HEADLINE

Puisi Puisi Khanafi _BERTEMU DALAM KELOPAK MIMPI

Redaksi menerima tulisan untuk diterbitkan setiap hari (selain malam minggu), kirim karyamu ke e-mai: majalahsimalaba@gmail.com, beri subjek SASTRA SETIAP HARI. (Belum berhonor)


BERTEMU DALAM KELOPAK MIMPI

bertemu hidung penaku 
dengan sebuah helai wangi
di kelopak mimpi pagi hari

puisi siapa telah dirasuki napas nabi
untaian bait-bait menyelimuti seluruh nasib
dalam dada langit yang merekah kembang doa
wangi sholawat cinta merdu disenandungkan

bertemu airmata penaku
dengan selembar tanah basah suci
berdiri mihrab cahaya dibaluti kata-kata
huruf-huruf dzikir dalam butiran tasbih 
memutar getaran waktu
turun dari bukit khayalku
menjelma pasrah ke pasrah
di pendar aromaMu

6 Januari 2018

KABUT DOA

suara menjelma surau
berselimut kabut doa di subuh hari

aku dan kau
bagai cahaya berlomba tiba
dalam jalur-jalur jarak
mencipta getar-getar sajak

kau masjid, kekasihku
sedang aku mushala
menyambung lidah ke telinga-telinga sepi
menunjuk jejak pada kaki-kaki yang tergeletak
ke mana tempat membasuh diri, bersesuci

suara surau senandung 
dalam kabut doa stambul puisi
embun pada pelupuk mata
dilabuh sunyi demi sunyi

Januari 2018


HIKAYAT DOA

pada surga yang tak pernah berangin dingin
tanaman rekah buah-buah manis segar

di pintu gurat huruf-huruf sholawat
sungai mengalir pada petak tanah bismillah

di sanalah Adam dan Hawa
belajar mengenal doa-doa

Januari 2018

YANG HILANG

yang hilang hanya waktu
sedang kita kekal di dalam mimpi

ingatlah ashabul kahfi
ingat bahwa waktu hanya anjing 
yang terbaring kemudin mati

dan akhirnya aku keluar
bagai keluarnya pemuda-pemuda dari gua hira
menatap dunia dalam pendar cahaya
dari wajah al mustafa

seolah tertindih baut
maut tak lebih dari kerumun lalat
di depan sebuah api unggun berkobar dalam gua
dan manusia adalah mereka yang uzlah
keluar melihat dunia

kita adalah mereka 
yang keluar mendaki dinding kelam
menuju sebuah cahaya

kita yang suka kesunyian 
dan sering kesepian
tak lain tak bukan juga ashabul kahfi
atau manusia pada hikayat platon yunani

yang hilang selalu hanya waktu
kita kekal dalam tatapan mataNya

Januari 2018

APA YANG KUCARI

apa yang kucari selain sebuah rahasia
gugur bagai daun-daun kota
dalam gelora angin utara

bila cahaya terbaring kata
jalan menuju rumah ibadah
hanya boleh didengar lewat suara
umpama hendak ke masjid
bidukku adalah suara beduk

umpama kucari hampa
jalan yang sesat terlalu indah

jika kulepas jiwa dalam kalam
seperti gentayang doa yang kumandang
tiap pertanyaan 'apa' selalu punya jawabnya
tiap detik selalu menyampai momentnya

apa yang kucari
selain rahasia yang menempel di matamu
dan saat kutatap cermin matamu
seperti membawaku memintasi jarak
memintasi batas-batas
menuju pintu bernama itu 'hati'

apa yang kucari lagi
kecuali rahasia paling abadi

Januari 2018

SERULING PANTAI

seruling di pasir tipis
sisir menggaris percik gerimis
antara celah batu suara gong ditalu
tembang sumbang dari kenangan
mengubur ombak di bulir-bulir cahaya

bukit tempat angin sakit 
di pucuk-pucuk daun tidur telentang
bunga-bunga dikenal gadis berselendang 
dingin merah wajahnya dipandang

seruling dinyanyi bunyi
pantai dibisik-bisik sibuk suara puisi
terompah kayu diam bersilhuet 
pada lembar-lembar sayup

Purwokerto, 8 Januari 2018

BIANGLALA DI MATAMU

bianglala di matamu
melengkung senyum pada gerimis
yang tenggelam dalam jam

tak waktu malam
bintang ditusuk jari-jari jam
luka pudar di purnama

bianglala di matamu, sayang
mengelopak kembang mawar
mencucupi tatapan mataku

Purwokerto, 9 Januari 2018

SEPANJANG MALAM CIUMAN

sepanjang malam ciuman
kemarau menguras mata air liur
yang rindu basah cinta
melebihi ketakutan sentuhan perpisahan

sepanjang malam ciuman
angin masam melempar kenang
mengharap fajar rekah
menembang usia kekal

sepanjang malam ciuman
bertukar napas tuhan
membayangkan wajahnya dalam-dalam
didekapan malam

Januari 2018

KEPADA AL MU'ALLAQAT

di dinding rumah tuhan
syair sunyi digantung kembali
mengeras kental bait-bait 
di jantung yang melumuti huruf-huruf
disepuh kalam sakti puisi-puisi ilahi

di kertas putih 
kelambu hitam menyimpan hati
kutulis kata-kata puisi
mengirimnya pada tujuh pendahulu kitab suci
kepada al mu'allaqat 

7 Januari 2018


Tentang Penulis

Khanafi, dilahirkan di Banyumas, Jawa Tengah, 4 Maret 1995. Penulis tercatat sebagai mahasiswa di Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya. Beberapa puisinya pernah menjuarai lomba cipta puisi tingkat kampus, karya-karyanya pernah diterbitkan oleh majalah sastra kampus dan tersebar dibeberapa media online (daring) seperti linikini.id kategori linifiksi dalam kolom puisi, beberapa lainnya telah masuk dalam media cetak seperti buku antologi puisi bersama seperti Adinda dan Kabut Sepertiga Malam (Penerbit Oase, 2017), Senja Bersastra di Malioboro 1 (2017), Pekerja Kasar Tanjung Luar (Penerbit Tidar Media, 2017) terpilih sebagai 10 puisi terbaik oleh Penerbit Tidar Media, Buku Kumpulan Sajak Penyair ASEAN 2 (2018) adalah lomba cipta puisi tingkat ASEAN yang diadakan oleh DEMA-FTIK IAIN Purwokerto, Buku Kumpulan Sajak Untuk Gus Dur: Sang Guru Waskita; Pembela Bangsa & Penegak Agama (2018), dll. Sekarang tinggal di Purwokerto, sembari mengedit puisi dan beberapa buku lainnya. Tinggal di Desa Pancurendang RT. 01/RW. 04, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

No comments