PUISI PUISI AGUS YULIANTO (Karanganyar, Jawa Tengah)_Mencari Cinta di Karanganyar
Kirim karyamu ke E-mail: majalahsimalaba@gmail.com
Cerpen, Cernak, Esai, Opini, Artikel, Refortase, Puisi (minimal 5 judul), dll
Semua naskah harus dalam satu file MS Word
Beri subjek MAJALAH SIMALABA VERSI ONLINE
(Terhitung mulai Januari 2018: Cerpen, Cernak, Puisi, yg terbit pada malam minggu diberi honorium)
PUISI PUISI AGUS YULIANTO
Wajah petani
Senja tak seindah dulu
menjadi gersang dan dangkal.
dari balik jendela matamu menentang
sambil memandangi lahan-lahan yang dulu menjanjikan
yang kini menjadi bangunan-bangunan
dipertengahan sawah
megah dan mewah.
wajahmu mulai lesu
kau bertanya
Apakah aku akan memiliki bangunan-bangunan itu?
Sedangkan lahan hijau ku sudah kau singgahi
Jujur aku menyensali semua itu.
Angin kini bukan sahabatku seperti dulu
Yang selalu menjatuhkan dedaunan
Kini hanya memainkan perasaan
Membuat jatuh bangun harapan
Untuk membangun masa depan.
Karanganyar, 15 Oktober 2017
Kitab Undang-Undang Anak
Indonesia
berkitab undang-undang perlindungan anak
namun seolah-olah sah untuk ditunda
anak yang memiliki pasal
namun tidak menjamin pemenuhan hak anak
Berapa banyak tokoh politik tangkas berbicara
tentang demokrasi dan transparansi
sementara tak satu pun peduli tentang nasib anak bangsa
meringkuk di pojok sejarah,
menjadi anak-anak hilang yang dilupakan begitu saja
layaknya musim yang berganti
Mereka memang tak bisa menggugat
mulut terkunci dalam ketakutan
kepada siapa lagi mencari perlindungan
ketika energi negeri ini habis terkuras
untuk urusan politik sampai rekapitulasi dunia perbankan
Solo, 18 Juni 2016
Gembar gembor Politik Konyol
Anak Indonesia
penerus tulang punggung bangsa
Anak Indonesia
asset nasional bangsa
Anak Indonesia
investasi berharga bangsa
Mereka wajib kita jaga
jangan di perjualbelikan
jangan kau lacurkan
jangan kau aniaya
bahkan sampai kau perkosa
berikan tempat yang layak
sekolah layak bahkan sampai kuliah yang layak
Buatkan undang-undang anak
Agar tidak ada preman yang berani menyentuh mereka
Kalau perlu siapkan polisi khusus.
Tetapi apa yang terjadi kemudian! dari waktu ke waktu
Anak-anak rawan tetap terpinggirkan
selalu saja dalih-dalih muncul
“tidak ada anggaran untuk anak-anak!”
Semua itu hanya gombal.
gembar-gembor politik konyol”
Solo, 18 Juni 2016
Negeriku, Kenapa Begini?
Negeriku, kenapa begini?
Hanya pertikaian yang selalu aku tonton
Hujatan hujatan menjadi tontonan sehari-hari
baik di medsos maupun di televisi
Sungguh! Pilu rasanya
Negeriku, aku ingin bertanya?
Apakah berita yang aku tonton benar adanya
melihat kekayaan alamku
dirampas orang asing
banyak proyek proyek asing bergentayangan
yang tidak jelas asal usulnya
klaim satu pihak dengan pihak yang lain
hingga sampai beradu argumen yang tanpa malu di hadapan ibu-ibu dan balita
Pemimpinku bagaimana ini bisa terjadi
Apakah benar adanya kong kalikong?
Aku hanya ingin mengingatkan
Jutaan pengangguran hidup di bumi pertiwi ini
tapi, kau biarkan cukong-cukong asing mengelolanya.
apakah kau tidak percaya dengan putra putri pertiwi?
miris bagiku ketika menulis kata-kata ini
sungguh!
