HEADLINE

SAJAK-SAJAK MUHAMAD ARIFIN (Semarang, Jawa Tengah)_Daun Puisi Selembar Kain Kafan Imaji

Kirim karyamu ke E-mail: majalahsimalaba@gmail.com
Cerpen, Cernak, Esai, Opini, Artikel, Refortase, Puisi (minimal 5 judul), dll
Semua naskah harus dalam satu file MS Word
Beri subjek MAJALAH SIMALABA VERSI ONLINE
(Terhitung mulai Januari 2018: Cerpen, Cernak, Puisi, yg terbit pada malam minggu diberi honorium)


SAJAK-SAJAK MUHAMAD ARIFIN


BUAH MANIS DARI SURGA

lapis-lapis alis mendengkur
melipat musim diantara kornea mata
menjadi sajak beranak langit
setiap kuncup doa ia sandra
ketika tuhan hendak menyemai kasih
ditepi kolam berjam-jam
ikan ikut menyaksikan buah-buah
ranum sepikul dari merah sampai ijau tua
dau ditepi kanal usai jatuh
ditemani semut-semut berjejer
menunggu buah dari langit
sebaris tubuh keriput
menyandang gerimis kecil
pada jalan setangkai buah mawar
dikeningnya juga tumbuh
wangi-wangian
kemudian merapalkan apakabar
menjelang petag
hujan telah bermimpi
pada selimut waktu
istirahat dilayar pohon
asam manis kupu-kupu
perlahan menertawakan
buah-buah dari negeri bawah sadar
pada cermin buah semangka
mengukur bumi
juga petani-petani memakai caping
anak-anak pulang sekolah
tuhan dan buah lekas saji
diatas panci sebelum menjadi bubur
kerling—menyapa negeri
apakabar petani-daripada hidup
yang meyebrang ilusi.

2017

BERMIMPI DI TAMAN DUSUN DOMAS 

pagi begitu saja beranjak
sulur keatap bibir pengais dusun
sawah sepetak pada sajak detak
nasi telur dibawah seonggok jagung
siang cukup rimbun menguliti umur



larut laut panjang tidurmu
perahu dari segi empat ingatanmu
serbuk wangi pupuk phoska
pada akar menjulang diam

begitulah anak-anak
menuliskan kisah
pada beberapa dusun ia pijak
mati sebelum beranak
lekas meniduri genting
memohon saling berubi
juga air manis menepi
ibu keladang pagi sekali
memohon nafas dari petak imaji
ruang sujud sebelum panen datang
dikisahkan mengirim kabar

pada celah air
angin-angin membisu
ada secari doa dibibir ibu
pelipis kening horizontal
sayang memudar
belajar beridiri
sepenuh dari cipta nurani
digaris yang sama
tuhan mengelabuhi

pada sebuah ingatan
lapis menjadi meriam
ditepi pagar
hendak mencuci
pakaian putih
sebelum pulang
sayang.
2017

KEPONAKANKU, INI SAJAK UNTUKMU

:fais & fina

sepotong sajak manis
tumbuh ditepi rumahmu
tersimpan pada wirid membatu
sebelum sekolah sarapan dulu
batik saku berlogo usiamu
topi merah dasi darah
pada upacara senin
adikmu ajarlah
pada huruf-huruf
tata letak gerimis
pada suku bahasa
pada mata persatuan
seperti rembulan
mengisahkan pejam
menunggu embun pagi
jika nanti arloji
memberi jeda bagimu
tataplah ibumu
pada renjis air
lepas murung
setabah hujan
apapun bulannya
ini sajak untukmu
keponakanku
jika lain waktu
matamu sayu di saku
ambilah cermin
tulislah kisah daun mawar
pada selembar kanfas tuhan
dan tersenyumlah
sebentar lagi pagi bercumbu
membangunkanmu
di baris musim
arus cahaya

jujurlah pada diri
puisi setengah duri
mengajirimu
perjalanan sebuah janji

2017.

