HEADLINE

Puisi Abu Ma'mur MF _ADA HUJAN CAHAYA DI TENGAH KEMARAU KOTA (Buku Kumpulan Puisi Tentang Masjid)




APRESIASI ATAS TERBITNYA BUKU

KUMPULAN PUISI TENTANG MASJID



Sebuah buku sampai ke redaksi kami siang tadi. Diterima oleh salah seorang crew, buku ini berjudul TENTANG MASJID. Ada yang unik dengan buku ini, biasanya buku-buku kumpulan puisi, cerpen dan sejenisnya yang terbit selama ini mengangkat beragam tema tentang sosial, budaya, lingkungan, wisata, keragaman serta keunikan suatu daerah. Tetapi, kali ini, Tentang Masjid. Terbilang unik karena sangat jarang event-event kebudayaan yang membahas sebuah tempat ibadah. Tentu membuat penasaran kita semua mengapa puisi puisi karya penyair dalam buku ini semua bicara tentang masjid, baiklah; sebagai apresiasi kami atas terbitnya buku ini maka Redaksi Majalah Simalaba akan menyiarkan karya-karya dalam buku satu persatu setiap hari secara online. Semoga karya di dalamnya bisa sampai pada lebih banyak pembaca, yang kebetulan tak sempat memiliki buku bagus ini. (SKM)


Puisi Abu Ma'mur MF

ADA HUJAN CAHAYA DI TENGAH KEMARAU KOTA


gedung-gedung berjejal
moncong cerobong menusuk udara
orang orang dan kendaraan melaju terburu-buru
di sini jarum jam memusar lebih cepat dan
pusaran matahari lebih membakar
ketimbang di kampungku

di tengah gemuruh dan kemarau kota. aku mengenderai
kesunyian laju rindu, memasuki rumah ibadah serupa
kembali pada rahim ibu. ada kelembutan denting hening
ada hujan cahaya menabuh anasir transendental, rerimbun
bunga tumbuh anggun pada sepetak kebun di dalam diri

menyusuri masjid istiqlal menelusuri jejak spiritual
: mengeja simbol, menghayati keelokan, mengkhidmati
riwayat para pemersatu bangsa, dan menyelami pancuran
cinta yang tak henti menggemericikkan butiran cahaya

istiqlal adalah amsal kemerdekaan: bebas dari jeruji penjara
dalam diri, lepas dari pemberhalaan pada logam mulia,
memenangkan pertarungan melawan segala goda, dan
mendenyutkan Yang Maha Hidup di jantung kehidupan

di masjid istiqlal orang orang berkerumun tak melulu
menjalankan ritual, tapi juga merawat perihal kemanusiaan
mereka saling berbagi lampu dari dalam kepalanya
sebagai upaya menafsirkan puisi-puisiNya ke dalam dada,
gerak dan laku. menjadi harmoni hidup: selaras, seimbang,
harmonis

kemarau masih melanda kota
riuh jalan raya masih bergemuruh
namun ada ruang sunyi yang senantiasa setia
menanti mereka yang merindukan hujan cahaya
menggemburkan ladang dada

Tentang Penulis:

Abu Ma'mur MF, lahir di Tegal dan bermukin di Brebes. Karya-karyanya tersebar di sejumlah surat kabar lokal dan nasional. Juga tergabung dalam beberapa buku antologi: Persetubuhan kata kata (2009), Munajat Sesayat Doa (2011),  107 Penyair Indonesia dan Malaysia (2012), Cimanuk-Kini Burung Burung Telah Mati (2016), dll. Kini ia aktif di Dewan Kesenian Brebes.

No comments