HEADLINE

Edisi Kamis, 24 Agustus 2017_ PUISI PUISI ENDANG A (Jakarta)

Redaksi menerima tulisan
Puisi minimal 5 judul, Esai, Cerpen, Cersing (Cerita Singkat) untuk kami Siarkan setiap hari. Semua naskah dalam satu file MS Word dikirim ke e-email: majalahsimalaba@gmail.com beri subjek_LEMBAR KARYA HARIAN MAJALAH SIMALABA




PUISI PUISI ENDANG A


AKU KALAH

Kuntum puisi terhenyak
meraba jalan piatu di antara gelombang 
hilir mudik
sempat menjadi patung, dalam perujaran kalimat
lalu terbunuh.

Kemarin, kutulis alur perjalanan
yang telah pecah di pintu gerbangmu
sebab dada ini, sudah tak berpelita
melahirkan kemarau, menanti gugurnya dalam hitungan waktu.

Menunggumu pada pesta binal adalah kemustahilan
aku terpental, kembali berpulang hampa
menggapaimu adalah keserakahan musim
yang tak ingin kunikmati.

Jakarta, 19 Agustus 2017.



MERATAP DERMAGA BIRU
Sekilas terbentuk
biji biji harapan terlempar
lalu lunglai
di dermaga biru
tempat dada bunda di asingkan
dan perantauan selesai, setelah badan jalan tertutup oleh air mata.

Jakarta, 20 Agustus 2017.



KUTITIP RINDU DARI BALIK PINTU

Tuan, bukankah sudah kutitip sepenggal kalimat pulang, kepadamu hari itu?
lantas mengapa harus mengupas lagi sebuah bahasa ironi?
sedang bising kemarin masih meninggalkan sebuah jejak
memukul mukul hulu dada.

Kemudian ada getar yang meniadakan laut asinmu
aku tumbang di pesisir, bersama aroma laut
yang mengepung rencana rencana jalur kehidupan
dan kutampung catatan jejak langkah, untuk kupuisikan dalam sebuah senja.

Rindu ini berloncatan
ingin segera menuntaskan kalimat
kepada keindahan, yang bersarang di antara kedua bola mata
perihal desa, kuasingkan dari pengamatan untuk kalian urus menjadi gundukan harta.

Jakarta, 23 Agustus 2017.



KENANGAN ITU MENGUAP

Belum genap waktu kurancang
wajahmu menghilang dari bait-bait sajak
membuat limbung
berkelipatan patah.

Aku tumbang di muka pintu dan engsel persendian mati rasa. 
belukar ini membuat napas engan bergeser mencari angin kesejukan
duhai pesisir, pecahan hatiku berserakan dalam mimik keresahan
dan menari di bola mata perihal puisi yang terperangkap dalam lautan kata kata.

Jakarta, 20 Agustus 2017.



MENGENANGMU

Jika waktu adalah malam kesuramanku
akankah rasa jauh mengembara dalam lautan mimpi?
sedang maha guru berceloteh memusingkan jalur
serupa patahan yang mengarah pergerakan basa basi
ruang itu masih terdeteksi
walau kehadiran tak lagi menyerupai.

Jakarta, 21 Agustus 2017.



JEJAK PUISI

Lalu kukabari dari ranting sunyi, sebuah cahaya 
perihal kemacetan kemarin
agar segera beranjak dari rutinitas kebodohan.

Sejak terusir dari lembah kata kata
jemari semakin kuat berkolaborasi
membentuk kuncup kuncup yang hampir mati di ujung senja
menarikan sajian, tersebutlah rasa puas
tersebab benih benih itu unggul
dalam kepulangan hasil
memaknai tiap episode patahan
kemudian memotivasi dengan kelengkapan rasa
pada lembar jejak perjalanan, kali ini.

Kemudian merelakan waktu
untuk melipat
perjalanan sudah tuntas
tercatat baik dalam kolom pemekaran.


Jakarta, 22 Agustus 2017.



KUNANTI DI UJUNG SAMUDRA

Lama kurawat luka
tiap episode hari yang kau retaskan di punggung waktu
berkecipak suara dingin tentang tamu 
kehadirannya selalu di belenggu keraguan.

Lalu mencoba beradaptasi, namun runtuh di ujung sembilu.
tetes bergulir
memaknai setiap patahan hujan
berdalih ratusan kata, menghujam jantung mengoyaknya perlahan tapi pasti.

Masih kuberi isyarat hidup
di telukmu, pada lipatan sunyi
untuk menyegerakan berkemas
dan menghampiri pulau kering tak beribu.
bukit tandus di sana menahan segala rasa
bungkuslah ruang, yang mereka sebut bahagia.

Jakarta, 23 Agustus 2017.



Tentang penulis ;

Endang A lahir di Jakarta, hobby menulis sejak tahun 2016, Ia aktif belajar menulis di sebuah group wa Kala Jombang sejak Januari 2017. Gurunya adalah I Imam Gede Pamungkas Aji. Endang terinspirasi menulis cermin dan novel horor juga prosa dari gurunya. Dan puisinya terinspirasi dari karya Riduan Hamsyah dan Ketut Imanuel.

No comments