PUISI PUISI FARHAN AL FUADI (Serang, Banten)_JALAN KITA BERBUNGA KARANG_SENJA DI KALI ANYAR
Redaksi menerima tulisan
Puisi minimal 5 judul, Esai, Cerpen untuk kami Siarkan setiap hari. Semua naskah dalam satu file MS Word dikirim ke e-email: majalahsimalaba@gmail.com
beri subjek_VERSI ONLINE MAJALAH SIMALABA
(Mohon maaf, laman ini belum dapat memberikan honorium)
PUISI PUISI FARHAN AL FUADI
JALAN KITA BERBUNGA KARANG
(Kepada Riduan Hamsyah)Kepada senja yang menari-nari
Burung-burung,
Kupu-kupu,
Kunang-kunang
Menitip mimpi:
Bulan,
Bintang,
Embun.
Dalam dekap malam,
Kau berbisik kepada angin:
“Jalan kita melangkah berbunga karang”
Lalu melata
Di antara belukar
Mencari jalan pulang
Serupa ular
Meliuk di antara bait-bait sajak,
Mendesiskan rima pada bunyi,
Menyemburkan bisa pada makna
Jalan kita berbunga karang,
Ditumbuhi belukar
Serupaular:
Kemana kau akan pulang?
Ke rimba mimpimu?
2014
SENJA DI KALI ANYAR
ada baiknya kau tinggal bising kotakembali ke kampungmu.
menyisir rimbun mimpi
di atas perahu kertas
selami keruhnya dasar air
: serupa ikan-ikan,
masa lalumu lumut-lumut alga.
aku mengajakmu
mandayung rakit menelanjangi tubuh sungai
penuh kelok,
menafsir nilai kenyataan
di balik rimbun ilalang
: meniru ular,
menyisir lembah-lembah yang asing
kudengar sawah-sawah di bantaran kali anyar
ditumbuhi beton-beton
dan pematangnya berubah menjadi tol
lalu di mana para petani akan menanam padi?
di atas aspal?
atau
pada punggung mereka sendiri yang kering?
: sunyi di kampungmu segera bising
dan kampungmu menjadi lain.
ada baiknya kau meninggalkan kota yang bising
menjadi batang bambu yang rimbun,
di bukit tempat ayahmu menanam ari-ari
atau menjadi sumur jernih,
tempat ibumu memerah air susu,
menjadi anak-anak
kali anyar
sebelum senja membiru
: di tanah ini kau bukan orang asing.
Pasir Muncis, 10 September 2016
SAMPAI SUMSUM TULANG
Ada gigil yang ngilu dalam sumsum tulangDaun-daun selimut
Warna biru subuh:
Aku masih enggan beranjak,
Sendi-sendi ngilu sedingin embun.
Sunyi di subuh ini menggigit tulang sendi,
Sumsumku igaukan pilu: apa yang bisa aku catat
Menjadi sepenggal sajak?
Pada selimut ini, batas subuh
Dan masa lalu adalah gigil yang biru.
Seperti karat yang mengasami
Sasak koneng tempat aku larung masa lalu
Bersama perahu dari daun tablo,
Di atas sungai berbatu
Sajak tak lagi mengalirkan embun
Sampai apur.
Selimut dari daun-daun di kamar ini masih
Setia menjadi kusut.
Sampai sumsum tulangku
Sajak-sajak ngilu asam urat.
Cinoyong-Carita, September-Juli 2016-2017
ZIKIR RUMPUN BAMBU
aku adalah sebatang bambu,jika angin bertiup
aku berdendang:
“subhanallah
wal hamdulilah
wala ilaha illa Allah
Allahu akbar”
Aku tumbuh
di atas rumpun akar.
Sekuat terumbu karang.
Tubuhku berbatang tegak tanpa cabang.
Melukiskan imanku kepada Rab
Seperti alif dan lam yang mengikat ha
Menjadi kata yang keramat.
“asyhadu alla ilaha illa Allah
wa asyhadu anna Muhamadan rasulallah”
tidak ku izinkan sedikit pun
dalam ruas-ruas tubuhku ada berhala
bertapa, ku bersihkan dengan tuak imanku
: kau mabuk sampai fana
Jika teguk setetes air tuakku.
Aku tumbuh dalam taqdir cinta
Si batang bambu
berakar karang.
Dalam ringkik kulit-kulitku yang penuh merang
Aku lantunkan zikir dan tasbih
“ilahi, wa rabbi, man li goiruk”
: aku tahu,
Dia bersemayam pada ruas-ruasku
Cibodas, Juli-September 2016
TAKWIL WARNA LANGIT
Membaca langitpada bola matamu,
berbintang di kedip matamu
mentasbih
rimbun belukar,
mihrab cahaya seribu purnama.
Pada bola matamu
purnama beratap hujan
melumpuri kaki mensujudkan takbir.
tahlil aroma tanah.
Rembulan seribu purnama
Tembaga
awan putih kapas:
Matamu
takwil zikir warna langit
Juni-juli 2017
Tentang Penulis
Farhan al Fuadi, penulis yang beraktifitas di Yayasan Bhakti Banten, Serang, sebagai guru relawan. Ia adalah alumnus Pondok Modern Daar el Istiqomah Serang-Banten, dan Jurusan Filsafat Agama UIN Sultan Maulana Hasanudin Banten Serang, anggota Komunitas Sastra Gunung Karang – Pandeglang. Banyak berkontribusi dalam penulisan sejarah Banten. Tercatat sebagai penulis kontributor dalam penyusnan buku Ensiklopedi Tokoh Agama Nusantara (Jakarta : PUSLITBANG KEMENAG RI, 2016)
No comments