HEADLINE

PUISI PUISI JOE HASAN (Jayapura, Papua)_Di Sebelah Laut

Redaksi menerima tulisan
Puisi minimal 5 judul, Esai, Cerpen untuk kami Siarkan setiap hari. Semua naskah dalam satu file MS Word dikirim ke e-email: majalahsimalaba@gmail.com
beri subjek_VERSI ONLINE
(Mohon maaf, laman ini belum dapat memberikan honorium)


PUISI PUISI JOE HASAN

Aksara Nakal

Lewat aksara-aksara nakal
Kubiarkan ia meliuk mencari lorong
Menelusuri rongga tak berjaring
Jaring…?
Ia bertanya dalam hati

Kubiarkan tanya itu mengambang sejadinya
Menabrak logika yang tak kunjung terkuak
Masih meleleh aku dengan  lantunan lama
Terselip kebencian untuk seorang kawan

Beratkah melupakan yang telah lupa?
Dalam halaman tak berdosa
Aksara itu memberi pelita
Meski nakal, ia mampu menjadi pengisah terbaik

(Jayapura, Selasa, 25 Oktober 2016)

Asa Yang Hilang

Aku hanya punya mata
Tapi tak bisa melihat
Aku juga punya kaki
Tapi tak mampu berjalan

Terlintas cerita yang lalu
Membuatku semakin tak bisa berbuat apa-apa

Ini hanyalah angan dan cita-cita
Sudah mendekati puncak
Hampir terjatuh karena daratan yang licin
Tapi belum, hanya nyaris

Tak mungkin berdiam sambil berdoa
Harus terus melangkah

Sejenak asaku hilang
Untuk menjadi bintang diantara bintang
Namun goresan tinta
Menyuruhku untuk hidup
Lebih dari abadi

Cinta, Bukan Kertas

Sebenarnya bayangan itu telah hilang
Meski hnaya sebentar
Lewat bagai tak melihat
Memang tidak. Ia terlalu lihai
Menjawab penantian istri di rumah

Kucintai dia seperti pengkhianatan yang dilakukannya
Menutup halaman demi halaman untuk dibakar
Tapi ini cinta, bukan kertas atau plastik
Bukankah kobaran api semakin besar jika dibakar?

Aku mencintainya saat jarak tak munkgin lagi berkata
Bosan dengan cerita-cerita lemah diluar akal
Mengakui iman tapi tak punya
Ah aku salah berucap lagi

Mungkin ini sebuah permohonan
Anggap saja demikian
Teguk sedikit kisah dipagi hari
Agar kau tahu,
Cinta tak bisa disamakan dengan kertas

(Jayapura, Jumat, 4 November 2016)

Dan Hari Ini

Dan hari ini
Kau berseri-seri pada mereka
Sang penghujat
Pada mereka anak-anak berkawan

Hampir lenyap kau dimakan awan
Namun sepetinya atap bumi tak mengindahkan
Aku disini bersarang nyamuk
Menahan lapar demi bola mata yang rindu

Aku teringat pada sebuah kapal
Yang membawaku jauh ke tempat asing
Dan terasinglah aku dalam kenyamanan
Jebakan yang tak pernah berbayang

Besok, tinggal hitungan hari
Berlari menuju pintu merdeka
Dengan keyakinan seutas tali
Tuhan membawaku kesana

Di Sebelah Laut

Sesosok tinggi sedang menunggu disebelah laut
Tak bernyawa ia, namun usianya sepanjang dunia
Pada mereka yang tidak berlari setengah lapangan
Lalu menggulung api diantara para raja

Pagi ini kuhitung rintik hujan
Diatas atap yang telah lembab oleh embun
Malam tadi memberikan kehangatan seadanya
Merasa seperti akan dipotong-potong

Masih kubertanya disebelah laut sana
Siapa menunggu siapa?
Siapa menjemput siapa?
Esok kan terjawab

(Jayapura, Sabtu, 6 Agustus 2016)



Tentang Joe Hasan: Ia lahir di Ambon pada 22 Februari. Aktif di bidang olahraga (Taekwondo). Beberapa puisinya juga pernah dimuat di Buanakata, Majalah Simalaba, Flores Sastra, Analisa, Warta Lambar, Lampung Post, Nusantaranews. Salah satu cerpennya tergabung dalam antologi bersama berjudul Percakapan.


Klik juga di bawah ini:

Esai Anton Suparyanta_DONGENG 'LIYAN' TENTANG DUTA PANCASILAIS

Puisi Abdul Qosim_SURGA YANG TERLENTANG

Puisi A'yat Khalili_BERSHALAT DI MASJID LAJU


No comments