HEADLINE

Edisi Sabtu, 12 Agustus 2017_ PUISI PUISI AMIRUDDIN ISLAMI MQ. BABA (Tangerang)

Dari Redaksi:
Kirim Puisi, Esai, Cerpen, Cersing (Cerita Singkat) untuk kami Siarkan setiap hari ke e-email: majalahsimalaba@gmail.com beri subjek_LEMBAR KARYA HARIAN MAJALAH SIMALABA





PUISI PUISI AMIRUDDIN ISLAMI MQ. BABA


TANAH PUSAKA

Di mulai dari masa ter-tunduk perintah 
tanah pusaka dicuri penjajah
paksa kerja membawa berat tak-kuat dipapah
keheningan se-antero pelosok negeri
tahun pertama datang membawa senyum 
namun apa dikata tangisan jatuh di pipi
riuh-nya langit membahana sampai negeri 
tetangga.

Jeritan hati setiap orang bagai ter-iris-iris
kulit dan daging menempel pada coklat-nya tanah
merahnya laut tak bisa dibedakan
apa itu darah dan apa itu air?
ikan ikan memakan bangkai saudara
kucing dan lalat mencicipi darah 
hewan dan alam menjadi kanibal
karena rakusnya manusia ber-normakan binatang.

Langit berwarnakan hitam
puing-puing abu jatuh perlahan 
sesak se-antero nusantara 
angin berhembuskan vulkanik 
dari utara, selatan, barat, timur
terdengar bunyi namun masih samar.

Terlalu lama ini berlangsung
kita terkunci dalam kurungan
padahal kita yang memegang kunci.

Kita memiliki tanah namun
mana tanah yang kita bangga?
kita terusir dan kita dikurung
dan kuncinya telah dicuri
siapa pancurinya dan 
di mana dia, bersembunyi di mana?
rakyat telah lelah untuk bangkit
banyak munafik dan penghianatan .

Jakarta, 2017.


MUTIARA JIWA

Rindu kini kau jauh
sesak terasa menusuk
tangis pun salah
sampai masa ini-pun
tak bisa kulupa
cerita terasa syahdu
menghujam batin
yang mulai rapuh.

Rindu kini kau jahat
kau bawa angin 
melintas ke otak dan pikiran
se-akan kau tak tahu 
betapa aku tak bisa menahan
se-detikpun aku lemah.

Rindu kau di mana ?
janji suci perpisahan 
dipisah dua samudra dan satu lempeng
akan kau pegang erat
walau kau berjalan.

Di atas manisnya madu dan gula
Rindu kini telah menghilang 
diambil kelana dari pulau jawa
di bumi raja-nya cendrawasi
bermandikan takhta dan harta
kau tega buat kumenderita 
di atas masa kurela RINDU 
menguasai karna aku sangat
merindukan sosok (E) 
buah penawar hati
kelam hari sulit dan derita.

Jakarta, 1 Agustus 2017.



PEPATAH DARI SEORANG PEMUDA

Melangkah ke penjuru menebak arah
darat laut udara aku tuju 
tantangan rintangan hambatan
tak menjadi masalah.

Menapak di atas samudera raya
berjalan ikuti arus di mana takdir mambawa
membuka tabir dalam gelapnya nuansa cahaya.

Bila mana terlerai rasa di dada
ingin kusujud pada Tuhan yang kuasa
bila mana hati tak lupa
tak ingin ku-lupa jasa TUHAN kedua
ingin kumenangis sejadi-jadinya
kerana mengingat noda-dosa yang ada
dan jika kecewa menapak di alam sukma
penawar pelibur kata sebagai senjata
pengelana ini masih percaya Tuhan kuasa.

Tuhan tak tidur dan tak juga lupa
tabir cahaya terbuka jikalau ada usaha
pepatah dari seorang pemuda.

Jakarta, 20 juli 2017.



GORESAN LUKA

Sepi di rulung waktu
mengecap air syahdu
sekilas relung masa lalu
tinggal peluh dan lesu,

Pesona fatamorgana
terbelai pada lamunan 
masa berlalu.

Jakarta, 14 juli 2017.



BILIK TABIR

Bait-bait asmara kurangkai dalam daun 
terbawa angin anta-baranta
menyisa rindu tak terbantah
kelana merangkul daku
menyisa embun syahdu
ter-hanyut dalam daku
luka syair lalu.

Jakarta, 17 juli 2017.



SUARA TERBENGKALAI

Ketika AWAL-MULA menjadi ASAL-MU-ASAL
kau bergeming diterpa langit tenggelam jatuh
ketika sanubari terbesuk di dalam sukma
bisikan suara-suara dihalang oleh tabir
ketika semua merangkak mencibir
embun jatuh di tengah bintang revolusi
kepadanya menerka angkasa raya.

Jakarta, 15 juli 2017.



MUSAFIR

Petir menyetir gelombang angkasa
hiruk pikuk nada menghujam membatu
arah merana tertutup tabir 
penge-lana berjalan menyusuri duri
sang-bulan redup kikir cahaya 
mener-awang ke arah lorong nada
ter-tutup sajak di antara dua palapa
garis keras pengikut ....bla... bla... bla.. 
masih menapak dipisah dua SAMUDRA.

Jakarta, 14 juli 2017.



RETAK

Rembulan tampak di padang pasir berbatu 
embun mengikis epidermis daun bertahun
tinggalkan pus dan jaringan nekrotik 
lekat oleh darah dan nanah.

Jakarta, 13 juli 2017.

 
Tentang Penulis:
Amiruddin Islami MQ. Baba lahir di Desa Supu Kec. Loloda Utara Kab. Halmahera Utara Provinsi Maluku Utara pada 1 September 1998. Anak dari M. Qubais Babab (Kemenag Kab. Pulau Morotai) dan Nurhayat N. Bayan. Kini kuliah di Universitas Muhammadiyah Jakarta. Ia tinggal di Asrama Putra Umj, Jln. Poncol Raya, Cireundeu RT 005/Rw 002. Tangsel. No. Hp :081340273097.

No comments