KEBAIKAN MARLYN _Cerbung Ari Vidianto (Bagian 5)
Dari Redaksi: Kirimkan Cerita Bersambung (Cerbungmu) minimal 100 halaman A4 ke e-mail: majalahsimalaba@gmail.com, beri subjek pada e-mail "CERBUNG"
(Mohon maaf, laman ini belum berhonor)
(Bagian 5)
Keesokan harinya di kelas IV, terlihat anak-anak sedang asyik mengerjakan tugas SBK . Begitu juga dengan Marlyn, ia tampak asyik menggambar pemandangan yang indah. Pak Anto mendekati Marlyn.“ Wah gambarmu bagus sekali, Lyn!” seru Pak Anto.
“ Terimakasih Pak!” jawab Marlyn malu-malu.
“ Iya gambar sepupuku ini memang paling bagus di kelas empat ini,” kata Fifi sambil mengacungkan jempol.
“ Gambarku biasa-biasa saja kok,” jawab Marlyn merendah.
“ Lyn, bagaimana kalau gambarmu di fotokopi saja, nanti bisa dijual ke teman-temanmu. Nanti kamu kan bisa dapat uang,” kata Pak Anto tiba-tiba.
“ Oh, iya benar juga kata Pak Anto. Nanti uang hasil jualannya kan bisa untuk membeli perlengkapan sekolah untuk Muji. Pasti Muji akan senang menerimanya,” pikir Marlyn.
“ Iya Pak! Nanti saya coba! Terimakasih Pak atas sarannya!” girang Marlyn bersemangat.
“ Ya Lyn,sama-sama,” jawab Pak Anto.
“ Marlyn nanti aku beli ya?” kata semua teman-temannya kompak.
“ Ya teman-teman nanti akan saya gambar dulu ya?” kata Marlyn pada semua teman-temannya.
“ Horeee… Asyiikk!! “ seru teman-temannya.
“Anak-anak Pak guru mau ke kantor dulu ya? Kalian jangan ramai,” pesan Pak Anto.
“Baik,Pak guru,” jawab anak-anak kompak. Pak Anto meninggalkan kelas.
“Ah, gambar jelek gitu. Aku tak mau beli,” celetuk Tria tiba-tiba.
“Eh, jangan salah ya. Kamu yang tidak bisa nggambar,” jawab Fifi tidak terima.
“Kamu sudah berani lawan aku ya? Mentang-mentang ada Marlyn,” sewot Tria.
“Sudah-sudah,Fi,biarin saja Tria ngomong begitu,”
“Mujii, sini kamu mau pinjam pewarnaku apa tidak?” tanyaTria.
“I..iiya,” jawab Muji terbata-bata.
“Nggak usah Muji, mau aku pinjemin pewarnaku. Dan setelah itu aku tidak akan menyuruh-nyuruh Muji seperti kalian,” kata Marlyn.
“Kau bilang apa? Ayo kita berkelahi,Lyn,” seru Tria menghampiri Marlyn. Risna pun ikut-ikutan di belakang Tria. Seisi kelas menatap mereka, memang baru kali ini ada anak yang berani melawan Tria. Muji terlihat ketakutan sekali.
“Eh,eh,eh,….kalian sedang apa?” tiba-tiba Pak Anto datang. Tria dan Risna pun kembali ke tempat duduknya. Semua anak-anak lega karena Tria tidak jadi berkelahi dengan Marlyn.
“Ada apa ini?’ tanya Pak Anto. Semua anak-anak terdiam.
“Biar saya yang ceritakan Pak,” kata Marlyn. Ia pun maju ke depan kelas.
“Tria dan Risna berlaku semena-mena sama Muji,Pak. Mereka suka menyuruh-nyuruh Muji semaunya mereka.
“Coba,Muji,Tria dan Risna maju ke depan,” perintah Pak Anto. Mereka bertiga segera ke depan kelas.“Ji,benarkah apa yang di katakan Marlyn?” tanya Pak Anto.
“Be..be..benar,Pak,” jawab Muji. Tria dan Risna hanya tertunduk, mereka malu sekali. Memang baru kali ini ada anak yang berani melaporkan ulah mereka kepada Pak Anto. Marlyn ternyata tidak takut sama Tria dan Risna.
