10 NOMINATOR SIMALABA AWARD 2017
Puisi Apin Suryadi (Pandeglang)
PERGILAH DENGAN WAKTU YANG TAK TERBACA
kini aku tinggalkan
sendiri
menata hari
menata hari
entah kapan
yang kudapatkan
yang kudapatkan
dan
bisa kucari
hari hari bersama puisi
teman sejati
teman sejati
puisiku ini begitu indah
Jika airmata harus tercurah
lalu kemana air keringat
yang begitu terasa asin?
lalu kemana air keringat
yang begitu terasa asin?
susah payah aku membangun cita cita untukmu Nak,
hanya karena lidah menusuk di pikiran
Apa yang kau pikirkan,
jika tiap hari aku berkorban
mengajari mereka mengeja huruf?
sementara separuh waktuku nyaris habis
Beri aku isyarat pada mimpi mimpi
agar gairah malam ini
terus memuncak
menaiki tangga peradaban
yang tidak sunyi
sendiri
agar gairah malam ini
terus memuncak
menaiki tangga peradaban
yang tidak sunyi
sendiri
Apin Suryadhi: Lahir di Pandeglang 8 April, menulis puisi di beberapa media dan kini menjadi tenaga relawan pada Yayasan Raudhatul Athfal Ad Dzikro dan mngelola majalah Mutiara Banten.
Puisi Mala Febriyani (Jakarta)
AIR MATA BAHAGIA DENGANMU SARJULI
Sarjuli, kekataku sudah habis
bersama doa setiap malam
yang kupanjatkan dan kupinta
hanya untuk denganmu.
Sebab, bait-bait indah puisiku
termakan oleh bahagia denganmu
yang memeluk arti ketulusan denganku.
Aku menangis!
Karena, air mata bahagia denganmu sarjuli
yang menggegam erat wujud pernikahan
denganku.
Tiada kata yang mampu terucap
di bibir merah itu selain aku
berjanji akan menjadi yang sempurna
untukmu.
Jakarta, 31 Maret 2017.
Mala Febriyani: tinggal di Apartemen Regatta. Pluit penjaringan Jakarta Utara. Tower Dubai, 21A RT 10 RW 16
Puisi Nuriman N Bayan (Ternate)
JIKA ENGKAU INGIN MENGENALIKU
Jika engkau ingin mengenaliku
belajarlah menghitung riak ombak
di tiap tiap Desember
dan cicipilah rasa asin dari setiap deburnya
karena seumpama itu, musim di hati ini.
Dan-
ketika engkau bertanya tentang lukaku
bertanyalah pada jeram di Halmahera
berapa banyak air jatuh dan pecah di dinding batu
seumpama itu, tubuhku pecah menghantam karang.
Ternate, 24 Maret 2017.
Nuriman N. Bayan: lahir di Desa Supu Kecamatan Loloda Utara Kab. Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara 14 September 1990. Pembina Komunitas Parlamen Jalanan Maluku Utara (KPJ MALUT), tergabung di Gerakan Mahasiswa Pemerhati Sosial (Gamhas-MU), dan Komsas Simalaba. Puisi puisinya kerab dipublikasikan di www.wartalambar.com, dibukukan dalam antologi bersama “Kita Halmahera”. Tinggal di Kelurahan Akehuda, Kec. Ternate Utara
Puisi Neni Yulianti (Cirebon)
SEPUCUK SENYUM
Biji kelopak
Biji kelopak
yang hinggap pada taman itu
ada sepucuk merekah,
ada sepucuk merekah,
mungil gula di bibir.
Maka-
secarik berwarna merah
Maka-
secarik berwarna merah
muda
bertuliskan pelipur luka,
bertuliskan pelipur luka,
kemarin baru kubaca.
di hulu dada.
Ya-
Ya-
kita sederhanakan saja,
sulit keadaan karena dipertahankan.
Memaknai sisi lain yang disebut bahagia
sebabnya Tuhan
penawar arti sunyi.
Neni Yulianti: tinggal di kota Cirebon, ia bekerja di perusahaan swasta, aktif mengajar tahfidz di RA- Al Qudwah, menekuni dunia menulis puisi. Dan Rutin karya karyanya dipublikasikan di media onlineWarta Lambar.
Puisi Q Alsungkawa
(Lampung Barat)
BIOGRAFI ANGIN
Apakah sulit menggambar aroma kopi pagi ini? Sementara Lampung Barat-Republik punya cerita, tentang butiran embun di Lereng Pesagi.
