PEREMPAUAN YANG MENCINTAI KUNANG KUNANG : Oleh R.Tia
Perempuan itu masih tetap bersemangat dan lincah bahkan bisa dihitung dari kapan dia jatuh sakit dan hingga saat ini ia masih bersikeras pergi ke sawah yang sebenarnya menurut perhitunganku hasilnya tidaklah seberapa sebab gaji pensiunan yang ia terima masih cukup untuk menopang kebutuhannya , namun alasannya sangat sederhana ”Biar aku ada hiburan, aku tak betah hanya duduk diam di rumah tanpa ada yang dikerjakan”.
Semua anak-anaknya telah merantau ke kota lain, mengikuti takdirnya masing masing, berumah tangga dan menancapkan tiang tiang di pemukiman. Sejak saat itulah rumah di ujung gang itu mendadak menjadi sepi, sesekali jika didorong rasa kangen ia pergi ke kota untuk beberapa hari mengunjungi rumah demi rumah, hanya untuk menyaksikan cucu cucunya tumbuh besar. Pernah anak anaknya meminta agar sebaiknya ia tinggal saja dengan salah satu dari mereka namun dengan halus ia menolak ” Aku jadi orang kampung saja, tak betah aku jadi orang kota jika kerjaanku cuma makan dan tidur saja”.
Perempuan itu adalah orang pertama yang paling sibuk jika diantara anaknya ada yang jatuh sakit, ia juga yang sejak mengenal handphone tidak pernah absen menelepon, walaupun hanya sekedar bertanya “Makan pakai lauk apa hari ini nak?”. Aku yakin ia bukannya tertarik ingin mengetahui apa rasa menunya akan tetapi hanya ingin memastikan apakah anaknya hidup dengan baik.
Ia juga yang paling sibuk dan panik jika telepon genggamku tidak aktif seakan ia lupa bahwa kewajiban untuk melindungi anaknya sudah tidak dibebankan lagi di pundaknya.
Yah, perempuan itu adalah ibuku, sosok tangguh yang berjuang mendampingi ayah berpuluh puluh tahun hingga mereka menua bersama untuk membesarkan anak anak hingga satu persatu mereka berhasil menyelesaikan pendidikan dan mendapatkan pekerjaan yang layak. Perempuan yang cita rasa masakannya bahkan tak kutemukan di dapur restoran mewah sekalipun.
Satu pesan yang selalu kuingat ketika pernah ia berkata “ Belajarlah yang rajin nak, kami hanya mampu memberikan kalian modal pendidikan sebab ibu dan ayah bukan orang kaya yang punya banyak harta yang kelak bisa diwariskan”.
Semoga Allah selalu melindungimu dan maafkan kami jika belum sepenuhnya mampu berbakti sebab aku tahu seumur hidup kami takan pernah mampu kami membalas semua jasa jasamu.
Dan di tempat yang jauh ini aku selalu mendoakanmu, ibu ( R.Tia)
No comments