PUISI PUISI SUGIK MUHAMMAD SAHAR (Pamekasan, Madura)_Rokat Tubuh_Wayang
Redaksi menerima tulisan
Puisi minimal 5 judul, Esai, Cerpen untuk kami Siarkan setiap hari. Semua naskah dalam satu file MS Word dikirim ke e-email: majalahsimalaba@gmail.com
beri subjek_VERSI ONLINE
(Mohon maaf, laman ini belum dapat memberikan honorium)
PUISI PUISI SUGIK MUHAMMAD SAHAR
SARONÈN
Tuan,Adakah yang masih tersisa
Dari getah perjanjian purba
Selain pancang taji atau mantra paling bisa
Dalam bubung sajak-sajakku
Terukir pamor badik warna tembaga
Jangan berpaling muka
Kububuhkan makna aksara
Mencatat hari-hari yang tak terduga
Dan airmata entah milik siapa
Mengisi bilik-bilik alinea
Saat gerbang kota diselubung bayang-bayang
Menyerpih dari segala yang terang
Aku bersimpuh membaca mantra telanjang
Menembus asap knalpot dan lampu temaram
Yang ditenun dalam alunan jiwa
Tuan,
Pandanglah anak-anak subuh
Yang ditempa buku-buku dan seragam sekolah
Mencari letak jantungmu yang terbelah
Peluh di kulit memecah semburat langkah
Sebab tak ada lagi
Cengkraman batang bambu di luhur tanah
Berkelit dari kepungan dasi, jas dan sepatu
Yang melancor di pusat-pusat kota
Aku menagih riak-riak saronen
Susup dalam irama musik pop dan koplo
Saronen yang berkisah peta-peta kesuburan
Hingga terbuka kembali pekarangan rumah
Dimana kelak anak-anak kami tumbuh diasah
Menyiapkan celurit dan parang
Dari lobang senapan yang siap meradang
Saronen ditiupkan
Kau berdalih dengan kata-kata bercangkang
Pamekasan 2017
LÈNCAK
Telah kususun bilah bambu paling suciHari mulai gelap, rebahkan tubuhmu disini
Lihatlah pendar cahaya di langit suri
Kelak cahaya itu yang akan mengajarimu
Merangkum mimpi dengan aksara hierarki
Menyimpul makna dengan paragraf paling inti
Bukan laptop atau sepadan piranti
Sampai nasi tertanak, dari kepulan hangat asap jerami
Telah kususun bilah bambu paling suci
Naiklah, dan belajarlah mengaji
Sebelum harakat-harakat tilas melampaui diri
Atau barisan mantra yang kau anggap pasti
Adakah padamu, batang-batang doa menjelajah subuh
Menjamah ceruk jiwa sebelum benar-benar menyepuh
Di sanalah restu semesta penuh
Muasal dari segala limpahan bijak ampuh
Telah kususun bilah bambu paling suci
Maafkanlah, untuk menegakkanmu kembali
Kususun bilah itu berkali-kali
Pamekasan 2017
ROKAT TUBUH
KepadaMu didih garam merokat tubuh iniBercermin tapak rupa, retak di lekuk tanda tanya
Ada nyawa akrab dengan titik duka
Ada jiwa lari dari sabda pertama
Kulepas aku
Yang nyaris terjatuh
Kepada engkau yang penuh
Bertolak dari isyarat peta-peta maut tumbuh
Adakah makna kelahiran padaMu yang sungguh
Dimana semburat garam adalah gurat menujum keluh
Demi rokat tubuh muasal segala teluh
Sekali ini saja jelmakan aku sebagai penempuh
Sempurna apa kerinduan ini tersampaikan di langit biru
Saat baris-baris rusuk menjauh padaMu
Tuhan, akulah aksara retak menuju abu
Pamekasan 2017
WAYANG
Wayang artinya si bayang-bayangAntara khilaf dengan terang
Semua keterangan harus dipandang
Simpur berbuah hanya seorang
Semar, Bagong dan Gareng
Si Pitruk bersuara nyaring
Adalah empat isyarat penting
Bagi siapa yang hendak menjadi hening
Nur Muhammad bermula nyata
Asli jadinya alam semesta
Seumpama api dengan panas
Itulah Muhammad dengan Tuhan
Solo 2017
Tentang Sugik Muhammad Sahar: lahir di Pamekasan, 30 Mei 1985 Desa Polagan Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan 69382. Alumnus Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Madura. Menulis puisi menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Madura. Tahun 2017 karya-karyanya pernah dipublikasikan di: Radar Madura, Sastra Sumbar, Padang Ekspres, Jawa Post, Haluan Padang, Banjarmasin Post dan lainnya. Antologi bersama penyair lain: Kumpulan Puisi “Lebih Baik Putih Tulang Dari Pada Putih Mata” Bangkalan Madura 2017. Saat ini mengabdi di Lembaga Ponpes Al-Hasan Putri.
No comments