Edisi Rabu, 06 September 2017_ PUISI PUISI S KAMALUDIN (Lampung Barat)
Redaksi menerima tulisan
Puisi minimal 5 judul, Esai, Cerpen, Cersing (Cerita Singkat) untuk kami Siarkan setiap hari. Semua naskah dalam satu file MS Word dikirim ke e-email: majalahsimalaba@gmail.com
beri subjek_VERSI ONLINE MAJALAH SIMALABA
(Mohon maaf, laman ini belum dapat memberikan honorium)
PUISI PUISI S KAMALUDIN
BENTANG NASIB
Semoga bukan takdir abadi
hanya sebatas ujian bertepi
menggerutu menghujat malang
bukan berarti mujur akan datang.
Air di sumur sudah ditimba
besi berkarat telah kutempa
bila bagian badan di tanah rawa
kepada siapa hendak berkutuk lidah?
Inilah bentang nasib
terima saja bersama doa
andai sajak puisi adalah sampah
daur ulang saja supaya berguna.
Way Tenong, 31 Agustus 2017.
RAFLESIA
Kau pemburu badai
penghisap darah pemakan bangkai
rayu ratu lumbang telanjang tanpa perisai
tebar pesona bibirmu yang bohay.
Lupakah nyawamu yang sehelai?
Bak sebebak (satu) rambut terjuntai melambai
sedang noda sepanjang sungai.
Angkatlah tubuh indahmu dari kubangan lumpur
sebelum jasad menuju lubang kubur
tak takutkah kau? Pekik dahsyat mengguntur
selecut cambuk tubuhkan hancur.
Percuma,
menyuguhkan setangkai anggur
atau pengacara berlidah lentur,
di sana hanya ada api membara bagi insan yang kufur.
Way Tenong, 3 September 2017.
MENGERTILAH
Wahai jaka lelana
bacalah cuaca mayapada
kabut mengitari bumi
sudah kubilang jangan menjemur harap
pada bunga bunga jurang.
Wahai pengembara,
rayu layu di sehelai surat
kini hatimu tergurat
apa aku yang salah?
Aku hanya cahaya bulan
berhiba cahaya pada mentari
maafkan bila kedip mata membuat kau jatuh cinta
sedang aku milik alam raya.
Way Tenong, 31 Agustus 2017.
TERBANG TAK PULANG
Elang membumbung tinggi
raib ditelan matahari
di bumi tak bertempat lagi
kayu ara tertelan tanah.
Pertiwi enggan membuka tangan
menada titik hujan
dan memeluknya dalam selimut berserabut.
Way Tenong, 4 September 2017.
HARAPAN
Bangunlah nak,
hari sudah siang
temanilah matahari
meniti hari menyinari bumi.
Menangislah nak,
biar basah kakimu
sebagai tinta syair
terhampar dul lantai dan
dibaca induk semang.
Tersenyumlah,
walau sinis kening mengernyit
menatap ayahmu yang sakit
jiwa karna takut terbuang
menjadi sampah.
Way Tenong, 4 September 2017.
Tentang Penulis
Suratman kamaludin adalah seorang petani yang tinggal di Way Tenong Liwa Lampung Barat. Tergabung dalam sekolah sastra dunia maya (KOMSAS SIMALABA) yang diasuh CREW Simalaba. Puisi puisinya rutin diikut sertakan dalam semarak puisi www.wartalambar.com.
dan simalaba.com
No comments