HEADLINE

(Edisi hari ini_Selasa, 08 Agustus 2017)_ PUISI PUISI SARASWATI

Dari Redaksi:
Kirim Puisi, Esai, Cerpen, Cersing (Cerita Singkat) untuk kami Siarkan setiap hari ke e-email: majalahsimalaba@gmail.com beri subjek_LEMBAR KARYA HARIAN MAJALAH SIMALABA






PUISI PUISI SARASWATI


MENEPI DI SELA EMBUN

Ia tampak asing, mantel yang basah
sepanjang hujan hanya memaku pandang atas tetes genting yang tabu
dalam geriap bayangmu tembus
tanpa menjamu.

Cangkir bercerobong asap tak pernah kau sentuh,
meski takaran manis kesukaanmu.
Kembali ku menepi di sela embun jendela merekat retaknya.

Semakin letih suaramu
dan aku tenggelam akannya
dua musim berlalu
pupus.

Hari itu putus, diam diam.
Engkau dengan seikat mawar segar seulas senyum yang lama tak kau bingkai
begitu dalam
retak bulan di atap rumah
kita.

Tiba
rumah yang tak asing
mawar rebah dalam pelukan
engkau berbincang manis
mencair seluruh tangis atas gugur dedaunan kamboja.
Engkau
rengkuh dalam nisanku.

Karawang, 02 Agustus 2017.




BABAK YANG TAK KUNJUNG USAI

Lagi lagi terjebak dalam benak usang
kala lakon dan senyap menghentak.
Gedung KNPI ngilu dengan teriakmu
entah, ingin usung dada
atau sekedar cari sensasi.

Kaki tahun bersayap, berkali mengepak.
Festival yang nyeri akan kembali membasuhnya, menjadikan di antara gigilku.
Mungkin aku melupakan siapa sutradara, kapan berlakon dan usainya pementasan.

Masih saja, jeritan lampu membiru di sumsum tulang, memerah pada aorta
genderang tetap saja menjadikan aku wayang.

Benarkah ini tapak kakiku?
Nafas atas sebenarnya,
atau masih dalam beberapa babak yang tak kunjung usai.

Kapan tirai itu ditutup?
Kapan gemuruh atau cibirian tumpah di panggung ini?
Hanya satu spot lampu itu saja yang tersisa, yang belum aku cekik lehernya.


Karawang, 02 Agustus 2017.



KRIK

Kamis malam
Sepertinya jangkrik sidang entah dimana
selempang kain sarung bermata lampu petromak
kusrak kasruk rumput malam menenggak secangkir embun.

Krok krok.
Satu galeungan, separuh bubu terisi
loncat kesana kemari.

Krik krik krik krik.
Sekali saja engkau tak pernah menjadi kunang kunang.
Suaranya nyaring tak pernah ada bukti.
Atau jangan jangan cuma isapan jempol belaka. Dan hanya sebuah mitos perwujudanmu?

Krik krik krik

iya, terus saja.
Aku tak peduli sampai malam pecah menumbangkan jasad jasad pohon besar di tanah pekuburan dengan pidato atau senandungmu.
Karena tak ada suara sumbang jangkrik menjanji jadi.

Karawang, 03 Agustus 2017.



BOLA MATA SAPI

Atas nyala api
mengepul lantas
aroma purba 
satu bola mata
mata hari
    mata sapi
         mata hati
               mata kaki
             mata mata
mata daun
mata air

matamu
habis
dalam satu kunyah.

Karawang, 03 Agustus 2017.



CERUTU ABU ABU

kutemukan seulas pelangi di kilau senyum bidadari
bukan perempuan bertelapak tanah
kunang kunang yang terperangkap pada kedua 
yang tampak seperti mataku

ada sebidang tanya yang gembur akan
kalimat yang lamat lamat menjadi
hasrat
tergerai lembut 
renyah untuk kukunyah

geliat jadinya meraih angin barat
agar menampar nalar yang berjatuhan
menjadi puing puing
terjaga selalu karena tak ada 
negeri kahyangan bagi lelaki 
gerutu debu debu abu
cerutu

Karawang, 06 Agustus 2017.




AKU AJAK KELAK

ingin kuajak kelak melihat
bulan yang terpelanting ke dasar
sungai tanpa mengaduh
berudu tanpa kaki timbul tenggelam
atas mukanya

di seperangkat tahun 
kitab petuah rangkul simpang
siur tanda lahir 

raja raja 'kan jadi raja
begitu selanjutnya
kecuali
berudu yang 
mimpi ingin jadi ikan

Karawang, 06 Agustus 2017.



BERITA ACARA

Besok tepatnya
tarikan nafas panjang hingga berkali
tak--tapi--sudahlah berlarian biji mataku juga kotor kepalaku.
Kembali suguhan berita acara
memukul mukul indera
yang hampir mati rasa
mengular tangga narasi seujung jari.

Formalitas 
kesungguhan atau kesudahan?
Sama sama
pura pura lugu
sedang mencoba
bermain sulap
siapkan mantera!

Karawang, 07 Agustus 2017.



WAJAH DZUHUR

Runtuh seluruh tulang juga 
persendian, mulut kelu meleleh habis 
akan apa
tentang kemas hati menanti buih buih muadzin di paruh hari
Allahu Akbar
Tunduk segala mahluk
atas penciptaan
semesta beranjak menabuh takbir
dzuhur kumandangkan wajahmu dalam ceruk mataku.

Karawang, 07 Agustus 2017.



Tentang Penulis 
Saraswati, lahir dan tinggal di Pakuncen Rt.01/06 Desa Sukaharja Kecamatan Teluk jambe Timur Kabupaten Karawang. Ia bergiat di komunitas sastra dan teater.Beberapa karyanya dipublikasikan di media online wartalambar, majalah simalaba.

No comments