HEADLINE

Edisi Selasa, 19 September 2017_ Cersing Romy Sastra (Sumatera Barat)_SI JAKA KECIL PUTUS SEKOLAH

Redaksi menerima tulisan
Puisi minimal 5 judul, Esai, Cerpen untuk kami Siarkan setiap hari. Semua naskah dalam satu file MS Word dikirim ke e-email: majalahsimalaba@gmail.com
beri subjek_VERSI ONLINE MAJALAH SIMALABA
(Mohon maaf, laman ini belum dapat memberikan honorium)




Cerpen Romy Sastra

SI JAKA KECIL PUTUS SEKOLAH


Lahir ke dunia fana ini telanjang, hanya membawa senyuman dan tangis, ada yang diam seperti bingung, tak tahu alam apa ini?" 

Sembilan bulan dalam kandungan, si jabang bayi disayang dibelai dari balik tirai, tersekat oleh dinding rahim seorang ibu, tak dihiraukan.

Si jabang mengabdi berada dalam masa fitrah bersama Tuhannya, bersaksi pada Rahman Rahim memuji lewat nadi dan jantung bertasbih.

"Pak, sebentar lagi anak kita lahir ke dunia, 
kata si Emak pada suaminya. 

"Iya Mak, kita akan memiliki anak dari buah cinta kita, semoga anak kita lahir dengan selamat dan sehat.

Tibalah pada masanya, si jabang bayi menangis keluar dari garbah. Tak berbaju hanya membawa tumpahan darah membuncah seperti gunung api memuntahkan lahar ke seantero daratan yang ada.

Miskin memang, si jabang seperti bernasib malang, terpancar dari raut wajah yang pasrah, hanya dibalut selembar kain usang. Ditingkahi tangan cekatan si dukun bayi di perkampungan kala itu.

Hari berlalu, bulan berganti tahun, ia jalanin hidup ini dengan riang. Si jabang bayi telah tumbuh remaja, ia bernama Jaka.

"Jaka?" seru Emaknya dengan penuh kasih sayang. 

"Iya, Mak?" jawab Jaka pada Maknya.

"Jaka, kau sudah berumur tujuh tahun, nak?!" sudah masanya kau sekolah, sekolahlah yang pintar ya!" nasehat Maknya pada Jaka. Kelak kamu sudah dewasa, carilah ilmu yang bermanfaat yang mengantarkan kehidupan masa depanmu bahagia dunia dan akhirat. 

Nasehat, doa dan harapan si bunda memacu semangat hidup si Jaka belajar dan terus belajar hari ke hari di awal sekolahnya.

Di sela-sela waktu masa pulang sekolah. Jaka selalu membantu pekerjaan kedua orangtuanya di sawah dan di kebun. Dalam hati kecil si anak, betapa mulianya pekerjaan orangtuanya dari pagi hingga petang bergulat dengan lumpur sawah dan menari bersama ilalang tajam menusuk kaki si Ayah dan Ibu yang tak kenal menyerah mencari nafkah sebagai petani di kampung, demi membesarkan dan menyekolahkan anak-anaknya.


Gontai langkah si Jaka, detik-detik perpisahan kelulusan sekolahnya. Si Jaka dalam hasil rapor SD yang lumayan bagus, pas menduduki bangku kelas enam tahap akhir, Jaka jarang masuk sekolah demi membantu orangtuanya, ia akhirnya gak lulus dan gak bisa sekolah ke jenjang selanjutnya tingkat  SLTP. Penyebab, kedua orangtuanya Jaka tak mampu, miskin, bukan Jaka tak pintar. Si Jaka kecil seringkali tak masuk sekolah mengikuti mata pelajaran dari gurunya. Hari-hari Jaka banyak dia habiskan di sawah dan di ladang. Hingga study mata pelajaran jarang ia ikuti.

Berbilang masa terus melaju, remaja si Jaka kecil akhirnya putus sekolah. Karena kedua orangtua yang tak mampu membiayai si Jaka melanjutkan sekolahnya ke jenjang lebih tinggi. Sebab, faktor ekonomi kedua orangtuanya yang payah.


                                **********

"Mak, Jaka tak lulus sekolah, mak." 

Jaka pergi merantau saja ke kota ya, Mak?!" 
pinta Jaka pada Emaknya. 

Tapi, kau kan bisa nyambung sekolah lagi tahun depan, Jaka! 

"Tidak Mak, Jaka malu dengan adik-adik kelas, jika Jaka satu bangku dengan adik kelas itu.

"Lho... lalu mau jadi apa kamu Jaka, kalau kau tak mau sekolah lagi. 

"Aku ingin berbakti sama Ayah dan Mak," mencari uang untuk membantu adik-adik nanti. Biarlah aku mengalah asal adikku bisa sekolah, pinta Jaka meyakinkan kedua orangtuanya.

Jaka si remaja kecil akhirnya pergi tinggalkan kampung halaman dan kedua orangtuanya, merantau ke kota. Dapat usaha kecil-kecilan di kota. Jaka teringat janjinya, tuk memenuhi janji membantu orangtuanya menyekolahkan adik-adik di kampung. Orangtua Jaka berbangga hati, ternyata anaknya si Jaka sukses di rantau tanpa berpendidikan sekolah tinggi.

Catatan: segelintir kisah pernah terjadi pada suatu kehidupan di masa yang lalu. 
Beda masa sekarang, tidak ada anak-anak bangsa yang tidak sekolah. Program pemerintah telah menyediakan anggaran untuk pendidikan siswa-siswi yang tak mampu.

"Yuukk...!!!
semangat sekolah anak-anak generasi bangsa.


Jkt, 15-09-2017


Tentang Penulis

Nama Romy Sastra, lahir Padang 10-07-1976. Beberapa karyanya dimuat buku Embun Pagi Lereng Pesagi

No comments