PUISI PUISI SUGIHARTONO (Semarang)_Sebutir Padi
Redaksi menerima tulisan
Puisi minimal 5 judul, Esai, Cerpen untuk kami Siarkan setiap hari. Semua naskah dalam satu file MS Word dikirim ke e-email: majalahsimalaba@gmail.com
beri subjek_VERSI ONLINE
(Mohon maaf, laman ini belum dapat memberikan honorium)
PUISI PUISI SUGIHARTONO
SEBUTIR PADI
Sebutir padiTak bisa dihargai
Setara gaji
Pegawai negeri
Sebutir padi adalah tunas
Ditanam menjadi beras
Di area luas persawahan
Sebelum akhirnya menjadi perhotelan
Sawah tanpa padi
Seperti hidup tanpa naluri
Naluri insani
Naluri bumi
Naluri matahari
Sebutir padi
Menjadi berjuta padi
Disiram peluh
Tanpa mengeluh
Kemakmuran di depan mata
Bisa menjadi nyata
Tanpa menghiba penguasa
Kaki dan tangan gamit semesta
Sebutir padi
Setara gaji pegawai negeri
Asalkan sawah
Tak berubah wajah
Ladang investasi
Non pribumi
*) 102017.
GARUDA
Garuda tinggalkan hutanKarena hutan dibakar orang
Jauh di pengasingan
Matanya merah meradang
Garuda terbang tinggi
Bawa luka sakit hati
Orang-orang keji
Mengusirnya pergi
Hidup tercemar
Cahaya pudar
Akal sadar
Aksi tanpa nalar
Di atas udara
Tiada berdaya
Saksi nyata
Keruh dunia
Garuda membelah langit
Lepas beban menghimpit
Harap restu menggamit
Di angkasa raya
Berteman mega-mega
Hidup merdeka
Garuda turun ke bumi
Rindu Pertiwi
Sang pujaan hati
Tiada rela
Seribu senjata
Mengancam belahan jiwa
*) 082017.
ORANG JALANAN
Aku terus berjalanMeski matahari tenggelam
Aku mendengar nyanyian
Meski mata terpejam
Hidupku merdeka
Tiada batas kemana
Menggambar apa saja
Menulis tentang semua
Inflasi
Devaluasi
Legal
Ilegal
Aku tak peduli
Aku pribumi
Aku non pribumi
Aku sahabat matahari
Ku genggam nasibku
Ku susuri ruang dan waktu
Ku buang maumu
Ku tolak bersekutu
Aku terus berjalan
Ku catat semua kejadian
Ketombe teman setiaku
Kusut masai pakaianku
Subversi
Amunisi
Korupsi
Reklamasi
Angin menyapa jengah
Aku masih punya wajah
Debu melekat badan
Aku terus berjalan
Sebagai orang jalanan
Aku tak punya impian
Tanpa selembar mandat
Aku setia bersama rakyat
Meski tak punya KTP
Aku berjalan tetap pede
Di satu persimpangan jalan
Di dalam mewah gedung dewan
KTP dibuat bancaan
Kritik tak bisa diterima
Penjilat diberi tanda jasa
Demonstran ditangkap polisi
Preman bisa jadi menteri
Beri aku hati
Jangan beri aku nasi
Beri aku kenyataan
Jangan beri aku khayalan
Sebagai orang jalanan
Aku punya aturan
Kalau buang kotoran
Tak akan sembarangan
*) 102017.
BELUT
Belut gesitPintar berkelit
Belut licin
Tak pernah miskin
Hidup di rawa-rawa
Singgah di selokan-selokan
Menyusup di gedung dewan
Berkubang nista para manusia
Belut hanyut
Pikiran mengalir kusut
Belut mengambang
Jiwa terbang melayang
Sehabis turun hujan
Belut naik ke permukaan
Tubuhnya berkilat ditimpa cahaya
Anak-anak beramai meringkusnya
Belut takut
Masuk rumput
Belut kalut
Tangkapan luput
Menangkap belut
Tak semudah menyisir rambut
Tangan telanjang
Udara yang terpegang
Manusia punya siasat
Belut penuh muslihat
Manusia punya tehnologi
Belut lincah bela diri
Sederhana ilmu petani
Menangkap belut pakai daun jati
Sekali pegang lemas tak sadar diri
Sore hari jadi makanan bergizi
Belut yang menyusup di gedung dewan
Jangan dibawa ke pengadilan
Bakar saja menjadi sate
Disantap orang beramai-ramai
*) 112017.
Tentang Penulis
Sugihartono, lahir pada tanggal 22 Desember 1964 di Semarang. Bertempat tinggal di Jl. Kelengan Besar no. 97 Semarang kode pos 50133, nomer telepon 085101529541. Pendidikan DIII Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Diponegoro Semarang. Bekerja di distributor lampu philips cabang Semarang. Pernah mengikuti antologi puisi “SEBUTLAH IA BUNGA” penerbit Universitas Diponegoro tahun 1985. Antologi puisi ”BIANGLALA” penerbit Yayasan Kreasi Semarang dan Fakultas Sastra Undip tahun 1987.
klik juga PUISI PUISI NANANG R (Lampung Barat)_Tunas Dari Tubuh Yang Sama
tonton Film Puisi_SEMBARI MENURUNKAN HUJAN_Karya Ivan Aulia R
No comments