HEADLINE

PUISI PUISI S KAMALUDIN (Lampung Barat)_Meremah Warna

Redaksi menerima tulisan
Puisi minimal 5 judul, Esai, Cerpen untuk kami Siarkan setiap hari. Semua naskah dalam satu file MS Word dikirim ke e-email: majalahsimalaba@gmail.com
beri subjek_VERSI ONLINE
Redaksi online ini akan mempublikasikan naskah setiap hari dan akan memilih satu puisi dalam setiap minggunya untuk dibuat film puisi
(Mohon maaf, laman ini belum dapat memberikan honorium)



PUISI PUISI S KAMALUDIN 


MEREMAH WARNA 

Setelah tamat sekolah aku mulai menjelajah wilayah yang jauh
agar dapat bertahan dari kehidupan yang kian sulit.

Perlahan kujamah jantung keriuhan
mendekap mimpi masa depan
aku ingin menjadi pembisnis ulung
tanpa jeda mereguk untung
atau arsitektur ternama
bermandi rupiah di setiap langkah.

Walau harus meremah warna hitam dan putih
berubah menjadi warna yang lain (abu-bu).

Pun tidak  perduli dengan yang kelaparan
sebab kemalangan
karena aku tak pernah belajar tentang kebaikan
tak pula tahu tentang perasaan karena aku belajar dari kebohongan.

Jangan marah, karena itu adanya
lihatlah jauh di atas angkasa
suara-suara indah untuk jelata
suara-suara prikemanusiaan
dari wajah yang berapi-api dan
padam tersiram hujan lalu
hanyut oleh sungai wacana.

Way Tenong, 16 November 2017.

RINDU YANG MATI 

apa hanyalah aku
sama tiada dan ada 
disaat merah atau putih
diam dalam lekuk  patah.

Lelap aku dalam tikam
lembing menghujam manja hulu
terkapar aku di pembaringan
dan, kerinduan mati.

Way Tenong, 14 November 2017.


OKTOBER 

Ombak samudera menepuk pundak karang kepedihan
Ketika angin laut membawa berita
Tentang sampan cinta yang tebelah
Oleh badai kelainan yang patahkan tiang layar kerinduan
Berenanglah dan sambutlah pelampung ayah ibumu
Engkau tak mungkin mampu menggapai lenganku yang jauh dan
Remahlah sudah cinta kita sebab perbedaan.

Way Tenong, 9 November 2017.


PUNGGUNG REMBULAN 

Simpanlah baik-baik risalah ucap empat tahun silam
Aku sudah lelah dengan belaian kata dalam kemasan sutera namun kosong, dan
Remah didekap alasan tak pernah berujung
Atau sengaja pura-pura amnesia
Saat telah tiba di punggung rembulan.

Way Tenong, 10 Nopember 2017.


DOKUMEN ABADI 

Engkau datang lagi bersama kekata lalu pergi tak pernah kembali
entahlah, rasa ini
telah terbekukan
dalam dokumen abadi.

Way Tenong, 12 Novembar 2017.



Tentang Penulis

S Kamaludin tinggal di Way Tenong. Ia belajar menulis di KOMSAS SIMALABA yang di asuh oleh crew majalah simalaba.com.

No comments