PUISI PUISI IVAN AULIA (Surabaya, Jawa Timur)_Kisah Terakhir Gadis, Sajak Memorabilia, Belengge Preman, Misteri Dialog Lisan, Vina 'Masih Merendam Kerinduanmu', Teguh 'Kemanakah Engkau'
Redaksi menerima tulisan
Puisi minimal 5 judul, Esai, Cerpen untuk kami Siarkan setiap hari. Semua naskah dalam satu file MS Word dikirim ke e-email: majalahsimalaba@gmail.com
beri subjek_VERSI ONLINE MAJALAH SIMALABA
(Mohon maaf, laman ini belum dapat memberikan honorium)
PUISI PUISI IVAN AULIA
KISAH TERAKHIR GADIS
: Untuk Nur Aida Harahap
Tahun ini tidak lagi di Kota Pahlawan
Ia telah menyelesaikan studi
Menapaki jejak kota yang terselut padang
Tidak menginjak kaki lagi
Karena Aida akan kembali ke Medan
Dengan seperjuangan tenaga dan pengorbanan
Yang terpeluk dengan keluarga
Entah bagaimana lagi enggan bertemu dengan pria idaman di Madura
Seakan-akan ingin jatuh cinta di Sumatera
Setidaknya aku sudah melepas kebersamaan
Yang terjaring memori persahabatan
Selamat tiga tahun berteman di kota Pahlawan
Sejak saya menapaki putih abu-abu
Tersirat telah sudah
Memelik bebek yang sedang berjalan melintasi kota
Tak apa-apa lagi
Kita hanya tercelah jauh
Melalui sambungan jarak jauh
Ku heran betapa perginya sang Gadis
Inilah jalan terakhir untuk Aida
Sudah mempersembahkan puisi yang telah terbit
Tidak diterbitkan melainkan sudah terhapus jejak kerinduanmu
Selamat jalan Aida dan Kota Pahlawan
Wahai pujangga cinta
Semerbak melayu memetik hargamu
Penuh rasa cinta berbangga padamu
Bukankah ingin mencintai persahabatan kita
Selaku perhelatan aku dan dia
Yang mengharmoniskan hati dan pikiranmu
Inilah puisi terakhir untukmu
Sebentar lagi aku sudah terlepas dari jeratan kebersamaan
Sampai jumpa di lain waktu
Aida, ku cintai padamu
Surabaya, 2017
SAJAK MEMORABILIA
Akankah kenangan masih terpajang
Seandainya ingin memelukmu
Tapi sudah terhangus zaman
Memasuki era milenial
Yang terkelupas masa lalu
Sebenarnya ingin berjumpa
Selebihnya ia tergoda oleh rayuan waktu
Dengan tergundahnya euforia dan semacam nafsu
Betapa melihat tokoh yang sedang mati
Merangkai tidur tenang
Selamanya akan tergenang pada gelombang air mata
Ruh akan tersambung
Kini tak tahu kabar terlintah zaman
Yang semestinya terbang di Angkasa
Sayang tidak bisa apa-apa
Kini hanya mengisahkan kepedihanmu
Atau sekadar padang bulan
Memorabilia terpaku seumur hidup
Surabaya, 2017
BELENGGU PREMAN
Malam penuh terpesonanya lelaki kurang tampan
Sepanjang sunyi terusik klakson
Menemani kopi dan rokok yang terbelenggu kasar
Mengiringi dialog sedikit payah
Sekilas redupan emosi terjerumus pada seseorang
Dunia tak dipedulikan
Agama tak lagi menyembah
Melainkan terpaku perilaku dan tingkah lakumu
Terkutuklah pria bedebah
Yang membakar celotehmu
Sekedar nafas hitam yang menjeram di bangku
Menendang tembok lalu sebentak-bentaknya
Lisan teriak dan meminta semua dimusnahkan
Ini adalah gairahmu
Ini adalah genggaman yang tak bisa dilalaikan
Bakarlah kejenuhan
Membawa sejuta alasan
Lalu mengusir di dalam kota
Hingga detik ini terbelenggu jin masih terjadi lagi
Bila sewaktu-waktu aksi yang merusak suasana
Surabaya, 2017
MISTERI DIALOG LISAN
Mendengar jeritan hantu
Putarlah kejadian paling mengerikan
Melunturkan darah begitu kejam
Selebihnya menjatuhkan kisah cinta
Yang berujung maut
Ketika mimpi datang
Ia tak menyangka menemui sang Pendekar Malam
Tujuannya hanya mengeluyur jalanan
Semacam gangguan tak terduga
Bagaimanakah doa yang tidak sempat dilantunkan
Setan terbelenggu
Dialog kasar terus membawa kebohongan
Serta merusak manusiawi karena manusia bedebah
Betulkan dialog itu hanya sekadar asli
Atau memalingkan hampa dalam sebutan tuhan
Sayangnya tuhan tidak diizinkan untuk menyembahkan
Melainkan hanya satu percakapan
“tuhan kenapa tak memberi petunjuk” kataku
“Tidak memberi petunjuk karena sekali-kali merayu dosa dan gangguan nafsu”
Adegan terakhir sebelum kabur
Adalah tidak akan terampuni lagi
Surabaya, 2017
VINA, MASIH MERENDAM KERINDUANMU (I)
Vina
Ku masih merendam kerinduanmu
Dalam segelap semesta
Alam terbentang di sana
Sungguh jangan hanya diam
Serukan cerita di balik dirimu
Namun ia tidak bisa terucap
Hanya memberi perkataan
Kepada sahabat sebaya
Vina
Jangan banyak diam
Jawablah aku
Kamu perempuan dewasa
Sebagaimana sabda persahabatan yang pernah ditemui
Dalam sebuah pertemuan hangat
Sejak saya kecil
Tolonglah Vina
Jangan banyak kecewa
Karena terabdi perempuan
Daripada menikmati obsesi
Ayolah mana perjanjianmu
Sampai sekarang aku masih terekam memori
Antara aku dan sahabat kecilku
Bukan tujuan merayu cinta
Hanya mendengarkan ucapan berikutnya
Saat masih kecil
Surabaya, 2017
TEGUH, KEMANAKAH KAU?
: Kepada Teguh Wibowo
Sebulan hampir termakan hari ke hari
Ia bersamai aku
Semenjak menginjak istri terbaru
Tidak lagi menemani setahun
Hanya saja masih terpintas dalam kepenahanmu
Lantas siapakah yang mengantikan Teguh sebagai persahabatanmu?
Hari ini sudah resmi memegang perjanjian suami istri
Aku hanya mengisahkan tanda tanya
Apakah ia bersamai di waktu hampir berdekatan?
Surabaya, 2017
Tentang Penulis
M Ivan Aulia Rokhman, Lahir di Jember, 21 April 1996. Mahasiswa Universitas Dr Soetomo. Karyanya dimuat di koran lokal dan Nasional. Beberapa puisinya juga dimuat dalam antologi Bukan Kita (2017), My Teacher (2017), Syair dalam Nada (2017). Bergiat di FLP Surabaya, dan Komunitas Serat Panika. Ia Seorang Penulis ditengah Berkebutuhan Khusus. Tinggal di Jalan Klampis Ngasem VI/06-B, Sukolilo, Surabaya, Jawa Timur, 60117
No comments