RAMAIKAN DUNIA LITERASI MULAI DARI AKAR RUMPUT_Oleh Redaksi Simalaba
Membangun literasi, sebaiknya mulailah dari menyiapkan lahan, menyemai bibit, memupuk, menyiram, menyentuhnya dengan JTKS (jujur-tulus dan kasih sayang).
Sebab literasi itu ibarat sebuah kebun. Tidak akan pernah kita buat dalam waktu sehari, atau sebulan saja. Kenikmatan sesungguhnya dari berkebun, bukan semata saat kita memetik hasil, tetapi letak kenikmatan itu adalah saat kita menghayati serta menyaksikan tanaman-tanaman di kebun itu tumbuh hingga berbuah.
Jangan pernah remehkan sekecil apapun potensi serta bakat yg melintas di depan kita, sebab justru ini sebenarnya yang kita butuhkan. Bila kita menggunakan cara cara yang instant (karena kita punya uang banyak), boleh saja! Tetapi hasilnya hanya akan ada satu kata "Kegagalan" itu pasti. Bila tak percaya, coba saja kita undang orang sekampung untuk menitipkan tanaman di kebun kita, atau pohon-pohon besar sekalian langsung disimpan di kebun tersebut. Apa yg akan terjadi? Betul: kebun kita akan terlihat penuh, ramai, semarak, meriah, megah. Tetapi itu tidak akan berlangsung lama. Setelah orang orang yang kita undang telah pulang, maka kita akan kembali pada sepi, sunyi, merana, bahkan terluka.
Lah, lalu? Mulailah semua dari bawah. Dari yang kumal, dari yang dekil, dan belajarlah untuk menjadi jujur, bahwa "kita belum bisa" ya, maka akuilah, dan belajarlah. Jika kita ingin langsung memetik dengan mengabaikan budaya menanam, itu sama saja dengan curang, akibatnya hukum alam akan berlaku untuk sebuah "keganjilan" yang kita lakukan.
Mari sama sama belajar, dimulai dari bawah, jika ingin disebut pegiat literasi: ya, kita mesti belajar dulu menulis, atau setidaknya dasar dasar menulis. Tidak perlu sungkan, sebab sangat jarang orang yang mentertawakan, orang yang minat untuk belajar. (Salam redaksi)
No comments