HEADLINE

PUISI PUISI S KAMALUDIN (Lampung Barat )_Aku Yang Lain

Redaksi menerima tulisan
Puisi minimal 5 judul, Esai, Cerpen untuk kami Siarkan setiap hari. Semua naskah dalam satu file MS Word dikirim ke e-email: majalahsimalaba@gmail.com
beri subjek_VERSI ONLINE
(Mohon maaf, laman ini belum dapat memberikan honorium)


PUISI PUISI S KAMALUDIN


SEGENGGAM NASIB 

Sejenak mengukir rencana di akhir malam
mengingat harapan tinggal segenggam
di ujung bukit kesempatan kian  terhimpit keraguan.

Bukan kita atau mereka
namun zaman terus berganti
seperti waktu terus berotasi
yang tak pernah berhenti walau senapas.

Dan, mentari pagi menyingit tepian timur
sementara embun mulai gelisah sebab
genggaman kian menganga
alamat tertumpah kedalam lahad tak bertepian. 

Way Tenong, 24 Oktober 2017.

AKU YANG LAIN

Ketika literasi membanjiri tanah pertiwi
sajak puisi riuh mewarnai hari
persoalan sastra menjadi misteri
tentang cara yang berbeda-beda.

Kian banyak mejelajah ruang pustaka
keresahan pemula bertambah nyata
kemana akal akan berpijak
diam, diam dan tenggelam.

Tetapi aku ingin hal lain, dan
jangan marah andai tak searah
atau penggal kepalaku yang sudah terpental.

Jika hatimu sakit
meraunglah bersama gemuruh ombak
agar tak ada yang mendengar
kabar jiwamu yangh terbakar.

Way Tenong, 24 Oktober 2017.

RINDU SETITIK EMBUN 

Ada rasa sesak di setiap napas yang menderu
sesekali terhempas kuat
menerbangkan debu jalanan.

Dan, aku memilih diam
seakan tak mengerti keadaan
namun tidak pula menjauh dari panasnya jilatan api
cuma ada rasa khawatir terbakar pula
sebab tubuh ini berlumur minyak.

Sesekali memandang langit
berawan tipis
meminta hujan turun
agar bara yang menyaga terbenam pada muara yang tenang.

Inging kubernaung di sehelai daun bertitik embun pagi
bukan berlindung di pijar matahari
yang membakar kulit ari.

Biar lapang sesak mendera rongga dada 
agar terbebas dari dahaga yang menyiksa
dan, redam lidah api pembakar jiwa.

Way Tenong, 24 Oktober 2017.

BIARLAH SEPERTI SUNGAI 

Lie, terlalu tajam pedang yang kau hunus
kilatannya bagai elang yang haus
atau singa kelaparan
tetapi, untuk apa?

Ini adalah pasar,
tempat orang-orang bertransaksi
mengais rejeki
bukan ladang peperangan.

Aku khawatir akan
banyak yang terluka
sedangkan mereka tidak tahu apa-apa
atau bisa pula melukai dirimu sendiri.

Mungkin, orang yang kau cari
telah jauh pergi dari kota ini
simpanlah pedangmu itu,
biarlah ia tenang dalam werangkanya
dingin seperti sungai
mengalir di antara akar pepohonan.

Way Tenong, 26 Oktober 2017.


INGIN PULANG 

Sudah terlalu jauh

tubuh berlayar di samudera remang

sedangkan jiwa ingin pulang
Kepelukan ibu sang pengasuh semesta alam.

Way Tenong, 26 Oktober 2017



Tentang S Kamaludin: Tinggal di Way Tenong Lampung Barat. Ia belajar menulis di komunitas sastra Simalaba (KOMSAS SIMALABA) yang diasuh oleh crew majalah Simalaba. Puisi puisinya kerap diikut sertakan dalam semarak puisi puisi majalah simalaba.com dan wartalambar.com.

No comments