HEADLINE

Edisi Rabu, 20 September 2017_ PUISI PUISI S KAMALUDIN (Lampung Barat)

Redaksi menerima tulisan
Puisi minimal 5 judul, Esai, Cerpen untuk kami Siarkan setiap hari. Semua naskah dalam satu file MS Word dikirim ke e-email: majalahsimalaba@gmail.com
beri subjek_VERSI ONLINE MAJALAH SIMALABA
(Mohon maaf, laman ini belum dapat memberikan honorium)



PUISI PUISI S KAMALUDIN


KITAB USANG 

Tergeletak di sudut ruang
bersama buku bekas
berganti warna coklat sebab polesan debu
dan, di gerogoti anai-anai.


Lain di masa itu
disaat masih baru
tak lepas dalam dekap
di mana suara pengajian
di sana kau dihadirkan.

Tetapi, kini jarang tersentuh
penghuni gudang dalam kotak pekat
jangankan untuk membaca
membukapun enggan.


Way Tenong, 13 September 2017.



PEREMPUAN

Untukmu perempuan
Fotomu manis di dalam pigura
insan sabar berhati sutera.

Tak enggan kubersimpuh
untuk sepenggal doa
sebab dari rahimmu aku bernapas
dari asi dan belai kasihmu pula aku dibesarkan.

Lelahmu tak terbayar
dari hidupku sampai mati bahkan sampai reinkarnasi.


Way Tenong, 14 September 2017.



RETAK 

Bentang senja samudera biru
pasang menyapa malam
camar mengitari karang
sambut purnama menyinari
pasir tepian pantai yang
tergerus ke dasar lautan
sedang jiwaku, menemui rindu di kesepian, kini sanding terasa asing
sebab cinta sudah tak ramah
saling diam mendayung lara.

Dan, dermagamu sandaran biduk cintaku, sebab itu aku berlabuh
menanti cumbumu walau semu
berharap belai kasih sekalipun hampa.

Tiga tahun bersabar
mengapung di lautan keperihan
dihempasan gelombang kebisuan
berharap sampan tidak tenggelam.

mari menoleh ke masa lampau
disaat memadu dua hati menjadi satu
rayu-rayu memekar bunga kalbu
terbang bersama kepunggung bulan
membuat iri bintang-bintang.

Apakah sudah lupa dimasa itu?
Atau sengaja berpura-pura,
menunggu dinding hancur berkeping dan tersisah puing-puing.

Way Tenong, 15 September 2017.



SUNGAI HUTANG 

Menadah air dengan gelas
menjama kebijakan untuk menenggaknya
sebab riak sungai
perlahan menylinap ke bawah bebatuan.

Tahun ini kemarau panjang
tanah lekang berbidang-bidang
harga kebutuhan menanjak ke bulan
masa peceklik sudah menjabat tangan.

Rasa khawatir mulai terukir di alam pikir
tentang sungai hutang yang membetang
mengalir deras dan membunuh
nasib alit yang berenang kekeringan.

Way Tenong, 16 September 2017.




LENGANG

Malam bintang,
salam bumi dan langit
cuma kepadamu aku berbisik
tentang lengang singgah mengusik.

Bukan pada cinta atauwa rindu
sebab mereka telah bahagia merendam kasih di telaga  kenang.


Way Tenong, 2017.


Tentang penulis

Suratman kamaludin bekerja sebagai petani, tinggal di Way Tenong Lampung Barat. Tergabung di komunitas sastra dunia maya (KOMSAS SIMALABA) yang diasuh oleh crew majalah simalaba. Puisi puisinya rutin diikut sertakan di semarak puisi majalah simalaba.

No comments