PUISI PUISI JOE HASAN (Jayapura, Papua)_Hilang Ditelan Masa
Kirim karyamu ke E-mail: majalahsimalaba@gmail.com
Cerpen, Cernak, Esai, Opini, Artikel, Refortase, Puisi (minimal 5 judul), dll
Semua naskah harus dalam satu file MS Word
Beri subjek MAJALAH SIMALABA VERSI ONLINE
(Terhitung mulai Januari 2018: Cerpen, Cernak, Puisi, yg terbit pada malam minggu diberi honorium)
PUISI PUISI JOE HASAN
Dingin
Dingin meraba anak buluLagu seksi mengundang keramahan, kegairahan
Mengulang terus dan begitu
Sejak ayam berkokok hingga waktu yang terlupakan
Sang raja telah memberi komando
Bangun, mandi, dan bentangkan diri padanya
Bersiap mencuci otak yang telah lama menangis
Ganti baru untuk hari bersih
Ini sudah bersinar
Jam dinding tak sabar untuk konser
Aku bersanding pada air pada perintah
Dingin masih melilit
Aku khawatir pada kenangan
Merebahkan salah dan harap
Bagaimana cara melangkah
Dingin tak mau pergi dari kandang
Jayapura, 2016)
Ada Kisah
Ada kisahTunggu sampai suara itu hilang
Langit dan pohon tak berbeda lagi
Merah menjambu itu awan kelabu
Aku benci malam ini
Juga hujan yang tak bernama
Apalah yang terbilang tadi
Musnah ditelan kertas
Tersadar oleh keahlian berkata
Aku bisa menjadi siapa saja
Menjilat nafasmu hingga tamat
Takkah kau lihat itu?
Cicak pun mengangguk
Di kerumunan yang sudah lama ku kenal
Mereka tak kenal adab
Persis seperti kawan-kawanku
(Jayapura, Selasa, 8 Maret 2016)
Hilang Ditelan Masa
Seolah hilang ditelan masaIa enggan tuk mengingat indahnya kenakalan waktu lampau
Sebab tinta kesedihan pun tak terhapus oleh hujan
Mungkin ia lupa apa yang sedang kutanyakan
Bola mata dan perut buncit itu gambarannya
Film legenda dan jajanan pinggir jalan yang diongkosi oleh mantan kekasihnya
Ia tertawa dibalik layar
Mengapa cinta monyet menghampiri dirinya
Kini tidak lagi
Telah ia kubur kenangan indah itu bersama dirinya yang nista
Ia diperkosa gelapnya kehidupan
Namun ia tetap tersenyum
Karena terang juga menghampiri dirinya
Hingga usia tuanya
(Jayapura, Senin, 22 Agustus 2016)
Jangan Sebut Aku Anjing
gaduhlah bila inginbanyak mata mendengar diluar sana
setidaknya,
marahmu tak berakar
aku baru pulang, dari menarik becak
ingin kuciumi kau seperti putri
putri yang dulu kau ceritakan pada putri kita
siang benar telah menjadi neraka
tanpa akal kau sebut aku anjing
kau bodoh seperti tak bernalar
zaman merubahmu
mengikis senti demi senti
hatimu yang mawar
kau tak cantik lagi
menggendong bayi dengan ingus diatas bibir
gaduhlah bila ingin
tapi jangan kau sebut aku anjing
lihatlah, putri merengek minta susu
ingat, jangan berikan susu anjing
berikan susu yang dulu pernah kuseduh
(Wanci, 9 Oktober 2017)
Penyakit
Ada yang hilang saat dia datangDia merampas kebebasanku
Kebaikan dan keindahanku
Mengataiku seperti gembel
Penyakit ini memang terlalu sulit dihindari
Penyakit yang sudah ada berabad-abad lalu
Penyakit melihat dan mendengar
Semua orang mengidapnya
Bukan buta tapi sengaja buta
Bukan pula tuli tapi sengaja tak mendengar
Ini kisah manusia yang marah
Pada dunia yang berhuni manusia
Tentang Penulis
Joe Hasan, lahir di Ambon pada 22 Februari. Aktif di bidang olahraga (Taekwondo). Beberapa puisinya pernah dimuat di Buanakata, Majalah Simalaba, Flores Sastra, Analisa, Warta Lambar, Nusantaranews. Salah satu cerpennya tergabung dalam antologi bersama berjudul Percakapan.
No comments