Mari ngopi-
lalu kita menyajak-nyajakan mimpi, yang belum tunai malam tadi, yang sejatinya mengundang hasrat. Ketika kelopak menggigil dibungkus cuaca, muasal hari untuk membedah rencana rencana kecil
sebabnya malam kemudian, masih menyimpan risalah hidup
hakikat yang semestinya kita tuangkan ke dalam mangkuk kekata di atas meja pertanyaan.
Hai, engkau yang di sana-
yang menafsirkan syair angin, sembari ngopi. Menerawang tetesan di sekujur kaum lusuh, sebab petani tak banyak pilihan hidup.
Takkan berlebih dari yang engkau temukan di sini, selain tersenyum kepada penampakan yang menjulang hijau, seketika disambut belaian angin gunung
sebaris desahan yang tak pernah hadir di kota kota.
Lampung Barat, 31 Maret 2017
Q Alsungkawa: tinggal di Desa, Ciptamulaya, Kecamatan, Kebon Tebu, Kabupaten, Lampung Barat. Bergiat di komunitas sastra di Lampung Barat (KOMSAS SIMALABA), ia mempulikasikan puisi-puisinya di media online www.wartalambar.com, Saibumi.com dan Lampungmediaonline.com
Dan sejumlah puisinya dicetak dalam buku antologi bersama: MY HOPE, EMBUN-EMBUN PUISI, EMBUN PAGI LERENG PESAGI.
Puisi Ismi Sofia Almi Alamata (Depok)
SERPIHAN MUTIARA RETAK
Selepas senja, kucoba baringkan asa
di haparan sajadah kelabu
tak ingin ada yang tahu tentangku
tentang hidup dan rahasiaku.
Selayaknya merpati terbang ke langit biru
lapar dan dahaga kubawa berlalu
namun 'kan kembali bersama ceria di kalbu
sebab tak ada lagi duka, juga tak ada lagu pilu.
Serupa ilalang di pinggir sungai itu
menanti tetesan embun yang akan menyapa hijau
meski hanya datang di gelapnya malam, beku
ialah aku yang menyatukan mutiara
yang retak oleh putaran waktu
untuk menjadi sebuah bingkisan indah
yang kusebut serpihan mutiara retak.
Jakarta, 24 April 2017
Ismi Sofia Almi Alamata: lahir di Jakarta 22 Desember 1988. Ie seorang Wirausahawan, tinggal di Depok 2 Timur
Puisi Muhammad Sarjuli
(Lampung Barat)
HARI SEBELUM MALAM JUMAT
Kutunggu kau di tempat ini
di rumah deprok,
rumah hasil buah tangan Bapak,
bingkai-bingkai foto yang usang, papan-papan cemara yang di plitur, juga jendela kayu, merindukanmu, membersihkannya, dari debu-debu jalang.
Juga tentunya Ibu, yang telaten mengadon tepung hingga kalis, sendirian-
meski pura pura ia tersenyum, sesekali tertawa di balik letihnya, aku mencium aroma rindu kala ia gelisah disepanjang malam,
bertikai dengan sendi-sendi, lalu bau balsem mengusik tidurnya.
Dan-
esok, ia mesti kembali ke pasar atau ke kios-kios,
berbelanja, meracik bumbu.
Amy. Kemarin kumelihatnya.
kurasa sekarang kau masih memikirkannya.
Setelah semua kuutarakan.
katakanlah kau tak perlu berbohong kau pun merindukanya.
Hakikatnya, rindu ini milik kita.
Simpang tiga, Air Hitam, Lampung Barat, 11 April 2017
Muhammad Sarjuli: tinggal di Lampung Barat, Kec. Air Hitam, Desa Sinar Jaya, Dusun Simpang Tiga. Menyukai puisi sejak kecil dan tergabung dalam KOMUNITAS SASTRA SIMALABA sebagai pengurus. Karya-karyanya telah dipublikasikan diberbagia media di antaranya wartalambar.com, saibumi.com lampungmediaonline.com, Lintasgayo.co (aceh), karyanya juga dibukukan bersama sastrawan Jawa Timur berjudul BULAN SEMBILAN (2016), serta tiga karyanya lolos dalam event kopi penyair dunia yang diberi judul Kumpulan Puisi Kopi 1550 MDPL (2016), yang terbaru sejumlah karyanya dibukukan dalam antologi berjudul EMBUN DI LERENG PESAGI (2017).
