HEADLINE

Edisi Sabtu, 19 Agustus 2017_ PUISI PUISI RHAUDA M. RIO (Ternate)

Dari Redaksi:
Kirim Puisi, Esai, Cerpen, Cersing (Cerita Singkat) untuk kami Siarkan setiap hari ke e-email: majalahsimalaba@gmail.com beri subjek_LEMBAR KARYA HARIAN MAJALAH SIMALABA





PUISI PUISI RHAUDA M. RIO


PEREMPUAN YANG KALAH

Di batas malam, di sebuah rindu
Mengapa ada jarak? 
sedang aku
diadu oleh ombak-ombak sepi yang tak terbaca
dari setangkai angin yang senyap. 

Barangkali kau terlalu cepat
mengusir asa di batas kota itu
di mana secangkir kopi kita seduh bertemankan sajak. 

Aku kalah, menunggu bulan turun ke laut
kapan pulangmu? 
Akh, kau laki-laki yang berjalan menuju mimpi
sedang aku perempuan yang kalah dihantam puisi.

Ternate, 10 Januari 2017.



SIAPA BILANG RINDU BERLALU

Pada siang yang terlampau
dan malam yang malu malu
siapa bilang rindu berlalu?
sedang kau adalah asa yang selalu bertalu.

Di sini, di halmahera antara rindu dan jarak
juga cinta dan kasih.


Siapa bilang rindu berlalu?
sementara--

isak tangis anak-anak belum tuntas menampar dadaku.

Ternate, 12 Februari 2017.



DUKA TANAH GANE

Kulihat hamparan hijaunya daun kelapa dan sagu
melambai dalam pusara angin
beribu mata memandang enggan berlalu.

Di sini, di tanah yang kita sebut Gane
pesisir indah hamparan pasir
samudra jernih dihiasi biota laut.

Tapi tidakkah kau sadari
tanah ini menyimpan luka
kau mungkin bangga, sebab Gane masih subur
tapi cobalah kau tengok
perlahan-lahan tanah ini
dirampas oleh angin angin pecundang
bahkan buldoser menjelma kepiting kepiting nakal.

Akh, bukankah kau tahu,
kami hidup dari butir butir sagu,
untuk mengganjal lapar anak cucu?

Bukankah kita berharap kelapa tetap tegak
untuk kita menapak tubir tubir pendidikan?
bahkan kau pun tahu
bahwa pendidikan yang dititipkan nenek moyang
untuk kita menjadi manusia.

Tapi lihatlah angin angin rakus itu 
menjadikan pendidikan sebagai belati yang diam diam membunuh.

Apakah kau merelekan tanah ini?
dirampas oleh angin angin pemberontak
yang terlampau melipat-lipat lidahnya menjadi munafik.

Lihatlah kawan! Duka tanah ini telah menggunung
di dada ini
bahkan riak air mata akan membanjiri mata kita
bangunlah kawan!
kita lantangkan suara ke langit langit bisu
dan kita bertanya
apa arti KEMERDEKAAN?

Gane, Halmahera Selatan, 2017.

Catatan:
Gane: Salah satu pemukiman yang ada di Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara.



PEREMPUAN SUNYI

Pada malam yang gelap
sepi senyap
rindu mendekap
matamu menampung beribu-ribu duka.

Hei, kau yang mencintai sunyi
berjalanlah! 
meski seluruh mata memandang sinis.

Karena sejatinya, matamu adalah rindu dan keadilan
mendambah kebebasan
dan kita telah memilih
kebenaran adalah jalan menuju sunyi.

Ternate, 01 Juli 2017.



SEBELUM FAJAR

Sebelum fajar pecah
aku ingin kembali menyalakan suara
membakar rindu di betis jalan itu.

Je, tidakkah kau lihat? 
di sini, gelisah berserakan di jantung kota
aku hampir lelah mnatap wajah-wajah duka
luka yang tak habis 
ditelan kecongkakan kota.

Je, aku muak dengan mereka
yang katanya orang hebat itu
ya, hebat dalam melipat kata
hingga sejahtera menjelma gunung gunung.

Je, pulanglah, rindu ini
menunggumu sebelum fajar pecah 
dan senja kembali pada ibunya.

Ternate, 14 Agustus 2017.




Tentang Penulis:
Rhauda M. Rio lahir di Desa Samo Kec. Gane Barat Utara, Kab. Halmahera selatan, Provinsi Maluku Utara 27 Januari 1994. Sekarang aktif sebagai anggota Komunitas Parlamen Jalanan Maluku Utara (KPJ-MU) dan tergabung Gerakan Mahasiswa Pemerhati Sosial Maluku Utara (GAMHAS-MU), serta tergabung di Komunitas Kita Halmahera.

No comments