DUKA GHAUTA _Puisi Titin Ulpianti (Peserta Sekolah Menulis Online Simalaba Angkatan 2)
SAMPAH
Suaramu amatlah tajam
keluar penuh buih
penuh bisa,
seakan mampu membunuh dunia.
Kau taburkankan pula janji manis bak madurasa
menyimpan sejuta tanya.
Sampah !
Semuanya seperti buang angin
Meledak mengelegar
berbau namun tak terlihat bentuk nyata
mana yang harus di pegang apalagi percaya.
Lampung Barat, Februari 2018
AMBISI
Ketika ambisi mendominasi
hatipun hilang kendali
setetes harapan musnah
bersama embun berlalu.
Jejak kaki makin tertatih
canda dan tawa menjadi sunyi
desahan kegelisahan menjadi kebiasaan
gugurkan cita dalam cerita.
Kemana cahaya surga ?
remang sungguh tuk dicapai
jalan tertutup kelabu
sisakan persimpangan sukar diraba
sukar dijamah
gensi kian meninggi.
Lampung Barat , Maret 2018
DUKA GHAUTA
Rintihan dilangit ghauta, memilukan segenap jiwa, tangis insan dunia
Ketika ambisi mendominasi
akal musnah oleh nafsu keji
butakan mata
tulikan telinga
singasana apa yang kaucari sedang tahta tak kau dapat.
Bagai zombie membabi buta kau cabik tampa melihat duka
tangisan
jeritan menjadi musik pemuas jiwa
biadad sungguh
nurani mati.
Binasah wahai penebar ankara
tak ada simpatik rasa
di sana setiap jasad tak berharga
tuan mana yang kau puja?
apa yang kau dapat kepuasan mana yang menjerat.
Lampung Barat, Maret 2018
PUTRI BAHARI
Aku adalah putri bahari
terlahir dari gelombang biru
jangan kau ragu kegigihanku
Padanglah luas samudera jangan hanya mengitip dibalik awan
selami dan rasakan
setiap detak jantung
mengalir gelombang
takan mampu menduga energi apa yang kau rasa.
Aku putri bahari
sudah terbiasa dengan badai
sengatan mentari sudah menjadi kawan
ketegaranku bisa melebihi batu karang
yang siap menghadang gelombang.
Lampung Barat, Maret 2018
WANITA PERKASA
Pagi yang masih buta
meracik kasih sayang
buat buah hati yang sedang dalam peraduan
ku tata dengan penuh cinta
Bersama munculnya mentari, di sanalah harapan tumbuh
Para wanita perkasa bercumbu di bawah sengat mentari
bercanda di tengah lahan menghijau
tak hiraukan peluh yang membanjiri tubuh
demi sesuap nasi dan cita-cita
Sungguh perjuangan diri
menjadi pribadi ganda
membesarkan buah hati
agar tak terabaikan dunia .
Lampung Barat, Maret 2018
KEGELISAHAN
Kusulam gelisah dalam sendu
sedang malam mulai menyerang
rasa ganjen yang memuncak
pecahkan rindu terselubung
Suara gemericik sang bayu seakan berdendang riang menemani malam
dan aku sibuk bercumbu dengan kegelisahan
pandangan menerawang tak sadar matapun berlinang
untuk siapa?
buat apa?
kenapa?
Tak pernah ku temukan jawaban
dan tenggelam bersama pekatnya malam
Lampung Barat, Maret 2018
WANITA DALAM PINGITAN
Aku masih sendiri
dalam balutan sendu
perjalanan ini sungguh terasa
masih adakah harap yang tersiksa
Aku hanya mampu memandang bulan dari balik tirai
untuk bermandi cahaya hanya jadi angan
sebab mata-mata liar selalu menatap
hujan cibiran selalu menghampiri.
Aku.
Hidup bagai kotak sampah pelambiasan segala emosi terkurung jaring-jaring tuan
banyak lukisan dalam tubuh
luka hati makin menjadi
kepuasanlah yang kau cari.
Katanya wanita dan pria sama
kenapa aku masih dirantai?
setiap tak selaras kata kenapa aku disiksa katanya aku sudah bebas !
ternyata masih jadi pemuas.
Apa ini benar-benar sudah bebas?
masih saja wanita dalam pingitan modernisasi.
Lampung Barat, Maret 2018
Tentang Penulis
Titin Ulpianti, tinggal di Liwa-Lampung Barat. Ia adalah salah satu peserta sekolah menulis online SIMALABA angkatan II tahun 2018
No comments