PUISI PUISI HUJRATUL FEBRIANTO
Redaksi menerima tulisan
Puisi minimal 5 judul, Esai, Cerpen untuk kami Siarkan setiap hari. Semua naskah dalam satu file MS Word dikirim ke e-email: majalahsimalaba@gmail.com
beri subjek_VERSI ONLINE
(Mohon maaf, laman ini belum dapat memberikan honorium)
PUISI PUISI HUJRATUL FEBRIANTO
SEMANGAT PENGEJAR MIMPI
Bertahun tahunmengukir lembaran kayu
dengan ribuan pahat
namun hanya mendapat selembar kertas.
Bangku yang termakan
belum cukup membuat kenyang
masih butuh energi besar
jika ingin mendaki puncak Jaya Wijaya.
Tak kuasa menahan diri
lalu beranjak dan berkata
akan ku daki Himalaya
Lampung barat, 15 September 2017.
SAJAK UNTUK ANAKU
Di gubuk yang kecil hangat inikulihat dua orang tertidut pulas
seorang ibu dan seorang anak
berbantal lengan mendekap si mungil.
Ku ambil sebuah kertas usang
lalu ku tulis sebuah sajak
di iringi derik jangkrik berpadu katak
menanti hari esok.
Hikmat dipenghujung malam
di temani lampu sentir
menanti esok untuk berjuang
persiapan diri membanting tulang.
Seorang petani dengan goresan
memliki mimpi besar
untuk anak gadis bernama Bilqis.
Lampung Barat 28 September 2017.
LEBUHON
Rimba kukup mengapit sungaimembentuk dinding batuan cadas
arus deras menghantam keras
menerjang tepi napal.
Melsat menyusr curam
terjun menghunus lubuk
menciptakan gemercak buih
sedikit tenang sebelum kembali mengalir.
Hingga perlahan menelusur alam
sampai ke muara.
Lampung Barat 11 Oktober 2017.
RATAPAN ANAK ROHINGYA
Rumah sudah tak berbekasayah telah tiada
ibu entah dimana ?
Berlinang air mata para yatim Rohingya.
Kejam para pembantai
membabi buta
meluluh lanta hak mereka
yang tak berdosa.
Tidak ada tempat bermain
tidak ada tempat belajar
haya ketakutan yang melanda
meratapi nasip di pengungsian.
Mengapa engkau manusi
tega menyiksa sesamamu
dimana hati nurani ?
Lampung barat 15 Oktober 2017.
KETIKA LARUT TIBA
Ketika dua jendela hendak tertutupsekelabat Nirwana membawa tenang
roda yang berputar terus berjalan
mustahil di hentikan.
Sesaat terdengar dengkuram
dari rongga kehidupan
menapung butir butir debu
didalamya yang nista.
Tepian napalpun berair
seakan tak mau tertinggal
hingga tertetes embun pagi
dan kembali membasuh jendela.
Lampung Barat 16 Oktober 2017.
Tentang Hujratul Febrianto: Tinggal di way tenong 12 Februari 1998, Padang Tambak, WayTenong
No comments