BONEKA KELINCI BERTELINGA SATU_Cernak Novia Erwida ( Semarak Sastra Malam Minggu )
SEMARAK SASTRA MALAM MINGGU : EDISI 16
Redaksi Simalaba menerima tulisan puisi (minimal 7 judul), cerpen dan cernak (minimal 5 halaman A4) untuk dipublikasikan pada setiap sabtu malam.
Redaksi Simalaba menerima tulisan puisi (minimal 7 judul), cerpen dan cernak (minimal 5 halaman A4) untuk dipublikasikan pada setiap sabtu malam.
kirim karyamu ke e-mail : majalahsimalaba@gmail.com
Beri subjek SEMARAK SASTRA MALAM MINGGU.
(Bagi karya yang dimuat malam minggu diberikan honorarium sepantasnya)
Reni memandang sedih boneka kelincinya. Telinganya putus, cuma tinggal satu. Bonekanya jadi jelek. Ada bagian kapas yang menyembul di kepala kelinci itu. Telinga yang terlepas tergeletak begitu saja di atas kasur. Reni marah.
Semua bermula dari kedatangan Lea sepupunya. Lea yang umurnya dua tahun lebih muda dari Reni itu suka usil. Biasanya, sebelum Lea datang, Reni sudah menyembunyikan semua maianannya ke dalam lemari terkunci. Tapi kali ini Lea datang tiba-tiba. Tak ada kabar sebelumnya. Saat Reni pulang sekolah, telinga kelincinya sudah putus.
"Lucu kan, kak?" kata Lea sambil tertawa-tawa.
Wajah Reni memerah menahan marah. Itu adalah boneka kesayangannya. Lea
dengan teganya merusak dan membuat jelek bonekanya. Memang salah satu telinga kelinci itu hampir putus, Bunda belum sempat memperbaiki. Pasti Lea sengaja mencabutnya. Karena segan sama tante Sisi, Mamanya Lea, Reni tak jadi marah. Padahal saat ini dia sudah sangat ingin berteriak.
"Lho, Lea kok nakal sama kak Reni? Ayo minta maaf." tegur Tante Sisi.
"Bonekanya udah bulukan, Ma. Udah jelek juga. Hahaha..." Lea lari ke halaman belakang.
Reni memegang bonekanya sambil menangis. Tante Sisi menghapus airmata Reni.
"Maafkan Lea, ya Kak." kata Tante Sisi.
Reni diam. Lalu berlari ke kamarnya dan menumpahkan air matanya di sana.
***
Boneka itu sudah Bunda perbaiki. Telinganya sudah kembali dua. Reni lebih berhati-hati menjaga mainannya. Keesokan hari, Lea datang lagi. Lea tak bisa main boneka kelinci, karena sudah masuk dalam lemari terkunci.
Awalnya Reni kasihan melihat Lea bermain sendiri. Tapi Reni mengabaikan rasa ibanya. Biar saja, nanti Lea merusak boneka yang lain lagi.
Akhirnya Lea hanya bermain balok susun sendirian.
Reni bingung. Kenapa ya dia merasa ada jarak antara dia dan Lea? Tidak biasanya Lea bermain sendiri. Biasanya dia selalu ceria dan mengajak bermain bersama.
***
Pagi ini, Bunda mengabari bahwa Lea dirawat di rumah sakit. Lea panas tinggi, semalam dilarikan ke IGD, kata dokter harus dirawat.
Bunda mengajak Reni membesuk Lea sore nanti. Reni khawatir, karena kemarin sepupunya itu baik-baik saja. Memang Lea tidak ceria seperti biasa. Mungkin kemarin dia sudah mulai tidak enak badan.
Sampai di kamar perawatan, Reni melihat Lea pucat dan lemas. Dia tidur di tempat tidur pasien. Ada selang infus di tangannya. Matanya sayu, tapi bibirnya tersenyum melihat kedatangan Reni.
"Kak..." sapanya.
Reni membalas senyum Lea.
Lea menunjuk sesuatu di meja kecil.
"Buat kakak." katanya.
Mata Reni bergerak mengikuti arah telunjuk Lea. Dia terkejut, ada boneka kelinci yang dibungkus plastik, masih baru.
"Tadi ada teman tante yang membawanya untuk Lea. Melihat boneka kelinci, dia langsung ingat Reni." kata Tante Sisi.
Reni memang penyuka kelinci. Hampir semua koleksi mainannya bertema kelinci. Sayangnya Bunda tak mengizinkan Reni memelihara kelinci. Bunda alergi bulu binatang. Jadi koleksi kelinci Reni cukup mainan saja.
Tante mengambilkan boneka untuk Reni. Airmata Reni tergenang, Lea ternyata sayang padanya. Padahal Reni pernah marah untuk satu kesalahan kecil.
"Terima kasih." bisik Reni. Dia memeluk Lea.
Mata Lea bersinar cerah, dia lega Reni sudah kembali baik.
"Boneka ini buat temennya kelinci kakak yang di rumah." Kata Lea sambil tersenyum.
Semua tertawa mendengar candaan Lea.
Reni menyuapi Lea, dan memaksanya mematuhi semua nasehat dokter.
"Kamu harus cepat sembuh. Biar kita bisa main lagi." kata Reni.
"Kakak jangan ngambek lagi, ya." kata Lea.
“Iya, asal kamu jangan usil lagi.” Jawab Reni.
Lea adalah saudaranya. Percuma Reni menyimpan marah di hati, cuma bikin hatinya semakin resah dan capek. Reni ingin tenang tanpa beban.
Sekarang Reni tahu. Kalau kita kesal, obatnya gampang dan mudah didapat. Memaafkan.
***
Tentang penulis
Novia Erwida, suka menulis cerita anak-anak. Karyanya sudah dimuat di majalah Bobo, Kompas Anak dan berbagai koran lokal di Indonesia.
No comments