HEADLINE

PUISI PUISI S KAMALUDIN (Lampung Barat)_Mandi di Telaga Sunyi

Redaksi menerima tulisan
Puisi minimal 5 judul, Esai, Cerpen untuk kami Siarkan setiap hari. Semua naskah dalam satu file MS Word dikirim ke e-email: majalahsimalaba@gmail.com
beri subjek_VERSI ONLINE
(Mohon maaf, laman ini belum dapat memberikan honorium)


PUISI PUISI S KAMALUDIN 


IBU 

Di lindap mata tua nan sendu
aku melihat beban berat  di pundak renta
sebab gemuncah buah hati sedikit berulah.

Namun, aku tak menyesal jauh dari dekapmu
sebab rintihan kemalangan bukanlah dedoamu
akan tetapi terlempar oleh angin keadaan.

Walau aku menangis
menatap tubuhmu gemetar
sebab hatimu penuh lubang hitam
akibat tikaman anak-anak sendiri
bukan karena bodoh
tetapi pengetahuan yang terlalu tinggi
untuk menggerogoti hartamu, ibu.

Way Tenong,  5 Nover 2017.

PURNAMA TEMARAM 

Sebenarnya sengaja aku
simpan kisah dalam satu genggaman
biar nanti di suatu hari besar bersama waktu.

Kupeluk gelisah ini walau nyeri
sebab khawatir malam ini gerhana dan
purnama bercahaya temaram
seperti gempita rasa yang padam.

Tidakkah kau tahu?
Pungguk sedang mandi darah
menangisi remang cuaca
dan menelan ludah kekecewaan tak bersela.

Bukan tak mungkin
genggaman ini-pun terberaikan di jalanan
dan, yang terlihat hanya punggung kepergian
atau, itu yang kau inginkan.

Way Tenong, 2 November 2017.

LAYANG LAYANG 

Seperti layang layang dan gulungan benang
cinta kita
kian menjauh terdulang angin nasib.

Jangan bertanya kapan kembali menikmati secangkir kopi
di sudut ruang rindu sebab
awan mendung dan angin telah lama diam.

Benang kisah merapuh lusuh
sehelai demi sehelai merantas diri dari bintalan
sementara hanya itu pengikat rangkuman rasa
tempat mimpi mimpi bergelayutan.

Layang layang kini berlubang
tertikam rintik hujan
melayang miring menerjang ranting kering
dan lepas dari tatapan mata yang basah
menghanyutkan gulungan kisah.

Way Tenong, 31 Oktober 2017.

BANDAR SETIA 

Bandar setia (Kerui) riak gelombang dua warna
sebab bias matahari di akhir waktu.

Gemuruh ombak menepuk punggung karang
lalu mengais pasir tepian
namun, karang tak pernah tumbang
pasirpun tak jua habis.

Sungguh suatu anugrah
tak terejawantakan
oleh logika
tentang tatanan penghulu alam
dan tak mungkin ada yang mampu untuk menserupakan
ciptaan-Nya.

Way Tenong, 29 Oktober 2017.

MANDI DI TELAGA SUNYI

Sebatang raga bersandar pada tonggak senja
menatap matahari yang hendak pergi
menyisahkan remang sebelum
purnama membuka mata.

Sementara hati belum bergeming
mengenang kisah pada dinding tebing
sedang jiwa diburu waktu
di sepanjang jalan bermandi debu.

Basuhlah tubuh kotor itu
di telaga bening bernuansa hening
supaya lelap ditidur panjangmu
dan, terbangun di esok yang baru.

Way Tenong, 26 Oktober 2017.

Tentang S Kamaludin: Ia tinggal di Way Tenong Lampung Barat. Belajar menulis di sastra dunia maya (KOMSAS SIMALABA) yang di asuh oleh beberapa crew majalahsimalaba.com. Puisi puisinya telah dipublikasikan di majalahsimalaba.com dan wartalambar.con.


Baca Juga:

Opini Anton Suparyanta _ DONGENG “LIYAN” TENTANG DUTA PANCASILAIS

Aliya Nurlela Rilis Buku Cerpen Terbaru “SEBAIT PESAN SELEPAS HUJAN”

Puisi Puisi Muhammad Daffa (Kalimantan Selatan)

No comments