PUISI PUISI KAKANDA REDI_(Dimuat Majalah Simalaba Versi Cetak, 30 September 2017)
PUISI PUISI KAKANDA REDI
TEMBANG
aku mulai menembangkan
lagu tentang camar yang pulang jelang senja
tentang gelap yang sebentar lagi tiba
tentang kamu yang menebar benih aster di depan kita
aku tertegun
belum usai tembang ini kunyanyikan
senja telah membawamu pulang
[mempawah]
12 - 2012
SAJAK KEPADA ARIF
: dari sahabatmu, Zul
Rif, sajak ini kutulis di bulan Juli
saat angin pesisir timbul tenggelam
pagi siang, sampai malam
tapi layang-layangmu telah kau koyak
tak akan lagi pernah terbang
sebab kulihat kau sibuk kini mengayun parang
bantu bapakmu bikin bersih lahan
bantu bapakmu bakar habis ladang
ah, Rif…
kini layang-layangku terbang sendirian.
[sanggau ledo]
12 - 2014
SONETA MUSIM API
: teruntuk Zul, sahabatku
: di langit, tak pernah lagi kutengok layang-layangmu
seperti aku yang duduk di bawah panas
layang-layangku mati sendirian
tak punya kawan bertarung gelas
o, Zul, memang begitu jalan yang terpampang
aku musti menepi, tak lagi main layangan macam bayi
tak lagi benang, Zul, kini aku menggenggam api
parangku sudah kuasah sejak tadi
: tapi Rif, kita tak lagi punya unggas
sudahlah, Zul, yang penting kita punya beras
lupakan layang-layang, lupakan benang gelas
kau tau Zul? disebalik api yang menari lekas
kugambar wajahmu di layang-layangku yang naas
diam-diam, air mataku menetes deras
[sanggau ledo]
12 - 2014
SEBAIT BALADA SEPI
kita berdiri, saling mengelukan sepi
pada kaca jendela yang mengabur
cemara merenung, mencipta lagi sebuah sepi
sedang cinta rupanya memang bersayap
terbang ia
pergi
lalu sepi
tak mengapa belum sempat kugenggam jemarimu
sebab sebuah rahasia kadang terlalu kekal
untuk diterjemahkan dalam bahasa sepi
lalu kita berdiri
sendiri
dan sepi
[siantan]
08 - 2014
Tentang Penulis
Kakanda Redi bergiat di Forum Sastra Kalimantan Barat. Menulis cerita pendek, novel, puisi, dan cerita anak. Tulisan-tulisannya disiarkan di beberapa koran lokal, media online, dan di beberapa antologi. Puisinya masuk dalam antologi puisi Suara Lima Negara, sebuah antologi puisi penyair lima negara Asia Tenggara (Tuas Media, 2012) dan Bayang-bayang Tembawang, sebuah antologi puisi 44 penulis lintas generasi Kalimantan Barat (Pijar Publishing, 2015) dan Buku Embun Pagi Lereng Pesagi (Perahu Litera 2017). Saat ini menetap di Mempawah, Kalimantan Barat.
No comments