Cerita Singkat (Cersing)_Mala Febriani
Dari Redaksi:
Kirim Puisi, Esai, Cerpen, Cersing (Cerita Singkat) untuk kami Siarkan setiap hari ke e-email: majalahsimalaba@gmail.com beri subjek_LEMBAR KARYA HARIAN MAJALAH SIMALABA
Cersing (Cerita Singkat)
SI GADIS PINGGIR KOTA
Telah terbingkai jelas,
rumahku di pinggiran kota. Tempat tidurku hanya kardus yang kutemukan di
emperan toko. Dan maksdku tergantung penghasilan ngamenku. Miris memang bagi
yang sudah sejak kecil hidup berkecukupan namun bagiku ini sudah lebih dari
cukup untuk kusyukuri. Aku hidup bukan untuk mengeluh jika memang takdirku
begini. Namun, aku hidup menjalani sehingga tidak ada yang aku keluhkan selain
bersyukur diberi kesehatan. Jika membicarakan cobaan, sudah kujalani juga
semuanya hidup. Dari, diusir, dicacimaki, difitnah dan gak makan pun pernah.
Hidup ini memang penuh ujian bukan. Jadi jika ingin mengeluh maka aku lebih
suka meminta petunjuk kepada Yang Maha Kuasa. Aku sebatang kara, dari umur 6
tahun. Aku sudah menjalani berbagai cobaan hingga menjadi kuat dan tangguh.
Kedua orang tua ku,
kecelakaan dalam sebuah perjalanan selepas mereka mencari rezeki. Kecelakaan
membawa mereka ke Sang Pencipta. Hingga aku hanya sendirian di ibu kota yang
penuh dengan marabahaya.
Ha .... ha .... ha, aku tidak
menangis jika bukan yang berharga bagiku. Aku menangis saat kedua orang tua ku
meninggal. Selepas itu, aku mulai tidak takut apa pun selain takut kepada
Allah. Aku selalu yakin bahwa, tak selamanya kita diberi ujian, tak selamanya
mendung menghiasi langit jadi aku selalu ikhlas apa pun skenario Tuhan untukku.
Jam menunjukkan pukul 05:00
Wib. Aku langsung terbangun dan ambil air wudu dan melaksanakan sholat shubuh.
Jam dinding di rumah gubukku memang tidak bagus tapi sangat bermanfaat untuk
mengingatkan aku sholat, sehingga aku selalu lima waktu walau pun terlambat
dari sesuai waktu. Aku yakin Allah tidak akan marah jika terlambat dari jam
yang ditentukan. Sebab aku mempunyai niat sehingga apa pun yang dilakukan jika
dengan niat baik in syaa Allah diridai.
Setelah sholat, aku langsung
bergegas keluar dari tempat tinggalku. Aku tidak sengaja melihat teman baikku
disini. Hei, hidup dijalanan itu memang penuh musuh apalagi cuaca terkadang
buat kita sengsara. Namun, aku yakin Tuhan mengatur semua dengan rapi. Jadi bagiku
cukup ikhlas dan berniat dengan tujuan baik.
"Cintaaaa ....,"
aku yang sedang berjalan dengan berzikir, hampir saja nyungsep karena kaget.
" Kepada nona Mei, mohon
untuk tidak membuat orang jantungan!!" Kesalku pura-pura bertampang emosi.
" He .... he, maaf. Oh
ya Cin aku,"
"Tunggu, perkenalkan
nona. Nama saya Cinta bukan Cin, emangnya banci gue dipanggil Cin."
cegatku, karena paling benci dipanggil Cin.
" He... he, lupa maaf.
Oh ya Cinta sayang. Aku mau kenalin kamu sama cowok, emm ..... orangnya sih
lumayan, menurutku." cengirnya tanpa bersalah telah buat aku cengo. (
bahasa gaul bengong)
" What! Seriously?"
Tanyaku sok inggris.
" Gayamuuu .... what
what, kawat. Beneran sumpeh kagak bohong gua mah sama elo," ujarnya dengan
semangat penuh.
" Nona Mei, cuantik
bingit ( bahasa alay ABG) kan kamu tahu bahwa aku tidak ingin mengenal pria
lebih dari teman. Ayolah .... kamu kaya gak tahu aja, aku seperti apa. "
jawabku dengan geleng-geleng kepala. Sebab ide darimana coba.
" Ssstt .... dengarkan
aku mau ngomong sebentar oke cantik. Aku itu hanya gadis yang hidup di pinggir
kota, makan saja aku hasil uang belas kasih orang-orang. Aku hanya pengamen
jalanan yang bahkan yatim piatu, jadi harapanku tidak akan setinggi-tinggi
mungkin. Aku selalu berfikir jika memang jodohku pasti ada waktunya yang tepat
dimana kejadian tak terduga mempertemukan kita. Yang saat ini kujalani bukan
tentang memikirkan cowok. Melainkan tentang bagaimana aku bisa memperbaiki diri
serta kelak ketika aku menikah hidupku tidak akan seperti ini. Itu saja. Jadi
simpan baik-baik calon yang akan kau perkenalkan denganku. Sampai hingga memang
Allah berkehendak. Sampaikan terima kasih, berkenan mengenalku.
Assalamu'alaikum ... aku kerja dulu, saatnya memikirkan makan. Bukan memikirkan
cowok, oke honey." aku langsung berlalu tanpa menunggu jawabannya.
Telah kusampaikan pada Tuhan,
bahwa aku ingin lebih banyak berjuang sebelum aku mendapatkan hasil. Agar hasil
yang kuperjuangkan tidak setengah-setengah.
Semua Kuasa-Nya.
Berbagai cuaca, telah aku
hantam. Berbagai, ujian telah aku jalani dan lewati. Berbagai masa dimana
kepahitan dalam kesendirian, telah aku nikmati. Hingga aku tidak akan berjalan
tanpa alas kaki lagi, sebab aku sudah pernah terkena duri jalanan, panas aspal,
tajamnya bebatuan. Telah kususuri, sampai pada titik cahaya menerangi hidupku.
GADIS PINGGIR KOTA
Karya Mala Febriani
Meneriaki, maling
menampar bebatuan
menikam perut yang kelaparan
sampai lupa jam tidur pukul
berapa.
Menjelajah, pinggir kota
kerjaanku, menapaki berbagai
uang receh, nasibku.
Hingga---
berlari, dan terus berlari
sebab petugas mengintai
di mana aku mencari rezeki.
Brebes, Jawa Tengah 3 Agustus
2017.
Jangan pernah, samakan setiap
anak jalanan. Sebab belum tentu penilaian kita benar. Tidak semua orang sama.
Yang kaya aja korupsi jadi jangan berfikir dari fakta keadaan melainkan,
nilailah dengan seberapa hatimu mengkasihinya.
Brebes, Jawa Tengah 3 Agustus
2017.
Tentang penulis : Mala Febriani lahir di Brebes, Jawa Tengah. Bekerja di Jakarta Utara.
Menerbitkan karya-karyanya di media www.wartalambar.com. WhatsApp :
+6283127937011
Email :
malafebriyani20@gmail.com
No comments