Edisi Selasa, 19 September 2017_ PUISI PUISI Q ALSUNGKAWA (Lampung Barat)
Redaksi menerima tulisan
Puisi minimal 5 judul, Esai, Cerpen untuk kami Siarkan setiap hari. Semua naskah dalam satu file MS Word dikirim ke e-email: majalahsimalaba@gmail.com
beri subjek_VERSI ONLINE MAJALAH SIMALABA
(Mohon maaf, laman ini belum dapat memberikan honorium)
PUISI PUISI Q ALSUNGKAWA
MIMPI SEPASANG KEKASIH
Telah tumbuh sebatang pohon
jerih payah tanganmu
tempat anak anak puisi
mengaitkan sebagian mimpinya.
Di sini juga aku berteduh
menggambar raut pelangi
ada birahi yang kelayapan
berulang-ulang
sesekali menjelma kekunang
mengitari pagar-pagar besi, mengintai halaman.
Sebenarnya
aku masih menanam mimpi ini
di sebidang lahan
yang orang orang katakan sebagai mustahil
sebab aliran tepi
jauh dari kemungkinan
apalagi kalimatnya terbaca sebagai semilir ketika berkeringat.
Tetapi
aku tak mencari pengakuan
atawa yang dielu-elukan
dengan membiarkan mimpiku meniti lelap
tanpa harus melukai malam.
Ya, di sinilah menetapkan alamat
di wilayah
yang hanya diraba oleh analisis murni
tempat nurani yang kunamakan kata kata
sebab kami adalah sepasang kekasih
yang hanya bercinta di dalam sajak.
Lampung Barat, 16 September 2017.
MESSENGER
Jika tak kau temukan aku di tempat itu
maka
aku sedang enggan bercinta
apalagi kau merakit perahu untuk berlayar ke balik gelombang malam.
Ada sedikit angin liar
yang mesti aku tenangkan
sisa kalimat yang ia tanam
hingga melukai mataku.
Di ranting messenger ia hinggap
tanpa bulu
tanpa senyum, juga tanpa julukan.
Aku-
sematkan beberapa helai di sayapnya
hingga ia mengenal pemukiman mega mega
dalam kurun tak sampai berganti tahun.
Tetapi
ia mabuk udara
perutnya kembung, dadanya busung
mulutnya ngeracau
meneteskan buih buih kenaifan
dan
dengan melanggar nurani
aku kutuk ia menjadi sebuah kelana
sebuah pencarian
yang akan mengajari ia
tau arti selembar pelayaran.
Lampung Barat, 17 September 2017.
PISANG LADA
Selepas musim kopi
jarak yang cukup menghawarirkan bagi bapak tani
sebab cuaca tahun ini
tidak seperti yang diramalkan orang orang.
Sebagian kecil
ada yang menyiasati dengan menanam pisang dan lada
inisiatif dan sebuah tangkal penyakit paceklik
tetapinya
tidak semua orang bernasib sama
atau berpikiran sama
adalah terlena ketika masa panen berlimpah.
Ya, roda yang bergerak di jalur Lampung Barat
sudah bukan menjadi aneh
jika pincang atau lepas dari porosnya
menggelinding pada instansi yang memuat riba
lebih tepatnya tali jerat buat kaum lusuh.
Hai penghuni tebing!
Juga hai penghuni gedung!
Adakah sisa pikiranmu
untuk kami tanam di ladang kata kata
sebagai pisang dan lada
sebagai kopi dan palawija
sebagai puisi atau sajak
agar bila waktunya tiba
engkau dan tuan menjadi saksi kota kota tumbuh.
Lampung Barat, 18 September 2017.
SEPASANG PUISI
Sepasang puisi, hingga sekarang masih nyaman dengan kerinduannya
tentang pulang
ia tak ingin buru buru.
Tetapi aku membaca sepasang puisi dari kejauhan
ada air mata bermukim, dan tidak genap huruf puisinya
tetapi ia menjadikan puisi
sebagai peneduh
tempat mengabari kami yang jauh.
Aku tak ingin memaksanya pulang
sebab itu tak mungkin.
Pernah beberapa kalimat aku ajukan
tetapi senyuman yang kudapat
meskipun aku tau getir itu bersembunyi
di balik sahajanya.
Hal yang membuatku terluka
aku tak berusaha untuk melihat nasibnya secara biji mata
dan setelah aku meraba keadaan
ternyata pembendaharaanku lebih mengenaskan.
Baiklah, mari kita berdamai dengan waktu
tetap menanam doa
di setiap rencana
sejatinya sepasang puisi yang engkau kabarkan
hingga saat ini aku membacanya.
Lampung Barat, 18 Saptember 2017.
KELOPAK HUJAN
Segelas kopi yang gelisah
belum genap aku tambahkan huruf puisi
sementara
perempuanku, berlalu, dan lenyap di tikungan
bersama gerimis di kelopaknya.
Perempuanku
maafkan kalimat yang patah
atas kesumbangan
yang melukai mimpi mimpimu
sebab aku, tetap melumat sajak kopi racikan sendiri.
Tentunya
gerimis di matamu
telah menjelma hujan dan jatuh ke sungai
mengutuk pulau pulau kecil
kemudian
menjemput gemuruh ombak
untuk dibingkai di dadamu.
Lampung Barat, 18 September 2017.
Tentang Penulis:
Q Alsungkawa tinggal di Desa Ciptamulya, Kec: Kebun Tebu-Lampung Barat. Ia bergiat di komunitas sastra di Lampung Barat (KOMSAS SIMALABA). Puisi-puisinya dipublikasikan www.wartalambar.com, Saibumi.com, Lampungmediaonline.com juga dimuat di beberapa antologi bersama MY HOPE 2017. EMBUN PAGI LERENG PESAGI 2017, EMBUN EMBUN PUISI 2017, MAZHAB RINDU 2017, dimuat di MAJALAH SIMALABA, versi cetak dan versi online, lolos di even Nasional, LANGIT JATI GEDE.
No comments