HEADLINE

PUISI PUISI MUHAMMAD DAFFA (Kalimantan Selatan)_Riwayat Kata Kata_Untuk Mei

Redaksi menerima tulisan
Puisi minimal 5 judul, Esai, Cerpen untuk kami Siarkan setiap hari. Semua naskah dalam satu file MS Word dikirim ke e-email: majalahsimalaba@gmail.com
beri subjek_VERSI ONLINE
(Mohon maaf, laman ini belum dapat memberikan honorium)


PUISI PUISI MUHAMMAD DAFFA


UNTUK MEI

Kau penyabar yang tak lekas berziarah kepada rasa dendam yang membara
Karena di penghujung usia nanti tubuh akan dirongrong banyak ketakutan
Ketakutan yang lebih membuatmu cemas ketimbang rezim yang memburumu
Ingatlah petang di minggu ketiga, ketika aku berjalan menyusuri jejak-jejak abu
Di sekeliling kota yang tidur karena ancaman, dan tak bisa lagi kulihat wajahmu.

Kita sekawanan pejalan liar yang membentang kata-kata di hadapan negara
Negara menculik sebagian kita dan memutus deru napas yang terus saja gelisah

Sampai kita lupa di mana pengembaraan harus diakhiri
Sampai tuntas beribu kisah
Sampai tuntas jejak-jejak abu, tak kulihat lagi wajahmu.

2017

TAMU

Kita mengijinkannya masuk ke relung fana dalam tubuh seraya menghitung-hitung cerita yang pernah tergurat sepanjang usia ini
dan kita membiarkannya tinggal selama masa sakit sampai senja tiba dan aku pun tak ada

Kita membukakan pintu seraya tertatih dan mendadak gemetar begitu tahu siapa yang datang
Menghitung-hitung cerita yang pernah tergurat di sepanjang usia ini
dan kita pun sadar sudah saatnya terpesona dengan aneka pertanyaan yang diajukan selama masa sakit dan mata terpejam sampai senja tiba dan aku pun tak ada.

2017

AYAT MUSIM

Tubuhku tempat terlapang
Untuk bermalam segala rahasia
Yang tersurat dalam larik-larik sajak
Yang bergerak menanti datangnya petang

Tubuhku tempat terlapang
Bagi rahasia yang bermalam
Yang tersurat dalam larik-larik sajak
Yang gemetar menanti datangnya petang
Yang duduk gelisah menunggu datangnya engkau

2017

DI PANTAI

Di senja kesekian, yang tumpah ke atas lautan, menjelma riak tak tenang, masih juga kusimpan secarik rindu silam.
Kau jauh di luar mimpi, melintas jalanan asing, berebut kursi di istana negara, menempa diri dengan obrolan politik yang tak ada usainya.
Aku masih juga di sini, duduk di tepi tempat kita pernah bertemu walau hanya sekadar sapaan biasa. Dan kita bahagia.

Ombak ke ombak, aku kembali mengingatmu yang tak mau lagi datang ke pantai sekadar liburan
Kau jauh di luar mimpi, melintas jalanan asing, berebut kursi di istana negara, menempa diri dengan obrolan politik yang tak pernah ada usainya.
Aku masih juga di sini, khusyuk menyimak deru ombak, pasir berbisik di sela petang, dan deras angin dari laut yang penuh rahasia.
Meski jauh berbeda, kita tetap sepasang kekasih yang pernah berbahagia karena doa.

2017

RIWAYAT KATA-KATA

Kata-kataku selalu mengarah menuju-MU, tak kutemui pintu yang senantiasa membuka
Selain penerimaanmu yang tabahnya tak terhingga.

Kata-kata yang kutulis adalah pengembara yang haus
Lantas singgah di khusyuk ayat-ayat
Merasa tenteram karenanya

Kata-kataku yang tertulis sebagai puisi selalu menujumu dan tak pernah merasa gagal
Karena itu ia ada senantiasa. Tak kubiarkan kata-kata mengalir sendiri tanpa mengenal siapa yang telah menetaskannya jadi rahasia.

Kata-kata yang kutulis serupa pengembara yang haus
Singgah di ayat-ayatmu
Lalu khusyuk di dalamnya

2017

Tentang Muhammad Daffa: Lahir di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, 25 Februari 1999. Menulis Puisi sejak 2015. Karya-karyanya dimuat di Banjarmasin Post, Radar Banjarmasin, Koran Banjar, Media Kalimantan, Buletin Jejak, Tribun Bali, Sumatra Ekspress, Palembang Ekspress, Lokomoteks, Majalah Sastra Santarang, dan beberapa antologi bersama: Ije Jela(Tifa Nusantara 3), Nyanyian Untuk Ane, 1550 MDPL(Antologi Puisi Tentang Kopi), Hikayat Secangkir Robusta(Antologi Puisi Krakatau Award 2017), Menderas Sampai Siak (HPI Riau 2017), serta Rampai: Banjarbaru Lewat Sajak (Antologi Puisi Penyair Banjarbaru) yang akan diluncurkan Desember mendatang di Rainy Day Literary Festival.

Puisinya yang berjudul Hikayat Di Tulang Bawang, terpilih sebagai karya nominasi dalam ajang Cipta Puisi Krakatau Award 2017 yang digagas Lamban Sastra, Provinsi Lampung. Puisinya yang lain, Tidurnya Buku, terpilih sebagai juara kedua dalam Lomba Cipta Puisi yang digagas Kampung Buku Jogja#3. Baru-baru ini, puisinya yang berjudul Membaca Hasan juga menyabet pemenang ketiga dalam ajang Pekan Bahasa Universitas Sebelas Maret, Solo, yang salah satu dewan jurinya adalah Agus Noor.

Kumpulan puisi tunggal yang telah terbit berjudul Talkin. Buku puisi keduanya, Suara Tanah Asal, akan terbit pula dalam waktu dekat. Daffa adalah mahasiswa di Prodi Sastra Indonesia Universitas Airlangga, Surabaya.

No comments