Edisi Jum'at, 11 Agustus 2017_ PUISI PUISI SRIYANTI IMAM (Ternate-Maluku Utara)
Dari Redaksi:
Kirim Puisi, Esai, Cerpen, Cersing (Cerita Singkat) untuk kami Siarkan setiap hari ke e-email: majalahsimalaba@gmail.com beri subjek_LEMBAR KARYA HARIAN MAJALAH SIMALABA
PUISI PUISI SRIYANTI IMAM
SEPASANG INGATAN
Dua masa berlari
sambil bergandeng tangan
satu waktu berdiam di bawah angan
dapatkah aku meniti kembali harapan itu, ayah?
Bolehkan aku kembali membongkar peti kenangan itu, ibu?
saat yang lain menabur tawa di angkasa
dayaku-
hanya mampu menabur bunga
di atas tanah
saat yang lain berpetualang di luar dunia
dayaku, hanya mampu bertualang dalam imaji.
Gundukan semakin kering ayah
bunga itu semakin layu ibu
apakah langkah kakiku bisa kalian dengar
dari balik dinding ini?
Kuingin dua masa itu kembali ayah
kuingin satu masa berputar lagi
saat senyuman mengambang
menyambut lantunan
kemenangan dan saat tawa
menghiasi garis kerutan di wajahmu ibu.
Ternate , 16 Juni 2017.
PERTENGKARAN DUKA
Entah apa yang akan pecah
setelah bulan berpisah dari pulau
langit malam kembali kemiau
bukan senang melainkan pilu.
Entah apa yang akan berubah
setelah mata berpisah dengan rasa
tak ada kata perwakilan jiwa
karena celaka dalam pertengkaran duka.
Ternate, 6 Juni 2017.
DI BAWAH LANGIT HALMAHERA
Ada tangis di sini
membikin aku jatuh
terlukai, tersuntuk
dalam kolam permandian ini
karena terlalu lama, menanti cahaya bijak
dari dewa dewa pengharapan.
Di sini, kami berdiri
bersorak menantang badai
sebab kata terlampau dilipat
dan tertidur dalam awan mimpi
di kaki dewi kesenian.
Padahal kami, terus bertikai dengan airmata
dalam doa kami angkat nama-nama
agar berjumlah kalimat
mendapati jalan pulang.
Ternate, 29 Maret 2017.
PEREMPUAN BERTUDUNG SEMBILU
Bila suram kembali menyapa
angin sedu, langit mendung.
Siapa yang tak tahu dia
duri halus bersemayam
dalam raga yang tak pernah hengkang
juga tempat hidup
sebuah sajak tak bertuan.
Siapakah ia sesungguhnya?
perempuan bertudung
dengan wajah sembilu
bermahkota awan
bersenjatakan pahatan kata kata
peneduh kalbu
namun menciptakan keganjilan.
Ternate, 22 Maret 2017.
MASA YANG TAK MENEPI
Jika dua waktu bisa kubalik
ingin rasanya aku bercumbu lagi
denganmu yang sedang mengejar matahari.
Tetapi-
bisakah impian ini kembali direkam masa?
tertawa dengan seuntai daun
menangis bersama
dan berlari-lari di punggung lampau.
Kusadar, masa itu tak akan menepi
sebab rindu terlampau mencair.
Ternate, 12 Maret 2016.
TANYAKAN LAGI
Apa yang akan kudapat?
sebongkah daging mendidih
ataukah sekotak tanah berbiji.
Apa lagi yang diistimewakan dari sudut hari ini?
ketika istana mandiri sudah menjelma
gubuk tak berpenghuni.
Tak semestinya kau terbangkan lagi permadani itu
bukankah kelabu sedang
mengintaimu akhir ini.
Cobalah bersajak pada rimbunan rindu
yang bersembunyi
di balik awan hitam.
Ternate, 12 Maret 2017.
BERTANYA TANPA JAWABAN
Aku bertanya tanpa jawaban
tentang kalimat yang terpotong.
Benarkah ini pemborosan kata?
sedangkan satu fonem tak muncul
dalam balutan napas berkepanjangan.
Atau, aku mesti meringkas?
ah, setidaknya tidak ada makna ganda
tapi bertilam maaf—
bila kalimat ini terlalu penjang
merangkai jalan cemburumu
tapi biarlah potongan katamu
menepis jalur terdahuluku.
Ternate, 12 maret 2017.
MARET MENGHUJAT
Maret menghujat
dengan petir, menantang alam
dan hujan yang mencekam
hingga pilu semakin dalam.
Maret menghujat
di atas lembaran fitrah
menulis dengan tinta basah dan pasrah
juga cemohan tak terarah
sebab kekalahan-
telah melipatgandakan matahari.
Ternate, 12 Maret 2017.
SELAMAT TINGGAL SABTU MALAM
Selamat tinggal sabtu malam
semoga engkau tak lagi berdebu
pada kisaran permadani
juga hasrat yang kian menggebu
dalam pangkuan bulan tak berpeluh .
Ternate, 12 Maret 2017.
Tentang Penulis:
Sriyanti Imam atau lebih dikenal dengan Anti, adalah mahasiswa (Semester 7) Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP-UNKHAIR Ternate. Ia menyukai puisi sejak kecil. Dan sekarang dipercayakan sebagai bendahara Komunitas Parlamen Jalanan Maluku Utara. Kini tinggal di Ternate Kel. Jati.
No comments