LEMBAR MALAM MINGGU_PUISI PUISI Q ALSUNGKAWA
LEMBAR MALAM MINGGU_EDISI 1
Dari Redaksi:
Kirim Puisi, Esai dan Cerpen untuk kami Siarkan setiap malam minggu ke e-email: majalahsimalaba@gmail.com beri subjek_LEMBAR PUISI MALAM MINGGU MAJALAH SIMALABA
PUISI PUISI Q
ALSUNGKAWA
SALAM PUISI
Kutuliskan puisi
sore ini
untuk kusematkan di
bibirmu
sebab
kemarin, ada yang
engkau lupakan.
Salam untukmu: Puisi
dan-
ya, kusebutkan satu,
semisal
tentang sesabit yang
tenggelam di matamu
butuh tambahan waktu
untuk menenangkannya.
Aku, dengan kata
yang tersembunyi
silahkan kau
pecahkan dada ini
adalah aku yang
memaknai setiap jengkal tubuhmu.
Lampung Barat, 20
Juli 2017.
ISYARAT ANGIN
Aku, berkelahi
dengan waktu
sebab langit kelam
memukul cemas.
Di sini, jalan yang
terluka
sewaktu-waktu
melunasi dendam.
Sejatinya kita masih
seteru
dan enggan menulis
sajak yang damai.
Lampung Barat, 21
Juli 2017.
BERTENGKAR DENGAN
HUJAN
Dari siang tadi aku bercumbu
dengan hujan
bahkan banyak
binatang yang lepas dari mulutku
melaknat lumpur yang
mematahkan roda.
Tetapi, kembali aku
menguasai tubuhku, juga manusiaku
sebab di sebatang
rindang
senyum Elfa
menggigil
dibinasakan rasa
penantian.
Baiklah adik
hujan ini cukup
mengacaukan rencana
padahal kita masih
mempertimbangkan malam
agar kalimat yang
tak bermata
menemukan nasib,
dari sisa-sisa sunyi.
Lampung Barat, 20
Juli 2017.
IA KEMBALI BERULAH
Dan pernah kukembali
ke masa lalu
memeriksa lagi
kekanak yang kutinggalkan
memang sebagian tak
lagi kuingat
sebab jauh tertimbun
riwayat hidup.
Berjumlah biji
kalender berguguran
dan entah, harus
kusebut apa lagi, ketika jejak di belakang mulai melupakanku
bahkan tak sempat
kupuisikan.
Sejauh ini
wilayah pencarianku
masihlah samar
belum lagi sepenggal
dari tubuhku, dari sebagian jiwaku
masih di area
entah-berantah.
Ya, rasa yang
bercampur terkadang
mengental hingga
sulit dibedakan. Aku dan sebuah rencanya
yang selalu
bertengkar demi mimpi-mimpi kecil.
Lampung Barat, 17
Juli 2017.
AKU PAMIT
Aku pamit
dan aku pasti pamit
sebelum aku menanam
luka
bahkan jejak yang
retak itu makin berjarak.
Aku pamit
dan pasti aku pamit
ketika malam kembali
ke habitatnya, juga kenangan
tak mesti
kuhadiahkan.
Aku pamit
dan aku pasti pamit.
Hai, ranting yang
ditumbuhi masa lalu, sejarah usang yang selalu kau lindapkan di lipatan hati
ketika ia enggan
menguburnya
dan
itulah raut yang
terbaca
setelahnya, itu
terus di pemukiman yang kau rawat
maka-
aku pamit
dan pasti aku pamit.
Lampung Barat, 24
Juli 2017.
BIOGRAFI KOPI
Hanya segelas kopi
ini
yang mengerti
tentang malam dan gigil, bahkan sunyi yang menyelinap ke balik kesendirianku.
Aku bergumam untumu:
Sehelai manis
usah lagi katakan
butiran hujan
sebab selembar
teduh, sedang merantau
dan
membenci alamat
pulang.
Lupakan aku, sebagai
catatan terakhir
adalah pekat yang
menyumbat
dan terjemahnya
bermuara di biografi
kopi saat ini.
Lampung Barat, 26
Juli 2017
Tentang Penulis: Q
Alsungkawa, bergiat di komunitas sastra di Lampung Barat (KOMSAS SIMALABA), ia
mempulikasikan puisi-puisinya di media online www.wartalambar.com, Saibumi.com
dan Lampungmediaonline.com. Puisi puisinya juga tergabung dalam buku antolog
EMBUN EMBUN PUISI, EMBUN PAGI LERENG PESAGI, dan yang terbaru di muat di
MAJALAH SIMALABA EDISI KE-1 dll.
No comments