Aliya Nurlela Rilis Buku Cerpen Terbaru “SEBAIT PESAN SELEPAS HUJAN”
Redaksi Simalaba juga menerima laporan kegian dari komunitas-komunitas atau lembaga yang bergiat di bidang seni, budaya, lingkungan hidup. Kirim rilis tersebut disertai foto-foto kegiatan ke e-mail: majalahsimalaba@gmail.com, beri subjek VERSI ONLINE
Aliya Nurlela kembali melahirkan buah karyanya, sebuah buku cerpen bertajuk “Sebait Pesan Selepas Hujan”, yang berkisah tentang hujan di masa kanak-kanak, hujan di masa remaja dan dewasa, konflik rumah tangga, perempuan, menulis, buku dan lain-lain.
Diakui Perempuan Inspiratif NOVA 2016 lalu ini, pengambilan judul “Sebait Pesan Selepas Hujan” terinspirasi dari kenangan akan hujan, baik di masa kanak-kanak maupun di masa remaja dan dewasa. Masih dikatakan Aliya, ia memang menyukai gerimis. "Gerimis yang turun ibarat bait-bait puisi yang melahirkan kesegaran sekaligus inspirasi. Meskipun sudah banyak tema yang sama, tapi hujan selalu menarik untuk jadi inspirasi menulis" ujar penulis Novel serial “Risoles Kota Manis” tersebut.
Buku kumpulan cerpen ini diterbitkan oleh FAM Publishing dengan tebal 170 halaman lebih, berisi 27 cerpen dari berbagai judul, yang sebagiannya sudah terbit di media. Buku ini rilis Oktober 2017, yang sengaja tidak diluncurkan secara offline, seperti halnya buku-buku terbitan Aliya Nurlela sebelumnya.
Baca Juga:
Menurut Aliya, Cerpen tersebut barang kali akan menjadi buku cerpen terakhir yang lahir dari tangan dinginnya. Namun bukan berarti lantas ia berhenti berkarya, sebab tahun ini ia akan lebih fokus untuk menulis novel. Khususnya novel serial, yang dalam waktu dekat jilid 1-nya akan segera terbit.
"Saya telah memutuskan memilih dalam berkarya, yaitu menulis novel serial. Saya ingin fokus," tegasnya. Hal ini jelas sekaligus menandai rehatnya Aliya Nurlela dari kegiatan di lapangan. "Saya ingin fokus berkarya secara online" sambungnya.
Namun diakuinya, sejak memutuskan rehat kegiatan literasi di lapangan akibat pemulihan kesehatan, undangan untuk mengisi materi justru semakin berdatangan. Baik dari kampus, sekolah, maupun pondok pesantren. Meski demikian, Aliya tetap membatasi kegiatan literasi di lapangan dan memilih fokus menulis buku, serta mengatur manajemen secara online. Karena hal tersebut telah menjadi komitmennya dalam berkarya.
Aliya juga sempat mengisahkan proses penyusunan cerpen ini yang sempat terbengkalai, akibat kesibukan menangani naskah-naskah penulis lain. Aliya berharap buku kumpulan cerpen ini tetap menyenangkan untuk dibaca oleh semua kalangan, dan dapat memunculkan motivasi tersendiri bagi pembaca.(TIM DEM Media to Redaksi Majalah Simalaba)
No comments