HEADLINE

SEPEKAT CINTA MELILIT SUKMA_Puisi Siska Ambarwati (Peserta Sekolah Menulis Simalaba)




INI PUISIKU

Aku yang terajam penantian
Dicambuk pengharapan
Terlaknat sebuah kepercayaan

Isak tangis yang rimbun tanda duka
Menciptakan simbol murka
Aku sadar tentang otak yang masih awam mengenai penafsiran

Menyumbat limbah yang mengaliri seluruh syaraf, itu pilihan
Menggiringku pada do’a yang ku langitkan
Semacam semedi dengan genangan air mata
mengiba, meringis, meronta-ronta;

Mestikah puisi ini tercipta dari lubuk luka?
Menjadi bilik di mana ku dapat menangis semena-mena
Sependar cahaya bersitatap pada sang penyair 
Sebenarnya dialah lakon dalam aksara-aksaranya itu

Sengaja ku ranum dan ku petik dengan penekur masa membuahkan setungkai kata
Ku sayat sepasang mata yang kerontang haus aksara
Sebagai alat pelebur batu yang bernyawa
Hingga puisiku menjadi racun
Barang kali kau mengalami hal yang sama?

Kini ku mengabdi pada aksara
Ini caraku bersembunyi dari tiap-tiap arus kehidupan yang menciderai logika

Berharap hafal lagu-lagu tentang batu kali
Serta nyanyian anak-anak kampung
Meskipun logika tercemari, bau sengak kabut asap menyekat pandangan
Ku tetap saja menjadi pejalan
Menjajaki sebuah suratan

Kali Reja II, 30-12-2017


CURUP SEMANTUNG

Langkah yang rapuh, patah-patah menuju cekikik serumpun air
Perjalanan memulas rona merah rekah di antara wajah
Membuat kerongkongan kerontang
Rindu buaian kesejukan aliran sungai kecil dari lubang dahaga

Rindu yang sakau
Meronta-merangkak ingin segera mengisap racun itu
Betapa tidak, fisik yang lemah gemetar menuju isak tawa air itu
Ia bernama “Curup Semantung”

Tiba...

Ia segera mengobati derita ini
Tetesan embun yang riuh mencumbuku
Aku bahagia...
Lantas kita bertukar madu
langkahku hanya sebagai transmigran
Yang berperan sebagai penambah rasa syukur

Ingin dahiku turun dan simpuh
Mengagumi kuasa-Mu
Entah kapan suatu ketika nanti ku kunjungi lagi

Aku melesak, menuju-Mu
Menata kata syukur di pelabuhan hening doa
Sediaku di bumi ini hanya sebagai pembakti

Aku melacak, menuju-Mu
Membasuh luka derita, amis dan anyir!
Aku ingin sujud, rukuk serta bertakbir
Melepas napas; ditimang-Mu

Kali Reja II, 20:10. 27-01-2018


SEPEKAT CINTA MELILIT SUKMA

Tulang-tulang yang menggigil merambat di setiap urat
Mengalirkan hasrat untuk segera menjamah lembut tubuhmu
Mengusir rindu senada dengan sunggingan senyum diantara kepulan hangat itu
Mata ini selalu ingin mengecap senyummu
Entah berapa ribu kali sepasang bibir itu beradu hangat dengan bibirmu

Kafein yang tersemat melahirkan gejolak yang membara berupa cinta tanpa pengharapan
Kejamnya cinta sepekat warnamu
Hitam....
Legam....
Aku membayarmu dengan alasan klise “butuh inspirasi”

Kau adalah candu...
Sepekat cinta melilit sukma
Aromamu yang syahdu
Rengkuh rindu
Menghidupkan semerbak narasi penawar resah menyelimuti
Hangatmu membara, menusuk jiwa, memberi semangat kian lekat
Membangunkan sesuatu yang telah lama mendengkur di kepala

Kali Reja II_29-10-2017


SUOH

Jamuan tari menggulut langkahku
Dicipta nada angin yang indah mengalun
Menggerayah hingga akar
Hujan rinai memulas warna yang hijau, menyejukkan...
Meraba Tiap-tiap helai serumpun tubuh
Dalam kasih-sayang, sebuah rindu alam
Dedaunan begitu pasrah

Dalil-dalil keajaiban sebuah tebaran pesona terlilit kabut putih
Pahatan gunung mencakar langit
Mengukir elok dalam sebuah seni photografy
Menggaet riuh kaki menjajaki

Pasukan awan-awan kecil, sigap
Menyeretku kesebuah danau
Jerit-jerit lalang yang rekah
Aku begitu lugu dan hanya tau pasal mengalah
Cermin ilusi diatas danau
Membiaskan aura memantulkan pengasihan
Tegak cahayanya menusuk citra

Sejak waktu beranjak
Disanalah sanubari berdetak
Dimana jiwa tak mengingat rumah
Oleh sebab aku dirindui tarian padang lalang
Ditunggu kawah nirwana
Dinanti danau lebar, danau asam dan danau belibis
Kumandang kekal, percakapan tanpa kata-kata
Melahir-hadirkan cahaya kerinduan
Merelung diantara hati bumi dan jantung langit
Tentang cinta gaib dari rahim alam
Ketika buaian keriaan kalbumu kupandang jauh

Serasa bertualang di negri tak bertuan
Tanpa noda, jangan rusak perawan ini!!
Hingga puan tetap menarik walau jasadku telah berpulang
Nisanku digerus dan pecah
Kali Reja II_29:10:2017


Tentang Penulis

Siska Ambarwati, tinggal di Fajar Bulan II,  LAMBAR. Ia adalah peserta sekolah menulis online SIMALABA ANGKATAN 2

No comments