BUMI YANG KURINDUKAN _Puisi Kiki Rahmawati
Ketika hari telah tiba
Embun bersahaja
Melihat warna, cita rasa dunia
Senyum meluas, manja
Digantung pesona mata
Mengental hati pujangga
gejolak pun melanda
Langkah sulit dihentikan
Mencari pasangan hati
Risau menjadi satu
Bermalu-malu
Ketika tatapan ini singgah di lipatan semu
Girang tak terkirakan
Cinta yang masih belia
Tak terbilang kata
Keindahan dunia
Di telapak remaja
Liwa, 19 Maret 2018
STALKING WITH YOU
Tak henti langkahku
Mencari jejakmu
Yang tak kunjung kutemukan
Walau tak tahu arah
Tanpa letih yang kurasakan
Kau tinggalkan aku
Tanpa sebab tanpa pesan
Di saat kumenemukanmu
Kau telah bersama yang lain
Hatiku berantakan
Perih merasuk sukma
Kuhanya ingin kau mengerti
Pengorbanan selama ini
Pecarian ke sana ke mari
Namun kau tak peduli
Pengintaian demi pengintaian telah kulewati
Rasanya mencabik hati sendiri
Telah kupikirkan sebuah kepergian
Liwa, 20 Maret 2018
BUMI YANG KURINDUKAN
Angin berlalu
Berarak mengikutiku
Membawa sejuk
Menanam damai
Di mana kini pepohonan rindang
Pohon yang menghijau
Tempat burung-burung berjejak
Di mana akar mengikat bongkahan alam
Kumerindukan hujan
Agar pelangi mewarnai bumiku
Namun
Kini hampar luas menjadi lautan
Tak ada lagi warna hijau
Liwa, 20 Maret 2018
MAAF
Suara gemuruh
Serentak berdetak
Jantung bergetar
Memar
Membuka mata
Dengan mata di sela kaca
Bibir menutup pintu kata
Bersimpuh dengan sesal di jiwa
Dari moral dan etika
Mungkin menancap luka
Membujuk hati
Menerima
Seikhlasnya
Lupakan pertengkaran
Di antarakita
Bukan maksud hati menggores Hingga sisa luka
Tanpa sengaja
Ku hanya silap kata
Dari hati yang terdalam
Maafkan segalanya
Dan kita masih bersama
Liwa, 20 Maret 2018
MENANTI MASA
Di malam yang indah
Hiasan bintang
Melukiskan kelam
Dengan cahaya binarmu
Diselingi bisik
Angin kecil yang bersahaja
Walau meneteskan air mata
Menahan letih di rngga hati
Amarah berbicara
Aku tak kuasa
Karena manusia biasa
Hanya mengharap dan berdoa
Menanti bahagia
Walau entah kapan masanya tiba
Tapi ada keyakinan dengan rencanamu
Lebih indah dari segalanya
Liwa, 20 Maret 2018
ANUGERAH TERINDAH
Di setiap napas masih berkipas
Di setiap jantung masih memukul
Di setiap mata masih melihat indahnya dunia ciptaanmu
Tak hentinya aku menyebut AsmaMu
Izin kan hamba meminta
Menengadah, belas ampunanMu
Sujud simpuh
Dengan sisa hati
Bismillah, alhamdulillah
Kutahu engkau keagungan tahta
Pengatur segalanya
Pemberi anugerah terindah
Dari hati hingga mata
Bersinergi dalam rasa
Kesilapan dunia yang pernah membuat hamba lupa
Padahal kau tak kenal lelah tak pernah mengeluh dengan apa yang telah kuperbuat
Mungkin engkau pernah kecewa
Tetapi dengan bijakmu
aku masih bisa merasakan segala yang ada
Kusadari itu sekejap akan hilang di mata
Kini sambut indah namamu di relung hatiku
Tanpa keraguan
Karena bertumbuh keyakinan
Terima kasihku
Karena masih merasakan indahnya kehidupan
Tak pernah kusia-siakan lagi waktu yang terus berlalu
Liwa, 20 Maret 2018
KETIKA SAJAK BERBICARA
Ketika bibir terdiam
Dibungkam cakrawala
Hati terbawa arus
Entah ke mana?
Langkah tanpa henti
Membawa kecewa
Berdetak kencang
Menangis pun tiada guna
Air mata pernah kembali
Dia lupa kepadaku
Kenangan yang tersisa
Ketika sajak berbicara
Aku tak tahu harus berkata apa?
Yang ada hanya luka
Karna harus mengubur dalam-dalam
Tak sanggup menelan pahitnya kehidupan
Liwa, 20 Maret 2018
MASA TUA MENANTI
Hiruk-pikuknya dunia
Alam damai, sunyi dari ke ramaian
Sengaja kupandang langit
Bertabur bintang menyiramiku dengan cahaya damai
Rembulan kurindu kini menjauh
Halangi oleh di tabir gelap yang jadi penghalang
Namun tak ubah menanti cahaya cantikmu
Meski terkadang redup
Kuturuti semua egoku
Dari masa ke masa hingga hari menua
Kuingat ingat semua pepatah Ayah-bunda
Yang menjadi gambaran hidupku
Bosan, kesal, jengkel
Namun itu semua rindu
Kukira ini hanya menjadi luka
Ternyata ini berguna
Tiada lain itu adalah didikanmu
Kumerindukan senyuman
Namun tak jelas lagi kulihat
Tak jelas kudengar
Yang dulu kulitmu kencang, cerah merona
Kini mengeriput, tidak tegap lagi Bahkan membungkuk menyerupai serabut kelapa
Pada akhirnya tongkat menjadi pengantar tujuanmu
Penglihatanmu samar-samar
Tulang pun kian merapuh
Hanya doa yang dapatku panjatkan
Bila waktumu tiba, menuju surga.
Liwa, 23 Januari 2018
Tentang Penulis
Kiki Rahmawati siswa MA Yamsu Sukau, Liwa-Lampung Barat. Peraih juara ke-2 dalam event yang diselenggarakan komunitas sasta silaturahmi masyarakat lampung barat (KOMSAS SIMALABA) 2016.
No comments