HEADLINE

Cernak Ari Vidianto _PERSAHABATAN ULUL DAN SIPU

Redaksi menerima tulisan untuk diterbitkan setiap hari (selain malam minggu), kirim karyamu ke e-mai: majalahsimalaba@gmail.com, beri subjek SASTRA SETIAP HARI. (Belum berhonor)



Pagi itu matahari bersinar redup, di pohon yang cukup rindang terlihat Ulul si ulat kecil sedang asyik memakan pucuk-pucuk daun yang ranum. Daun yang masih hijau itu terasa lezat sekali, Ulul pun sangat menikmatinya. Setiap hari yang di lakukannya hanya makan dan tidur. Walaupun persediaan makanannya banyak tapi di hati kecilnya ia merindukan sahabat yang akan selalu bersamanya dan mendampinginya. Kadang ia berpikir hewan apa yang mau bersahabat dengannya. Karena tidak semua hewan mau bersahabat dengannya.

Hari pun sudah siang, seperti biasa Ulul sedang beristirahat setelah kekenyangan menyantap dedaunan. Tiba-tiba ia melihat ke bawah ada seekor siput yang sedang berjalan sendirian.

“ Hai siput, siapakah namamu?” Ulul mencoba menyapanya. Siput itu pun mencoba mencari dari mana arah suara yang memanggilnya.

“ Hai siput, aku ada di atas pohon,” seru Ulul sekali lagi. Lalu siput itu pun melihat ke atas. Begitu menengok ke atas ternyata yang memanggilnya seekor ulat berwarna hijau.

“ Hai juga, namaku Sipu. Kalau kamu siapa?”

“ Namaku Ulul,”

“ Sipu,kamu mau kemana? Kalau kamu tidak terburu-buru naiklah ke sini!” ajak Ulul.

“ Baiklah,” jawab Sipu sambil memanjat pohon. Dengan hati-hati Sipu mulai memanjat, tidak membutuhkan waktu lama, sampailah Sipu diatas pohon bersama Ulul.

“ Akhirnya sampai juga,” gumam Sipu.

“ Sipu,kamu hendak kemana sih?” tanya Ulul sekali lagi

“ Tidak tahu, aku hanya siput yang kesepian. Aku sedang mencari sahabat yang bisa menemaniku sehari-hari,”

“ Kebetulan, aku juga butuh seorang sahabat,” girang Ulul.

“ Benarkah? Kalau begitu bolehkah aku tinggal disini?” pinta Sipu.

“ Boleh dong! Dengan senang hati aku menerimamu sebagai sahabatku,” jawab Ulul dengan bahagia.

“ Hore! Terimakasih ya Ulul?” 

“ Ya sama-sama Sipu,”

Sejak saat itu hari-hari Ulul tidak kesepian lagi karena kini Sipu telah menemaninya. Pagi, siang, sore dan malam ia tak lagi sendiri. Susah dan senang mereka lewati bersama-sama. Walau pun mereka berbeda rupa,tidak ada yang bisa memisahkan mereka berdua. Saat hujan datang, angin pun bertiup kencang, Ulul berpegangan di badan Sipu yang kuat dan melekat di pohon. Bila pemangsa datang Ulul segera bersembunyi di dalam rumah Sipu. Keberadaan Sipu memberikan perlindungan bagi Ulul.

Pada suatu pagi yang cerah, Sipu mendapati Ulul makan daun begitu banyak, lalu dengan rasa penasaran Sipu pun bertanya kepada Ulul.

“ Sahabatku, mengapa hari ini kau makan banyak sekali?”

“ Sebentar lagi akan ada perubahan dalam diriku?” 

“ Perubahan apa Lul?”

“ Aku akan menjadi kepompong,”

“ Kepompong?”

“ Iya,”

Setelah merasa kenyang lalu Ulul menempel di bawah daun yang cukup lebar, ia pun segera menggantungkan dirinya.

“ Sahabatku yang baik, selama aku menjadi kepompog tolong kau jaga aku ya? Maafkan aku bila selama beberapa hari nanti aku tidak bisa bercakap-cakap denganmu” jelas Ulul pada Sipu.

“ Baiklah, aku akan menjagamu,” jawab Sipu.

Hari demi hari telah berganti Sipu merasa kesepian, kini Ulul telah berubah menjadi kepompong. Dan kini tepat sepuluh hari, tiba-tiba kulit kepompong itu membuka. Dari dalam kelihatan makhluk lain, dan bukan wujud Ulul yang dulu. Makhluk itu mempunyai sayap yang indah dan berwarna-warni. Setelah hampir satu jam lalu makhluk itu pun keluar, terlihat sayap yang lebar dan indah.

“ Hai Sipu sahabatku, ini aku Ulul yang telah berubah menjadi kupu-kupu,” sapa Ulul.

“ Ku..ku..kupu-kupu,” sahut Sipu terbata-bata.

“ Ya kupu-kupu! Sebagai balasan karena kau telah menjagaku dengan baik, aku akan membawamu terbang mengelilingi alam yang indah ini,” 

“ Benarkah?” girang Sipu.

“ Ya,” jawab Ulul singkat. Lalu ia pun mengangkat tubuh Sipu dan segera terbang tinggi  melintasi alam yang indah ini. Sipu pun sangat bahagia sekali. Mereka pun akan menjadi sahabat untuk selamanya.

                                                                       TAMAT

Tentang Penulis

Ari Vidianto lahir di Banyumas, 27 Januari 1984, pekerjaan seorang Guru di SD N 2 Lumbir UPK Lumbir. Tinggal di Cikole RT 03 RW 02, Desa Lumbir Kecamatan Lumbir, Kabupaten Banyumas Jawa Tengah. Selain mengajar ia juga menulis Puisi, Cerpen, Pantun, Lagu dan Geguritan. Sudah menerbitkan 2 buku karya tunggal berjudul “ Ibu Maafkan Aku”, “ Wajah-Wajah Penuh Cinta” , 17 buku Antologi  dan banyak karya yang dimuat di Media Massa seperti di Majalah Sang Guru, Ancas,SatelitPost, Tabloid Gaul, Readzone.com, Buanakata.com,Sultrakini.Com, Riaurealita.Com, Duta Masyarakat, Solopos dll.

No comments