FOTOSINTESIS MIMPI

tidur sebelum terkubur
pada sungai sulur
bukit memanjang
menangisi sebaris mimpi

matahari menghijau puisi
kabut jeda teluk merona
tumbuh lengking sajakmu
diudara tuhan berjalan-jalan

menanyakan apakabar
sebelum gerimis memudar
ratu baru membisu
di atas cangkir kopi
ini mimpi juga warna puisi
tiba-tiba memelukku
bajunya anggun
selendang bujang
pada jam alarm

tebar air mancur
menjadi bubur
kau bangun
sebelum jagat hancur
melebur

2017.

MEMBUKA WAJAH KORAN PAGI

Kopi dimeja tertawa
pada layar minggu pagi
udara sesekali mengirimi
asmara dalam memo sakti
selanjutnya ingatan kita
bersepeda membelah angin
menyebrangi lautan
menuju pertigaan semesta
Inilah pagi—selembar daun kemangi
ibu hendak menaburi masakan lele
minggu yang selalu rapi
kusapa kisah-kisah pendoa
dari rahim bahasa cerita

puisi yang menyunting melati
mewarnai kidung surgawi
semestinya menjadi nyala
terkunci dari baris-baris diksi
merelakan gugur sunyi
halaman selanjutnya berbicara
“seorang anak muda membunuh ibunya
terbisik daun airmataku”
jatuh di gang-gang baju tanahku
adakah negeri senyali puisi
yang berirama membersihkan hati?
2017.

DAUN PUISI SELEMBAR KAIN KAFAN IMAJI

rimba aksara melintas sunyi
dupa bernyanyi di depan rumah
menelurkan bibir ladang kesucian
dari sepuluh hujan yang berbeda jenis
kutuggu mawar dan tabur puisi
menyunting embrio kata
sebelum petang tiba
pukul sketsa wajah nestapa
gerimis mimis mengendap asin
debar selebar kain kafan kematian
selembar doa suci
tafsiran menjelang mati
jeda sejenak tubuh menunggu
garis tangan adzan subuh—melingkar
adakah permisi memberi tepi
dari laut kedermaga manusiawi
pertanyaan separu puisi
menjadi pelengkap
anatara menjaring hidup
menindihkan ranum daun surgawi

2017.

ZIARAH BURUNG DARA

kadang anyaman rapuh
saat kau memucat luruh dingin
matamu menguap nanar
di sebelah gubug—ladang padi
seolah meretakkan sunyimu
jangkrik menjelme seekor bayang
memerah semakin cetar membusuk
kening persinggahanmu
daun mangga menipu dadanya
melepas gigil serupa jejaring laba
Tabuhan kereta di bibir pagar basah
kematianmu berpulang ke rahim bumi
pada sebuah jarik taman
batik membentuk pola sajak
kembang mawar dari gunung sumbar
Membawamu untuk bermimpi
disebuah gua—surga keabadian.
2017


Tentang Penulis

Muhamad Arifin, lahir pada 21 April 1998 di dusun Domas, Desa Kenteng, Toroh, Grobogan, Jawa Tengah. Alumni Pondok Pesantren Al-anwar Mranggen Demak, Mahasiswa Progam studi Ilmu Komunikasi Universitas Semarang (USM). Bergiat di Forum Komunikasi Mahasiswa Islam USM. Puisinya tersiar di berbagai media cetak , Warta Kampus,Radar Mojokerto, Tribun Bali, Bali Post.  Buku kumpulan puisi bersama Memo Anti Terorisme (2016)Memo Anti Kekerasan Terhadap Anak (2016)  Aquarium & Delusi 1000 Penyair Terpilih Nusantara penulis buku tamu Gunawan Maryanto (2016).dalam waktu dekat ia akan menerbitkan buku puisi tunggal.

baca juga:


No comments