“Tria,Risna, sesama teman kalian harus saling menghargai, menghormati dan menyayangi. Bukannya berbuat yang tidak baik,” nasehat Pak Anto. Tria dan Risna masih menundukkan wajahnya.
“Ayo,kalian minta maaf pada Muji,” perintah Pak Anto.
“Ji,maafin aku ya?” ucap Tria.
“Maafin aku juga ya? kata Risna.
“Iya,aku maafin kalian kok,” jawab Muji sambil berjabatan dengan mereka.
“Nah,begitu kan baik. Janji ya kalian tidak nakal lagi?” kata Pak Anto.
“Iya,Pak,kami janji tidak akan nakal lagi,” jawab Tria dan Risna bersamaan.
“Bagus.Ayo sekarang kalian kembali ke tempat duduk masing-masing,” perintahnya. Marlyn,Muji,Tria dan Risna pun duduk di tempat mereka kembali.
“Ris,aku tak terima. Biar nanti kita kerjain mereka,” bisik Tria pada Risna.
“Iya, kita kasih pelajaran buat mereka,” bisik Risna. Rupanya mereka berdua masih punya niat baik, padahal baru saja minta maaf.
“Lyn,lihat tuh. Tria dan Risna saling berbisik,” gumam Fifi. Tapi Marlyn tampak tenang-tenang saja. “Mungkin mereka mau ngerjain kita,” tambah Fifi.
“Udah biarin saja,” jawab Marlyn. “Ji, nih pewarnaku kau tinggal pilih,” tawar Marlyn.
“Iya, Lyn,”
“Ji, sekarang kamu sudah tidak perlu lagi pinjam-pinjam ke Tria dan Risna ya?”
“Ya,Lyn.” “Dan satu lagi, sekarang kamu jangan mau di suruh-suruh mereka,” tambah Marlyn. Muji pun mengangguk.
“Anak-anak kalau sudah,tugasnya di kumpulkan ya?”
“Ya,Pak guru,” jawab anak-anak kompak. Lalu mereka semua segera mengumpulkan tugas masing-masing di meja Pak Anto.
***
Sepulang dari sekolah Marlyn segera menyiapkan peralatan menggambarnya mulai dari kertas HVS,pensil, spidol,drawingpen dan penggaris. Sebelum menggambar Marlyn membaca bismillah dulu, lalu ia pun mulai menggambar berbagai macam jenis gambar. Ada gambar pemandangan di sawah, bunga, kartun dan lain-lain. Dua jam berlalu akhirnya selesai juga gambarnya. Jadilah sepuluh gambar yang berbeda-beda. Ia pun mengucapkan hamdallah.Dengan menggunakan sepeda ia dan Fifi bergegas menuju ke tempat fotokopian. Sesampainya disana Marlyn segera memfotokopi semua gambarnya. Setelah itu mereka berdua bergegas pulang ke rumah.
***
Keesokan harinya di kelas empat, Marlyn mulai menjual gambar hasil karyanya Hari demi hari Marlyn terus menjual gambar buatannya di sekolah. Dan akhirnya kini ditangannya telah terkumpul uang Rp 300.000.“ Aku rasa uang segini cukup untuk membeli perlengkapan sekolahnya Muji,” gumam Marlyn dalam hati. “Ji, sepulang sekolah nanti kita ke toko perlengkapan sekolah ya?”
“Iya,Lyn,” jawab Muji senang.
***
Akhirnya setelah pulang sekolah Marlyn,Fifi dan Muji segera menuju ke toko perlengkapan sekolah. Lalu Marlyn menyuruh Muji memilih perlengkapan sekolah yang ia sukai. Mulai dari tas, buku,bolpoin,pensil, rautan, penghapus,penggaris,pastel,dan crayon. Setelah itu Marlyn membayar di kasir. “Terima kasih ya,Lyn. Kamu sudah membelikan perlengkapan sekolah untuk ku,”
“Iya,sama-sama,Ji,”
“Kamu baik sekali sama aku,Lyn,”
“Sesama teman kita harus saling tolong-menolong,Ji,”
(BERSAMBUNG PADA HARI RABU BERIKUTNYA)
No comments