HEADLINE

PUISI PUISI MUHAMMAD DAFFA (Kalimantan Selatan)_Sebelum Kau Bercerita Tentang Rahasia

Redaksi menerima tulisan
Puisi minimal 5 judul, Esai, Cerpen untuk kami Siarkan setiap hari. Semua naskah dalam satu file MS Word dikirim ke e-email: majalahsimalaba@gmail.com
beri subjek_VERSI ONLINE
(Mohon maaf, laman ini belum dapat memberikan honorium)




PUISI PUISI MUHAMMAD DAFFA


SEBELUM KAU BERCERITA TENTANG RAHASIA

Sebelum kau bercerita tentang rahasia semalam di kedai, bermabuk-mabuk dengan secangkir anggur merek ternama, keluaran baru dari negara eropa, dunia berputar dalam pandangan mata yang nanar. Karena kau mabuk, ceritamu terkadang ngelantur. Terkesan seperti orang-orang yang terbangun dari mimpinya. Kubilang padamu, “pandai-pandailah mabuk, dunia diciptakan bagi penikmat anggur, tapi jangan juga terlalu mudah tergiur wanginya. Cecap sesukamu, lalu lupakan dalam pejam hingga pagi.”

2017

DUA JALAN KEMBAR

Setiap aku menempuhmu
Kesabaran selalu padam.

Dua jalan menuju rumahmu nyaris sama dan tak bisa kubedakan, begitu pula rindu.
Yang sebagian untukmu,
Sebagian lagi untuk peluk yang kerap gagal.

2017

TUBUHMU TUBUHKU

Di tubuhmu kota-kota lahir dan terkoyak
Di tubuhku segala desa yang sengsara bersuara, lantang bersajak,
“Bebaskan kami dari derita, derita yang membuat perut lapar dan napas bengek tak karuan.”
“Derita yang menghempas kesadaran kepada tujuan musykil: membunuhmu.”

2017

JOKPIN DI MALANG

Seorang laki-laki mengenakan celana terbaik datang ke kotamu. Membawa puisi-puisi yang jadi pacarnya setiap hari.
Berkata di podium yang tegak, “hai anak muda, bermalam minggulah selagi usia masih marak-maraknya, sebelum masa mudamu habis direnggut hari tua.”
Laki-laki yang datang dari negeri penuh celana, yang wangi badannya, yang senja rambutnya keperak-perakan, datang ke kotamu pada sebuah malam minggu. Membawa puisi-puisi yang jadi pacarnya setiap hari.
Berkata di sebuah diskusi yang tak pernah kau lupakan, “cara menulis yang paling baik adalah dengan bersunyi dari suara-suara yang ada, yang mengganggumu di waktu hening menyapa. Cara menulis yang paling baik adalah membaca diri saya.”
Kau jadi kikuk sendirian, celoteh lelaki dengan celana terbaik itu membuatmu teringat suatu hal: kenangan di makam ibumu yang hujan bila kau datang, sepatu ayah yang sudah luntur warnanya, serta langit yang memejamkan mata memilih takluk pada sedihmu tiap kenangan berpendar.

2017

DUNIA LAKON

Dunia yang kita tempati sekarang berisi topeng-topeng yang ingin dikenal. Tak tahu malu, dan sumpah serapah terhadap kaum jelata yang dompetnya kosong.
Dunia kita lakon yang serba lucu: penyair saling sindir, pelukis saling bersaing dengan jumawa.
Dunia yang kita jadikan tempat menetap entah selama apa ini jadi sarang penyamun berpeci, berdasi, dan topeng-topeng yang tiap hari cari sensasi.
Dunia kita ini lakon pertama sebelum membuka babak di halaman selanjutnya. Kau berhak memilih ikut yang mana.
Dunia lakon kita ini serba lucu bahkan menggelikan: perempuan-perempuan pesolek yang rajin membuatmu terpana, mobil mewah milik aparatur negara, dan uang negeri yang disimpan di kantong-kantong polisi.

2017


Tentang Muhammad Daffa: Lahir di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, 25 Februari 1999. Menulis Puisi sejak 2015. Karya-karyanya dimuat di Banjarmasin Post, Radar Banjarmasin, Koran Banjar, Media Kalimantan, Buletin Jejak, Tribun Bali, Sumatra Ekspress, Palembang Ekspress, Lokomoteks, Majalah Sastra Santarang, dan beberapa antologi bersama: Ije Jela(Tifa Nusantara 3), Nyanyian Untuk Ane, 1550 MDPL(Antologi Puisi Tentang Kopi), Hikayat Secangkir Robusta(Antologi Puisi Krakatau Award 2017), Menderas Sampai Siak(HPI Riau 2017), serta Rampai: Banjarbaru Lewat Sajak(Antologi Puisi Penyair Banjarbaru) yang akan diluncurkan Desember mendatang di Rainy Day Literary Festival.
Puisinya yang berjudul Hikayat Di Tulang Bawang, terpilih sebagai karya nominasi dalam ajang Cipta Puisi Krakatau Award 2017 yang digagas Lamban Sastra, Provinsi Lampung. Puisinya yang lain, Tidurnya Buku, terpilih sebagai juara kedua dalam Lomba Cipta Puisi yang digagas Kampung Buku Jogja#3. Baru-baru ini, puisinya yang berjudul Membaca Hasan juga menyabet pemenang ketiga dalam ajang Pekan Bahasa Universitas Sebelas Maret, Solo, yang salah satu dewan jurinya adalah Agus Noor.
Kumpulan puisi tunggal yang telah terbit berjudul Talkin. Mahasiswa di Prodi Sastra Indonesia Universitas Airlangga, Surabaya.

Baca Juga:






No comments