PUISI PUISI TITIN ULPIANTI (Lampung Barat)_WAKTU_DILEMA SECANGKIR TEH
Redaksi menerima tulisan
Puisi minimal 5 judul, Esai, Cerpen untuk kami Siarkan setiap hari. Semua naskah dalam satu file MS Word dikirim ke e-email: majalahsimalaba@gmail.com
beri subjek_VERSI ONLINE MAJALAH SIMALABA
(Mohon maaf, laman ini belum dapat memberikan honorium)
PUISI PUISI TITIN ULPIANTI
WAKTU
Menunggumu, terasa sesak menghimpit rasa
menikmati detik yang tak kunjung datang
hilangkan warna dalam cerita
Memilikimu
serasa enggan tuk beranjak walau bulir-bulir resah mendera
seakan mampu menaklukan dunia diantara ribuan kisah antara nyata dan fatamorgana
Meninggalkanmu
betapa sukar tuk mengulang mengumpulkan serpihan cita
mengenang kegagalan yang menggerutu dalam jiwa
Bersama waktu
yang tak dapat ku genggam cuma mampu kutunggu, kunikmati kulalui hingga tutup usia.
DILEMA SECANGKIR TEH
Pagi berkabut tipisaroma teh begitu menggodaku
yang kau suguhkan dengan senyumam
membuat hariku bergairah
Dihadapanmu ku terpaku
menatap bibir yang masih bergetar sisa semalam
sudut kolam matamu masih tergenang
belum hilang bekas aliran dipipimu
Pelan-pelan kuteguk secangkir teh dengan sedikit merajuk
seakan buta dengan perang batin dihatimu
bukan karna tak perduli,
Sungguh
aku tak mampu mengatasi dilema dalam hati
jujur kuakui kau terluka menengelamkan diri dalam duka.
PAGI KELABU
Pagi yang masih butaketika rintik bayu mengusiku disana ada kemalasan bersarang
enggan beranjak dari peraduan mimpi
Pagi yang kelabu
ku tatap genangan disekeliling
tempatku memungut recehan
kini basah tersentuh gerimis yang enggan pergi.
Kutatap bidadari kecilku, rengekan manjanya membangkitkan semangat dalam diri tuk kembali mengais rezeki
kuhempaskan penat dan malasku yang sering bersarang dihati
demi masa depannya.
SESAK
Bagaimana ku berlindungbila dinding dan atap mulai retak
tak mampu tuk bersandar
semua telah usang ditelan waktu
Rintik hujan menyapa
tak mampu mendengar jeritan jiwa
Pada hujan ku bernyanyi
pada petir ku mengadu
pada siapa kulepaskan amarah
sedangkan angin enggan membawa dukaku yang semakin kronis mengrogoti tiap hembusan nafas
Sesak,
hati ini semakin membeku
terasa diri telah mati
enggan bangkitkan segala rasa
yang telah membunuh jiwa.
GAME
Bila sudah berbaurkau sukar dipisahkan
tatap mata dan emosi telah bersatu
gemulai jemari semakin menegang
Game
menjadi obat pelepas lelah dan penat
tapi racun yang mampu menjadi pecandu
lupakan segala dunia nyata
tengelam dalam imaji tak berujung.
Sukau, 8 oktober 2017
Tentang Titin ulpiyanti, tinggal di jln Raya liwa ranau bandar baru kec, Sukau Lampung barat. Ia adalah anggota belajar menulis puisi Simalaba, angkatan pertama.
No comments