUISI PUISI ENDANG A (Jakarta)
KABAR DARI TELUK
Ti, kemarin kisah kita tertutup usia
pada badan jalan layang itu
menghunus ribuan belati
memaksa mata untuk lebih picik meraba jalan.
Ti, jiwa kita pernah terbelah angin
hingga camar lupa untuk menyapa pagi
dan wedang kopi tanpa napas di teluk ini.
Entahlah, Ti
pelabuhan juga merasa kelelahan mencari perahu layar
sebab jauh di seberang hiasan morgana lebih berkilau.
Ti, lalu kemana lagi harus singgah dan merebah?
semua sepi dan hening
sedang jiwaku riuh dengan napas siang yang telah hilang dari kalimat.
Ti, sungguh alas tidurku telah mereka lipat
mainan terampas
dan jantung sudah tak bergerak.
Selamat tinggal, ti
aku rindu kasihmu.
Jakarta, 25 September 2017
SESAK BERNADA KUTIP
Tidakkah kau lihat kasihku berlipat rindu yang cemas di antara belukar
masihkah harus mengeja
bahasa bibir.
Sedang-
kau paham benar
batas cinta dan rindu bisa mati dalam lautan kebencian
di mana dia berubah tumbuh gelegar dalam dadanya
Jangan ucapkan harap
dada ini tak ingin lagi terbunuh
oleh kalimat hanyir
yang menempeleng keberadaan.
tertinggal serpih
pecah di pesisir
dengan aroma mabuk
di helaian waktu.
Jangan salahkan pula jejak jejak karat
sungguh, sabar ini telah memeras keringat anak anak sungai.
Jakarta, 23 September 2017
KEHAMPAAN
Begitu hebat malam mengangkat rembulan
Menjejer nasib beribu ribu luka
Mimpi bukan lagi isyarat untuk menjadi benih
Sebab jejak jejak rindu berjatuhan di semenanjung hampa
Tanpa ada desir angin yang memutar balikan sebuah pikir.
Dia diam dalam hening
Lalu merebah dalam bayangan
Meski berkali kali berteriak
hasrat tetap kembali kedalam kutipan perang perandai andaian.
Masih di sini dalam geliat
Meraba jalan piatu yang pernah termitoskan
Melabuhkan perahu untuk memetik sedikit fitrah
Dan menyembunyilan luka dalam mantra mantra doa.
Kemudian melayangkan tanya arti sebuah air mata
Lama dia tersingkir dari pandangan sukar
Menimbulkan kesakitan disebuah pengakuan.
Jakarta, 23 September 2017
TENTANGMU
Bahkan,
Pada kalimatmu
Menguji intuisi
Untuk menarik pelatuk
Tanpa harus melepas peluru.
Kemudian ayat ayat cinta terlepas
mengajariku bahasa hidup
memenjarakan sunyi.
Diteluk itu
kita menjadi ungkapan
walau berlainan hasrat
tetapi menyatu rasa.
Apakah benar cahaya itu adalah sebuah harap?
Ketika sayap memulangkan urat nadi
Hingga pintu, mampu kubuka
Tanpa kesukaran yang membunuhku.
Entahlah!
hanya bisa menatap kosong.
Jakarta, 23 September 2017
KEHILANGAN
Entahlah!
hulu ini begitu sesak
dasar hasrat terpelanting begitu riuh
hingga berguguran dalam hening.
Baru saja mata ini menatap fajar
keringat baru saja mengering
namun cahayamu memudar.
Tik, adakah esok akan kembali bermuasal?
sedang bola mata kembali gerimis
di atas puncak aku memandang hampa
sungguh lelahku sudah berwujud patah.
Tik, kembalilah dalam dekapan malam.
Jkt, 15-9-17
DI BALIK BIBIR PANTAI
Dia yang gemar merampungkan bising di lautan pesisir
meraba perjalanan
untuk memoles kisah baru
di mana tawa bebocah mampu melumerkan suasana.
Ruang itu menguji stabilitas
membuat riwayat gelap menguap
namun cahaya kasih jatuh dalam kelopak hati
membungkam amarah dalam pijaran api di antara teluk semenanjung.
Lagu mulai bersenandungkan
jiwa jiwa mulai menghadirkan bahasa hati
di mana kehangatan tercipta
bersama pelepasan perahu laju tanpa kecemasan.
Jakarta, 21 September 2017
HASRAT SEMUSIM
Ada lembar merejam dalam kotak pengharapan
di mana riwayat gelap terkubur menjadi sebuah damai
lama merindukannya, melengkapi jalur keberadaan pintu cerita.
Dadaku sesak ketika badai menghujani
raut mendung menempeleng jiwa jiwa murni
lalu menjadi kemelut panjang
pada kebocoran pipa pipa besi berisikan racun.
Syair syair napas piatu kembali terlontar
tercetus kesempurnaan nada di antaranya
dialah gejolak, yang mampu memudahkan aliran
menjadi senyuman paling manis tanpa menyembunyikan sebuah perih
sungguh, alam mengalirkan hawa tersejuk malam ini
sebab perahu perahu telah kembali pulih ke arah muasal datang.
Sedang aku menatap dunia bising dengan kepuasan sebuah rasa.
Jakarta, 21 September 2017
PAMAN SAM
Aku bagai terlahir kembali
ketika sebuah kalimat santun menempeleng jiwa
kutangkap aroma, perlahan menghanyutkan rasa sakit.
Semak ini begitu sukar
riwayat genap menerobos masuk
bersiasat
hingga dinding asin porak poranda.
Hai engkau yang gemar melihat halimun
kurasakan ruh siang di napas malam
membuat camar riuh berbagi cerita
perihal lubuk yang kutemukan di antara beningnya air pedesaan.
Dan rasa lain melengkapi perjalanan
berdendang dengan pemanis hari.
Jakarta, 20 September 2017
KEHILANGAN
Entahlah!
hulu ini begitu sesak
dasar hasrat terpelanting begitu riuh
hingga berguguran dalam hening.
Baru saja mata ini menatap fajar
keringat baru saja mengering
namun cahayamu memudar.
Tik, adakah esok akan berirama?
sedang bola mata kembali gerimis
di atas puncak aku memandang hampa
sungguh lelahku sudah berwujud patah.
Tik, kembalilah dalam dekapan malam.
Jkt, 15-9-17
No comments