Puisi Sugik Muhammad Sahar (Madura)
SAPI-SAPI PENDOSA
Mulanya adalah kerapan
Lalu jelma perjudian
Langit berlobang dibuatnya
Semoga itu cuma mimpi
Ada anak kecil, tak jelas asal sekolahnya
Menari-nari di atas kaleles
Sementara kemarau dan hujan bersekutu di punggung-punggung kota
Bung, barangkali di pelupuk mata sapi-sapi itu
Kau tak temukan lagi perkawinan angin 4 penjuru
Lantaran, di balik pangonong yang mengalungkan kesetiaan musim
Perayaan gubeng dan pasar malam melautkan segala
Tanah basah, rupiah melimpah
Dan di gerbang-gerbang kota, pamflet-pamflet dengan bahasa bercangkang
Lebih sakti dari celurit moyang
Bung, kemana sahabat-sahabat kita yang lain?
Para pendekar, yang katanya mewakili suara Tuhan
Atau kita bersepakat saja
Membiarkan sapi-sapi itu mengurai nasib sendiri
Dengan harga setara darah perawan
Lalu berakhir di meja makan
Pamekasan 2017
Kaleles: Rakitan bambu atau kayu dengan ujung yang diikatkan pada leher kedua sapi kerapan yang dipasangkan.
Pangonong: Bambu penghubung yang diletakkan di leher sapi kerapan sehingga menjadi satu pasangan.
Sugik Muhammad Sahar: lahir di Pamekasan, 30 Mei 1985. Alumnus Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Madura. Karya-karyanya dipublikasikan di Radar Madura, Jawa Post, Sastra Sumbar, Mimbar Pendidikan Agama Islam dan lainnya. Antologi bersama Kumpulan Puisi Penyair Empat Negara “Pasie Karam” Meulaboh Aceh Barat 2016, Kumpulan Puisi “Kopi Penyair Dunia” Tekangon Aceh Tengah 2016, Anugerah Penerbit Mayor “Lusi Keluar Kota” 2010 dan Pada tahun 2009 memenangkan Lomba Cipta Puisi Spontan Tingkat Mahasiswa se Madura yang diadakan oleh Teater Akura (Universitas Madura).
Puisi Endang A (Jakarta)
SELEPAS GERIMIS
Melepasmu tempo hari
melahirkan gerimis
di gerbong kereta
jurusan Jakarta-Jember
perpisahan rasa terjadi.
Kemudian muncul sosok lain
menggoda
menyurutkan harapan
akan ikatan sakral.
Namun napas cinta memburu
melenakan pijakan
untuk segera pulang
menimbang benang
memercik benih percintaan.
Jakarta, 8 April 2017.
Melepasmu tempo hari
melahirkan gerimis
di gerbong kereta
jurusan Jakarta-Jember
perpisahan rasa terjadi.
Kemudian muncul sosok lain
menggoda
menyurutkan harapan
akan ikatan sakral.
Namun napas cinta memburu
melenakan pijakan
untuk segera pulang
menimbang benang
memercik benih percintaan.
Jakarta, 8 April 2017.
Endang A: tinggal di Jln Dukuh 4 Kramat Jati Jakarta Timur Penyaringan MEH Jagorawi
Puisi Kadri Usman (Halmahera)
GONJANG GANJING
Sebuah teritorial membentang, melewati nasib sepanjang mata, nokhtha tinta-tinta berkalung dosa
Seseorang di sana telah menyematkan sukma kata-kata, lewat podium bedebah itu ayat- ayat di ikrarkan ke telinga, semisal madu-madu yang keluar dari sarang lebah, mencuat begitu saja
Sukma-sukma itu kini hidup sebagai ada, menjalar ke tepi-tepi paling absurd di kepala, semua orang mabuk kepayang gonjang-ganjing
Semakin ramai kanca keabsurdan, meramaikan kumpulan-kumpulan kebodohan, membuat jalur panjang, melintasi trotoar-trotoar nusantara
Kini, Sukma-sukma itu menjadi parade menghancurkan isi perut lalu memuntahkan aib-aib sambil mabuk kepayang kita berbangga-bangga di atas kebodohan yang menggonjang ganjing
Kadri Usman: lahir di Wasileo 3 maret 1993, puisi-puisinya dipublikasikan di Malut Post, wartalambar.com
No comments