HEADLINE

PUISI-PUISI IVAN AULIA (Jawa Timuar)_Dyah, Mengapa Dirimu Menjerit

Redaksi menerima tulisan
Puisi minimal 5 judul, Esai, Cerpen untuk kami Siarkan setiap hari. Semua naskah dalam satu file MS Word dikirim ke e-email: majalahsimalaba@gmail.com
beri subjek_VERSI ONLINE
(Mohon maaf, laman ini belum dapat memberikan honorium)


PUISI-PUISI IVAN AULIA


Selamat Hari Sumpah Pemuda

Pemuda-pemudi Indonesia
Tanah air satu
Tanah air merah putih
Tanah mempergolongkan persatuan
Tanah menegak keadilan
Rusuhkan langit merdeka
Pemuda-pemudi Indonesia

Cinta kebhinekaan
Bersujud pada garuda pancasila
Tataplah langit bersejarah
Kenanglah para tokoh
Serulah kepada tuhan

Taatilah pengorbanan jasa
Kembalikan janji kepada bangsa
Bunga mekar mengisahkan rahasia
Berbahasa satu bahasa indonesia

Lingkaran persatuan kekuatan
Jangankah mengaris atas lewat perbatasan

Jantung negara mempertaruhkan nyawa
Bangun genggaman tangan
Kuatkan jiwamu dan raga meranah di penjuru nusantara

Kami pemuda pemudi Indonesia
Gelorakan semangat
Membara panji kepada sang maha kiasa
Menjunjung keguncangan untuk negeri
Semboyan muda tularkan emas
Doa untuk sang pencipta
Langit dan bumi
Makmur, adil, dan sentosa
Selamat hari pemuda
Untuk Indonesia

Surabaya, 28 Oktober 2017

Dyah, Mengapa Dirimu Menjerit?

: Untuk Dyah Ulifatul Hasanah

Dyah
Perempuan begitu dramatis
Inilah kejadian saat renungan malam
Lantas ia menangis secara terjerit hati
Mengapa dirimu terjerit?
Lantas dihina seseorang karena buruk sangka?
Inilah yang disebut dimensi perasaan
Mungkinkah yang menjadi pedoman untuk esok hari

Sama saja tidak punya empati
Bahkan rasa biasa mulai terhembus
Jadi inilah pemeran drama sambil melepas jilbab
Padahal drama sama dengan budaya sekitar
Apa yang membuat rindu
Di sana tinggal bersama
Tetap saja tiada melimpahinya

Lautan jilbab melayang di langit
Bagaimanakah langkah menuju fi sabilillah?
Tetapi bayangan masih merenggut sang pujaan hati
Apakah yang menjadi daratan
Membaca lembaran demi lembaran
Tersumbat dalam keriuhan kalbu

Sebenarnya benang putih mengikat
Kemudian melambaikan makna tersirat
Seharusnya malam tertidur pulas
Inilah mimpi Dyah terjadi karena hal mistis
Lupa memeluk ayah dan Ibu
Setelah melepas kepergian buah hati
Inilah langkah sangat buntu
Salah satu fakta terkodrat bagiku adalah
Dimanakah letak tragis atas ketidaknyamanan dalam keagungan langit dan bumi
Hidup ini tidak semestanya adil
Hidup ini tidak adil!

Surabaya, 2017

Tidak Mampu Mengerjakan Soal Ujian

Soal begitu sulit
Ilmu tidak diterapkan
Persiapan belajar jadi hambat
Sempatkan belajar malah membuang waktu untuk bermain
Seperti waktu cepat berputar
Nilai jelek mempengaruhi kejujuran

Tingkat kemalasan menanda gejala penurunan suatu menuntut ilmu
Tanggung jawab kurang diserap
Siapapun menunjukkan nilai rendah
Akan menyiksa ayah atau ibu
Tiada menambahi uang saku
Tiada memberi biaya untuk sekolah
Sehari bermalas-malasan
Lalu bagaimana ujian?

Sudahkah siap mulai mengerjakan soal ujian?
Jawaban pasti setengah siap
Dimanakah perkara dosa dihadapan hujan api menyala
Aku meminta ampun
Untuk memperbaiki bahagia dunia dan akhirat
Di balik soal merasa kurang menguasai
Terbentur hari untuk mengisi liburan
Sebuah tantangan hampir memberikan segala cobaan
Tiada kabur sebelum ujian usai
Pulang dari menuntut ilmu merasa ruang pagi

Surabaya, 2017

Membaca Karya Tulisan

Selamanya membaca tulisan
Memperkaya ilmu pengetahuan seperti mengutip orang
Tak terasa melebihi apa yang ada
Seperti halnya menjawab tantangan masa sekarang
Mungkinkah aku dibalik kejadian
Melalui karya diselamatkan dengan kata-kata
Seperti tantangan zaman mengetik sebuah karya
Rasa keinginan yang membelut hampa dan emosi
Sedikitnya memukau zaman dibalik namamu

Sastra adalah memperkaya kalimat dan peralatan karya
Melalui bedah tulisan semakin dipreteli segi ejaan
Tungku tangan tersayup habis
Mungkin ribuan tahun lagi karya terus di gejora
Melayang udara akan tersiup namamu
Demi kemaslahatan umat

Budayakan membaca
Jangan sedikit malas sebelum wafat

Surabaya, 8.9.2017

Sandiwara Pena

Pena dipersembahkan untukmu
Dijadikan sandiwara melalui drama
Mementaskan dirimu yang berguna

Tuliskan untukmu
Untuk membaca karyamu
Supaya dirimu
Meraih pujian padamu

Kasihkan lembaran untukmu
Tuliskan di lembat putih tentang dirimu

Seperti halnya di kelam zaman
Selanjutnya percayakan padamu
Bukan apa-apa melainkan segala hal
Yang tergeming pada sang pencipta
Melahirkan ekspresi dan emosimu
Meluapkan sayap-sayap padamu
Mengemukakan ke awan
Meratapi kisah hidup tanpa pasti

Surabaya, 9.8.2017


Tentang M Ivan Aulia Rokhman: Lahir di Jember, 21 April 1996. Mahasiswa Universitas Dr Soetomo. Karyanya dimuat di koran lokal dan Nasional. Beberapa puisinya juga dimuat dalam antologi Bukan Kita (2017), My Teacher (2017), Syair dalam Nada (2017). Bergiat di FLP Surabaya, dan Komunitas Serat Panika. Ia Seorang Penulis ditengah Berkebutuhan Khusus. Tinggal di Jalan Klampis Ngasem VI/06-B, Sukolilo, Surabaya, Jawa Timur, 60117

Baca juga:

No comments