Karanganyar, 15 Oktober 2017
Mencari Cinta di Karanganyar
Dari jendela kamar
aku menyulam bintang malam
Aku melihat dengan sendu
Wajah pedagang kaki lima mulai bisu
Tak ada senyum manis
Orang berlalu lalang acuh tanpa ragu
Seekor burung kecil murung
Sepasang mata kecil melirik dari sudut kota
meraba tirai-tirai malam
untuk mencari cinta di Karanganyar
Aku memilihmu
Untuk meraba luka yang lama pedih
Aku pegang hatiku
Menikmati hidup berpengalaman sengsara
Menjadi pedagang kaki lima
Karanganyar, 15 Oktober 2017
Sajak untuk yang Setia Nov...
Sejak pagi
Sejak siang
bahkan malam tiba
namamu selalu terniang
Beritamu melegenda
Di jagad bumi pertiwi
seperti bintang
yang slalu muncul di televise
dirimu memang setia nov...
Namamu tidak akan pernah hilang
kau slalu ada
muncul dimana-mana
di koran-koran bahkan infotaiment
kau lelaki yang setia nov...
Setia nov...
nama yang selalu dicari
pemberantas korupsi.
namun kau begitu piawai
beradegan sakit
minta di infus di rumah sakit
kau memang setia nov...
Hanya dengan senyum manismu
dan janji palsumu
dalam sekejap semua berpindah tangan padamu
memang kau setia nov..
Karanganyar, 15 Oktober 201
Aku sebut namamu Koruptor
Aku sebut namamu Koruptor
Dimanakah kau bersembunyi
Di hotel berbintang
Atau kau membaringkan diri di rumah sakit
Aku sebut namamu Koruptor
Lihai sekali dirimu
Intel lalu lalang kesana kemari
Bahkan bersembunyi di semak-semak
Hanya untuk mengintipmu
Tapi tak ada satupun jejak kakimu
Aku sebut namamu Koruptor
Kau di puja dan dibangga-banggakan
Yang bersih dan peduli pada rakyatmu
Itu janjimu dulu
Kini kau sebaliknya merampas apa yang ada di lemari rakyatmu
Itu namamu Koruptor
Karanganyar, 15 Oktober 2017
Pahlawan kosong
Kita sering mendengar apa itu pahlawan
tapi seperti apakah pahlawan itu
Apa dia sang gagah perkasa
dengan geram suaranya
dan jantan tingkahnya
untuk mengorbankan jiwa raganya
Apa dia sang pemberani
dengan lantangnya berkoar-koar di jalanan
mengatas namakan pejuang rakyat
“stop kenaikan BBM….!!”
“ gantung koruptor…!!”
dan seabrek kata-kata sakti
yang membuat luluh hati ini.
seperti itukah pahlawan…
Pahlawan apakah itu….
ya Indonesia banyak orang mengklaim dirinya pahlawan
tapi ku tak temukan satu pun pahlawan
meski pakai atas nama rakyat
meski pakai atas nama keadilan
tapi sungguhnya pahlawan itu ‘kosong’.
Surakarta
Puisi Hari Minggu
Pagi di hari minggu ini
Aku masih merebahkan tubuhku di kasur
Mengeja mimpi-mimpi yang belum usai.
Pagi di hari minggu ini
Aku masih merebahkan tubuhku di kasur
huruf demi huruf Rendra aku eja
bait demi bait aku coba pahami
Tapi, tak jua aku temukan makna di balik huruf ini.
Pagi di hari minggu ini
Aku belum terbangun dari atas ranjangku
Masih berkutik dengan teka teki huruf Rendra.
Kartasura, Minggu pagi 6.08 27/9/2015
Aku dan Puisi
Bersama angin aku tuliskan puisi
puisi yang aku sajikan malam ini
memberikan penawar rindu
untuk bercumbu denganmu
puisi yang aku sajikan malam ini
di hadapan sang empu sejati
yang paham arti hidup dan mati
demi cinta sejati
Bersama angin aku tuliskan puisi
puisi yang membawanya pergi
memahatkan bait abadi
yang menuliskan rasa sakit ini
puisi yang aku sajikan malam ini
aku pilih-pilih dan aku rekatkan kembali
untuk melihat kekejian di dalam diri
sebuah puisi yang terenggut dari imajinasi
Solo, 18 Juni 2015
Tentang Penulis
Agus Yulianto. Kelahiran di Karanganyar. Memiliki hobi jalan-jalan dan membaca buku-buku. Suka menulis artikel populer, Cerpen, dan puisi beberapa tulisannya pernah di muat di media cetak dan online. Saat ini aktif du forum Lingkar Pena Cabang Karanganyar dan Literasi Kemuning.
baca juga:
No comments